Part 29

22.5K 1.1K 28
                                    

Di kala detak jantung tak seirama dengan detak jarum jam
Di saat itu pula waktu terasa berharga untuk di sia-siakan

----

"Langit sedang memanjakanmu Zie, Tuhan memberikan mendung, apa kamu masih menyukainya?" Kenzo bergumam lirih di dekat jendela memandang lekat langit dengan awan yang gelap.

Otaknya memutar ke masa lampau dimana ia dengan Kenzie masih menjalin hubungan baik sebelum bertemu Lorenza.

"Apa kamu masih membenci hujan? Tanya Kenzo.

"Kenapa kamu hanya menyukai mendung dan membenci hujan bukankah itu satu paket yang tak bisa di elakkan?" Tanya lagi dengan mata yang terus memandang langit yang nampak mendung di kursi taman dekat dengan restorannya.

"Karena mendung membuat hatiku damai tapi hujan mengacaukannya, hujan bersekongkol dengan petir untuk menakuti orang maka dari itu aku tak menyukainya." Ucap Kenzie dengan pandangan masih mendongak ke atas seraya menerawang.

Alibinya, karena bukan itu alsannya, Kenzie merasa lemah tak berdaya jika hujan datang. Kenzie akan meluapkan tangisannya bersama dengan suara gemericik air hujan yang jatuh.

Hujan mengingatkan akan kesakitannya ya karena setiap waktu Kenzie merasakan kesakitan fisik maupun hatinya. Tak ada orang yang menguatkannya selain dirinya sendiri tak ada penopang di saat tubuhnya tak lagi kuat tuk berdiri.

"Lalu jika hujan turun apa yang kamu lakukan? apa kamu memaki pemberian dari Tuhan?"

"Tidak, aku tetap mensyukurinya hujan tetaplah di butuhkan banyak orang aku hanya tak menyukai situasinya."

"Hujan membuatku lemah." Lirihnya dengan kepala menunduk.

Kenzo tak mengerti maksud dari perkataan Kenzie, ia menatap wajah Kenzie lekat-lekat sampai tersadar oleh rintikan gerimis. Kenzo mengulurkan tangan kepada Kenzie yang di sambut dengan senyuman lalu bergegas pulang.

"Apa kamu merindukan ku Zie atau kah kamu membenci pria bajingan ini?" Lirihnya, Kenzo memejamkan matanya saat ini pikirannya kacau, rasa rindu yang terus ia pendam membuatnya kalut.

Rasa ingin bertemu semakin menjadi bahkan menyakitkan hati. Kemana lagi ia harus mencari sang pujaan hati jika jejaknya saja seperti tertelan bumi.

Apa ia menyesal? Entahlah, Kenzo hanya menginginkan Kenzienya kembali bersamanya, waktu demi waktu terasa sangat berat untuk di laluinya pikirannya selalu tertuju pada bayangan Kenzie.

"Andai anak kita tidak keguguran sebentar lagi aku akan menjadi ayah tapi si jalang itu mengacaukan semuanya." Kenzo mengepalkan tangannya giginya gemerutuk. Ia sangat marah tapi rasa sesak di hatinya tak kalah dahsyat.

Hari ini Kenzo malas melakukan aktifitas sedari pagi ia hanya berdiam diri di apartemen rahasianya yang tak ada satu orang pun yang tahu, sudah seminggu ia tidak pulang ke rumah ia terlalu muak jika harus bertatapan muka dengan istri jalangnya apalagi harus tidur satu ranjang.

Selintas bayangan kesakitan Kenzie mengembalikan ingatan Kenzo saat pertama kali memperkosa kekasihnya dan dimana Kenzo membuat seorang Kenzie tak berdaya dihari-harinya. Kenzo sukses menghancurkan kehidupan Kenzie yang membuatnya nelangsa akan kehilangan kekasihnya.

Karena merasa tertipu oleh keluarga Rendy Putra Karta Wijaya itu membuatnya dendam dan disini Kenzie lah yang menjadi korban kebiadaban dirinya. Kenzo akui itu, cintanya seperti obsesi untuk memiliki Kenzie seutuhnya tapi dengan cara yang salah.

Yang TertinggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang