Part 26

24.2K 1.3K 49
                                    


Pikiran Alvaro tak bisa di ajak kerja sama sedari tadi otaknya hanya tertuju pada sosok Kenzie entah kenapa ia begitu mengkhawatirkannya apalagi daddynya terus menelpon menanyakan keberadaan Kenzie menambah kegelisahan didalam benak Alvaro.

"Dad bisakah kau berhenti menelpon, kau mengganggu konsentrasiku." Ujar Alvaro dengan nada kesal.

"Perasaan daddy tidak enak son, bisakah kamu cari adikmu?" Ucap orang di seberang.

"Iya dad aku tahu, aku akan ke kontrakannya sekarang."

"Terimakasih jagoan, beritahu daddy kalau Kenzie sudah pulang."

"Iya dad, bye." Alvaro langsung memutuskan sambungannya lalu bergegas pergi ia melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata hanya beberapa menit saja ia telah sampai di kontrakan Kenzie.

Alvaro melihat mobil yang ia kenali membuat jantungnya berdegub begitu kencang, pikirannya kalut rasa khawatirnya kian bertamabah Alvaro berlari menuju kontrakan Kenzie.

Terdengar suara percakapan dari dalam tapi tidak begitu jelas, Alvaro mencoba mengetuk pintu tapi hanya ada suara ribut dari dalam yang membuat Alvaro cemas dengan keadaan Kenzie. Sayup-sayup terdengar suara Kenzie meminta tolong, Alvaro pun menerjang pintu berkali-kali dan akhrinya pintu terbuka.

Braaaaaakkkk,,

Dengan sekuat tenaga Alvaro mendobrak pintu kontrakan Kenzie dan apa yang Alvaro lihat membuat amarahnya tersulut, ia menggeram melihat Kenzo sedang menindih tubuh Kenzie menekan perut buncitnya dengan tubuh kekar Kenzo seraya menciumi Kenzie yang sudah tak berdaya tuk melawan.

Alvaro masih sempat mengucap syukur dalam hati karena Kenzo belum melakukan hal yang lebih terhadap Kenzie meski tetap saja kedatangan Alvaro sangat terlambat.

"Brengsek,,"

Bughh,, bughh,,

Alvaro sangat marah terlihat dari rahangnya yang mengeras ia memukul Kenzo membabi buta tak ada kesempatan untuk Kenzo melawan. Alvaro terus memukuli serta memaki bajingan yang telah berani melecehkan adiknya. Ia sungguh tak terima dengan perbuatan bejat Kenzo, Alvaro kalap ia tak peduli jika bajingan ini mati sekalipun sampai suara lirih meminta tolong menghentikan pukulan Alvaro. Ia lupa jika Kenzie membutuhkan pertolongan, Alvaro melirik ke arah Kenzie lalu beranjak dari tubuh Kenzo sekali lagi ia menendang perut Kenzo kemudian menghampiri Kenzie dengan keadaan mengenaskan. Hatinya sesak melihat Kenzie dengan perut buncitnya ini tak berdaya, rambut acak-acakan serta baju tidur yang berantakan.

"To_ shhhttt,,, to_long aahshhtt,," Rintih Kenzie sesekali meringis memegang perut buncitnya.

Alvaro membuka jaket lalu menutupi tubuh Kenzie yang terlihat ada beberapa kancing terlepas.

"To_long selamatkan a_nakku awww,,," Ucapnya, sepertinya Kenzie terlalu lemah wanita itu menangis tanpa suara ataupun isakan hanya air mata yang luruh membanjiri pipi serta ringisan di bibir pucatnya.

"Sebegitu sakitnya kah sampai kau tak bisa mengeluarkan isakanmu?" Gumam Alvaro dalam hati. Ia tak bisa membayangkan apa yang di rasakan Kenzie.

"Bertahanlah demi anakmu." Alvaro membopong tubuh lemah Kenzie sedikit berlari menuju mobilnya.

Alvaro sedikit tersentak setelah menaruh Kenzie ke dalam mobil. Lengannya berlumuran darah lalu melihat ke arah kaki Kenzie.

"Ka_kamu,," Ucapan Alvaro menggantung pikirannya kacau melihat Kenzie yang tegolek lemah kemudian ia segera membawa mobilnya ke rumah sakit.

"Bertahanlah Zie, kamu harus tetap sadar." Alvaro berusaha agar Kenzie tetap sadar meski ia sendiri tidak tega melihat kesakitan Kenzie.

Yang TertinggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang