Part 47

15.7K 994 34
                                    

Apa yang kau banggakan jika harta tahta tak menyelamatkanmu dari amukan sang pencipta
Apa yang kau rencanakan jika alur ceritanya saja sudah tertulis di dalam lauhul mahfudz
Sudahlah karena roda kehidupan akan terus berputar

-----

Setelah melihat senja di pantai bersama Adrian serta cucunya dan meluapkan semua penyesalannya, Dina pun pulang dengan hati kosong pikirannya hanya tertuju pada sosok Kenzie putri sulungnya yang sampai saat ini Dina belum pernah melihatnya lagi.

"Apa kabarmu? Apa kamu baik-baik saja? Apa kamu bahagia? Apa kamu bertambah cantik?" Gumam Dina seraya mengelus foto Kenzie saat masih bayi dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Hanya satu foto yang tersimpan di dalam dompetnya itu pun foto usang yang tak sengaja ia cetak. Tak ada lagi foto Kenzie di masa kecilnya berbeda dengan Lorenza karena hampir semua ruangan terdapat bingkai foto Lorenza atau foto sekeluarga kecuali Kenzie. Ia tak pernah membiarkan Kenzie ikut berkumpul jika ada acara keluarga itu sebabnya foto keluarga tak pernah ada Kenzie di antara mereka.

Dina menunggu suaminya yang sampai tengah malam belum juga pulang. Ia sudah bertekad dengan pilihannya Dina akan melepas Rendy, ia tak bisa terus-terusan mengalah dan selalu merasa bersalah demi mempertahankan pernikahannya.

Suara pintu kamar terbuka menyadarkan Dina dari lamunannya ia menatap orang yang berdiri di ambang pintu tangannya masih asik memainkan handphonenya tanpa menghiraukan keberadaan Dina.

Dina yang melihat suaminya masih asik di dunianya sendiri ia memberanikan diri untuk mengeluarkan suaranya.

"Ceraikan aku."

Rendy mengalihkan matanya pada Dina yang sedari tadi ia tak sadar jika sudah berada di dalam kamar. Rendy menatap Dina dengan wajah bingungnya.

"Aku mau cerai." Dina kembali berujar matanya menatap tajam Rendy yang sedang meremas handphonenya.

"Tidak akan."

"Aku yang akan mengurusnya."

"Berani kamu hah?" Suara Rendy semakin menggema di dalam kamar. Ia melempar handphone yang ada di genggamannya ke lantai.

"Ya, aku akan menyudahi kebodohan pernikahan ini. Aku mau kita pisah dan kembalikan perusahaan orang tuaku." Ucap Dina sukses membuat Rendy kehilangan akal sehat.

Rendy melangkahkan kakinya mendekati Dina dan sebuah tamparan keras ia layangkan untuk Dina.

Plak,,,,

Tangan kasar Rendy dengan kuat mendarat di pipi Dina. Sontak kepala Dina menoleh ke samping dan tersenyum menyeka sudut bibir yang mengeluarkan darah segar.

Percayalah baru kali ini Rendy besikap kasar terhadap istrinya. Ia tak suka jika Dina membangkang dan berani seperti itu.

Dina menatap tajam Rendy dengan berani, baru kali ini Dina mendapatkan tamparan tapi itu tak memudarkan niatnya. Ia ingin memperbaiki hidupnya dan menebus kesalahannya kepada Kenzie.

Rahang Rendy mengeras ia sangat marah mendengar ucapan Dina.

"Sampai mati pun aku tidak akan menceraikanmu."

"Ckk,, kenapa? Apa karena perusahaanmu tlah bangkrut jadi tak mau melepaskan milikku hah?" Ucap Dina menantang. Rasa sakit di pipi tak sebanding dengan rasa sakit hatinya selama menjalani pernikahan yang penuh kebohongan.

Rendy menggeram tangannya mengepal, giginya saling beradu. Ia merasa di rendahkan oleh sang istri.

"LANCANG." Bentaknya lalu kembali mengayunkan tangan besarnya pada pipi Dina.

Yang TertinggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang