Part 20

27.6K 1.1K 27
                                    

(yang masih di bawah umur please jangan baca cerita saya, saya takut otak kalian error karena kebanyakan mengkonsumsi cerita dewasa seperti ini yang gak masuk akal)

*

Diam-diam Alvaro mengikuti Kenzie karena kemarin ia sempat melihat Kenzie di bawa seorang pria masuk ke dalam mobilnya membuatnya geram tapi setelah ia mengikutinya ternyata Kenzie di bawa ke rumah sakit entah apa yang di deritanya tapi sangat terlihat jelas jika Kenzie kesakitan.

Alvaro terlihat bimbang lalu ia memutuskan untuk ikut kedalam rumah sakit mengikuti pria yang membopong Kenzie. Ia tak habis pikir kenapa orang lain yang menolongnya kemana anggota keluarganya tak ada satupun yang menemani Kenzie. Alvaro hanya mencuri dengar saat Kenzo masuk kedalam ruang rawat Kenzie dan lagi-lagi ia di buat terkejut dengan pernyataan Kenzo. Ia pun kembali duduk di kursi yang agak jauh dari ruang rawat Kenzie sampai akhirnya Kenzie di bawa pergi dan sampai saat ini Alvaro masih mengawasi Kenzie di rumah kontrakannya.

Suara handphone berbunyi nyaring mengagetkan sang empuhnya.

"Hallo Dad,,"

"Apa kamu masih mengawasi adikmu." Tanya orang di seberang tanpa basa-basi.

"Iya aku masih mengawasinya, dad gak perlu khawatir!"

"Bagaimana keadaannya, apa dia baik-baik saja?" Tanyanya lagi masih dengan nada khawatir.

"Dia baik-baik saja dad, ada seorang dokter yang menolongnya."

"Baiklah kalau begitu pastikan si bajingan itu tidak menemukan putri ku, dad percayakan kepadamu jagoan!" Ucap orang di seberang dengan tegas.

"Siap komandan laksanakan!!" Ucap Alvaro tak kalah lantang dengan senyuman yang mengembang.

Setelah mendengar cerita masa lalu ayahnya yang tragis Alvaro mengerti kenapa dirinya di angkat sebagai anak dan di beri kasih sayang tulus yang belum pernah ia dapatkan dari orang tuanya. Ia tak menyesali jika pernikahannya batal karena ia sudah terlanjur sayang dengan Kenzie apalagi setelah tahu kenyataannya membuat Alvaro bersyukur karena niat menghancurkan Kenzo lewat Kenzie belum terealisasikan.

Alvaro menghampiri ibu yang punya kontrakan untuk memastikan keamanan sekitar sini dan ia meninggalkan kartu namanya jika ada apa-apa dengan adiknya dia bisa menghubungi dirinya.

Setelah mengobrol cukup lama dengan yang punya kontrakan Alvaro pulang ke rumah karena hari sudah larut malam.
Setidaknya ia bisa bernafas lega karena suami yang punya kontrakan adalah karyawannya di kantor cabang.

Sinar bulan pun sudah berganti sang mentari Kenize seperti biasa sedari bakda subuh tadi ia tak henti-hentinya muntah perutnya seperti di aduk-aduk untuk mengeluarkan sisa makanan didalam lambungnya. Kenzie keluar dari kamar mandi lalu kembali ke ranjang sepertinya hari ini ia tidak bisa pergi mencari kerja hari sudah semakin terang ia begitu lemas untuk memulai aktifitas.

Tangan Kenzie terulur mengelus perutnya lalu bergumam.
"Kenapa kau memuntahkan susu yang ku beri tadi, apa kau tak suka hmm?" Tanyanya dengan nada lelah. Karena ia belum makan apapun, meminum susu hamil saja ia paksakan agar anaknya ada asupan gizi meski ia memuntahkannya lagi.

Perlahan-lahan mata Kenzie tertutup dan tertidur lagi, ia tak ingin memikirkan pahitnya kehidupan yang ia jalani.
Apa ayah ibunya mencari dirinya? Ataukah mereka bersuka cita atas kepergiannya? Kenzie sempat menanyakan itu dalam hati tapi hanya rasa sesak jika mengingat rumah orang tuanya, rumah yang ia tinggali sedari kecil tanpa senyuman atau keceriaan. Bahkan bocah berusia 5tahun saja sudah mengerti tentang banyak hal karena tak ada tempat bergantung untuk dirinya berdiri, tak ada topangan hidup maupun tempat bersandar ketika ia terjatuh semuanya Kenzie lakukan sendiri. Mengemis kasih sayang kedua orang tuanya setiap saat yang hanya ada kesakitan fisik yang ia dapat. Apa ia sakit hati di perlakukan seperti itu? Tidak, ia tak bisa sakit hati walau bagaimana pun mereka orang tuanya hanya mereka yang ia punya.

Yang TertinggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang