Part 17

23.5K 1.2K 55
                                    

Kenzo menghempaskan tangan Lorenza dengan kasar sampai Lorenza terjatuh ke lantai.

"Apa yang kamu lakukan Ken?" Tanya Lorenza yang masih kebingungan karena tiba-tiba saja Kenzo menghempaskan dirinya dengan kasar.

"Apa yang kau lakukan pada Kenzie?" Kenzo balik bertanya.

"Jadi kamu lebih membela jalang itu hmm,,?"

"Diam kamu, kalau ada apa-apa dengan Kenzie aku tidak akan segan-segan membunuhmu!" Ucapnya dengan mata tajam.

"Hahaha apa kamu tidak lihat Ken, dia hamil dan kita tidak tahu itu anak siapa!"

"Ckkk bayi yang Kenzie kandung itu ANAKKU bodoh." Kenzo berbalik hendak pergi mengabaikan Lorenza yang menganga tidak percaya dengan ucapannya yang begitu lantang.

"Tidak,,, tidak mungkin,,, kamu pasti bohongkan sayang, kamu tidak akan melakukan itu iya kan?" Tanyanya dengan air mata yang sudah membasahi pipi.

"Ckk,, sayangnya itu benar, akulah ayah dari janin yang di kandung Kenzie." Ujarnya dengan senyuman miring.

"BRENGSEK,,, BAJINGAN,,, KAMU ANGGAP AKU APA KEN,,,!" Teriak Lorenza hatinya seperti di hantam balok mendengar pernyataan Kenzo.

Mendapatkan teriakan seperti itu Kenzo pun menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap tajam Lorenza.

"Kamu hanyalah sampah aku jijik dengan wajah cantikmu, aku jijik dengan tubuh molekmu, PUASSS!!" Setelah mengatakan itu Kenzo melanjutkan langkahnya lalu membanting pintu kamar dengan sangat keras. Kenzo berlari keluar rumah untuk mencari Kenzie dan matanya tertuju pada mobil yang ada di depan gerbang rumah yang hendak melaju. Ia pun segera menaiki mobil untuk menyusulnya. Kenzo sangat yakin jika mobil itu membawa kekasihnya.

Rasya melirik perempuan yang sedang merintih di sebelahnya. Entah apa yang terjadi tapi ia sangat tahu apa yang sedang dirasakannya karena ia seorang dokter kandungan.

Rasya yang ingin mengantarkan dompet Kenzie yang tertinggal di mobilnya dari rumah sakit ia langsung mencari rumah guru kesayangan putranya tidak di sangka takdir mempertemukannya dengan keadaan Kenzie yang seperti ini.

"Tenangkan dirimu sebentar lagi kita sampai." Tangan Rasya terulur menyeka keringat di kening Kenzie lalu menggenggam tangan Kenzie agar tidak meremas perutnya.

"Aww perut saya sakit pak!" Kenzie memejamkan matanya ia berharap janinnya kuat.

Rasya memarkirkan mobilnya sembarang ia langsung keluar membopong Kenzie yang masih dengan ringisannya.

"Ijinkan saya untuk memeriksamu." Ucapnya dengan sopan, Rasya terpaksa memeriksanya sendiri karena teman perempuannya sedang ada pasien yang harus segera ditangani juga.

Kenzie hanya mengangguk tak berdaya ia tak peduli siapa yang memeriksa ia pasrah karena ingin rasa sakitnya segera mereda.

Setelah di tangani oleh Rasya kini keadaan Kenzie mulai tenang dan tertidur. Rasya menghembuskan nafas leganya untung tidak sampai keguguran jika ia tidak segera menolongnya mungkin sekarang perempuan di hadapannya ini sudah kehilangan janinnya.

Suara gedoran di pintu membuat Rasya penasaran ia pun melangkahkan kakinya untuk melihat siapa orang yang tidak tahu sopan santun itu.

"Dimana Kenzie?" Tanyanya tanpa basa basi.

Rasya mengerutkan dahinya memicingkan matanya melihat pria di depannya yang terlihat sangat kacau.

"Saya suaminya, dimana Kenzie? Anda yang membawa istri saya kan?" Tanyanya lagi.

Sekarang Rasya mengerti baru ia mengangguk dan menggeser badannya agar pria di hadapannya bisa masuk lalu ia pergi dengan hati tidak rela jika Kenzie sudah bersuami.

Yang TertinggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang