☃️ 19 ☃️

768 52 0
                                    

Setelah makan siang Rachel berada di kamar tamu atas perintah Rina dan David. Kedua paruh baya itu pun kini tengah beristirahat di kamarnya sendiri. Alih-alih beristirahat Rachel justru di culik oleh sang kekasih ke kamarnya tentu tanpa sepengetahuan orang tuanya.

"Nih ganti baju dulu biar nyaman tidurnya." Ucap Max seraya memberi kaos navy miliknya.

Rachel hanya mengangguk seraya mengambil kaos tersebut dan segera masuk ke dalam kamar mandi. Kini Max tengah memainkan ponselnya seraya bersandar di kepala ranjang hingga pintu pun terbuka membuat Max mengalihkan perhatiannya. Tampak kaos yang di gunakan Rachel kebesaran di tubuhnya hingga menutupi rok nya, padahal itu kaos yang sudah kekecilan di tubuh Max membuat laki-laki tampan itu terkekeh melihat kekasihnya yang semakin terlihat menggemaskan itu.

"Kenapa?" Tanya Rachel dengan wajah polosnya membuat Max menggigit pipi bagian dalamnya untuk menahan gemasnya.

Max hanya tersenyum seraya menggelengkan kepalanya dan menepuk sebelah ranjangnya supaya Rachel duduk di sebelahnya. Gadis itu hanya menurut saja dan mendudukan dirinya di sebelah Max yang kosong, dengan cepat Max memeluknya erat dan menggit pipi Rachel gemas.

"Jangan di gigit!" Kesal Rachel.

"Abisnya kamu gemesin banget sih!" Kekeh Max.

"Tau!"

Max menarik Rachel untuk ikut rebahan bersamanya hingga kini keduanya terbaring di atas kasur dengan posisi saling memeluk, bahkan kini Rachel cosplay menjadi guling Max.

"Seneng gak?" Tanya Max random.

"Seneng."

"Aku harap apapun yang terjadi nanti kamu tetap bersamaku. Never leave me Rara."

"Aku gak akan pergi jika bukan kamu sendiri yang menyuruhku pergi dan aku gak akan pernah ninggalin kamu kecuali kamu sendiri yang ninggalin aku."

"Gimana aku nyuruh kamu pergi?! Sehari gak ketemu kamu aja udah rindu setengah mati!"

"Gombal!"

"Serius Ra!"

"Iya! Iya! Aku percaya. Tapi Max jika suatu saat takdir kita memang harus berpisah satu hal yang harus selalu kamu ingat. Berpisah bukan berari kita gak akan pernah ketemu lagi tapi menunggu waktu yang tepat untuk mempertemukan kita kembali. Namun jika pada ahirnya kita memang gak bisa bersama lagi semoga Tuhan mempertemukan kita yang sudah sama-sama bahagia dengan takdir kita."

"I'm yours and you're mine! Selamanya akan begitu. Kita adalah takdir yang telah Tuhan tetapkan. Apapun yang terjadi kita tetap sama-sama berjuang dan bertahan ya Ra. Aku harap kita terus saling terbuka dan selesaiin masalah kita bareng-bareng. Di hidup ku bukan lagi tentang aku dan kamu tapi kamu dan kita!"

"Perjalanan kita masih sangat jauh Max. Merancang masa depan sejak dini hanya akan menciptakan rasa kecewa di kemudian hari jika pada ahirnya semua gak sesuai espestasi. Kita jalanin apa yang ada. Jujur kata-katamu membuat aku semakin takut Max."

Max melonggarkan pelukannya dan menatap dalam kekasihnya, nampak semburat kekhawatiran di mata teduhnya.

"Apa yang buat kamu takut?"

"Kata-katamu membuat harapanku semakin besar, mungkin saat ini hubungan kita masih tenang-tenang aja tapi kita gak akan tau apa yang akan terjadi di beberapa waktu ke depannya. Tapi selalu kamu ingat aku akan memperjuangin kamu semampuku dan bertahan sekuatku, namun jika takdir memang harus menyudahi kisah kita aku harap kita bisa berpisah dengan cara yang baik-baik saja."

Bukannya menjawab Max justru kembali memeluk gadisnya erat. Sungguh ia tak bisa jika harus berpisah dengannya! Membayangkannya pun ia tak sanggup! Ini kali pertamanya ia mencintai seseorang sebegitu dalamnya hingga tak pernah terlintas sedikitpun untuk berpisah darinya. Namun kini kata-kata gadisnya membuat ia benar-benar ketakutan jika memang dirinya sendirilah yang akan menyakiti kekasihnya dan membuat gadis itu pergi jauh darinya.

Rᴀᴄʜᴇʟ Sᴛᴏʀʏ (#SFS1) [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang