☃️ 26 ☃️

592 42 4
                                    

"Ra please dengerin penjelasan aku dulu." Pinta Max seraya membuntuti kemanapun Rachel pergi.

"Apalagi sih Max!"

Max terdiam jika Rachel sudah memanggilnya 'Max' berarti gadis itu benar-benar murka padanya.

"Dengerin aku dulu. Jangan kaya gini! Mau sampai kapan kamu ngehindarin aku terus? Udah 3 hari loh kamu diemin aku."

Rachel mengangkat bahunya acuh dan kembali mengabaikan keberadaan Max. Max yang sudah di ambang batas kesabarannya pun langsung membopongnya Rachel membuat si empu terpekik dan meronta-ronta minta di turunkan.

Seolah tuli ia tetap membopongnya bak karung beras dan membiarkan para murid ikut terpekik dan menggosipinya.

"Lo gila ya!!" Teriak Rachel saat dirinya sudah berada di kursi penumpang.

"Ya! Gue gila karena lo!" Sarkas Max seraya menjalankan laju mobilnya.

Tak ada yang membuka suara hingga mobil itu berhenti di pesisir pantai. Rachel segera turun dan berjalan mendahuluinya.

"Ra!" Cekal Max.

"Lepas!"

"Mau sampai kapan Ra! Harus pake cara apalagi biar kamu percaya Ra?! Aku gak pernah ada hubungan sama dia dan gak pernah punya rasa sama dia Ra!"

"Soal tunangan?"

"Fine! Aku cuma nge-iya-in waktu itu karena aku masih kecil gak tau apa-apa Ra. Aku gak tau kalo tunangan itu bisa menjadi pengikat di antara 2 human yang berbeda gender."

Rachel masih acuh dan mengalihkan tatapannya dari Max. Membuat Max semakin gusar.

Sejak kejadian 3 hari yang lalu, ia di buat uring-uringan karena Rachel mendiamkannya dan mengacuhkannya. Ia tak sanggup lagi dalam circle itu. Ia rindu pada kekasihnya. Sungguh!

"Ra..." lirih Max seraya menggenggam erat tangan Rachel dan menatapnya penuh harap.

Rachel melepaskan genggamannya dan berjalan mendahuluinya namun Max kembali menariknya dan menatapnya lekat.

"Kenapa? Aku udah jujur Ra! Please jangan giniin aku Ra... aku gak sanggup di cuekin kamu terus."

Rachel menundukan pandangannya membuat Max semakin cemas, ia takut bahkan sangat takut jika Rachel meminta break bahkan mungkin lebih parah lagi dari itu seperti Putus mungkin?

Max menggelengkan kepalanya cepat supaya semua spekulasi buruknya enyah dari otaknya. Namun ekspestasinya salah besar justru perkataan Rachel membuat hatinya malah membuncah dan langsung memeluk Rachel erat dengan senyum bahagianya.

"Aku cemburu." Cicit Rachel.

"Aku bahagia." Kekeh Max.

Rachel mendongakan wajahnya dan menatap polos rahang tegasnya dari bawah. "Kenapa?"

"Karena kalo kamu cemburu! Tandanya kamu cinta sama aku."

"Ck! Bodoh! Tanpa cemburu pun aku udah cinta sama kamu."

"Heh! Mulutnya! Minta di cium hm?" Kesal Max namun dengan smirk nya.

Rachel reflek menutup mulutnya dan langsung berlari meninggalkan Max dan tentu langsung di kejar olehnya.

"Hap! Kena!" Ujar Max seraya memeluknya dari belakang.

"Geli! Lepasin!" Pekik Rachel.

Bukannya melepaskan ia justru memutar tubuh Rachel membuat keduanya tertawa bersama. Yah sesimple itu bahagia mereka.

Rᴀᴄʜᴇʟ Sᴛᴏʀʏ (#SFS1) [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang