☃️ 22 ☃️

637 44 2
                                    

Gerakan tangan Rachel terhenti saat tengah mengelap kaca dengan menatap rintikan hujan yang sudah mulai mereda. Berkali-kali ia menghembuskam nafas panjangnya. Hampir satu minggu sudah ia tak bertemu dengan kekasihnya, tak ada telfon apalagi vidcall hanya pesan singkat yang sesekali di kirimkannya. Rasa rindu kini benar-benar membelenggunya, sesibuk itu kah pekerjaannya? Terus apa gunanya Max memberi dirinya ponsel mahal? Akan lebih baik ia tak memilikinya bukan?! Dari pada ia terus-terusan menunggu telfon darinya. Menyebalkan memang!

"Ra!"

"Huh?!"

"Melamun? Lagi?"

"Hehee maaf bu."

"Sudah larut, cepat pulang!"

Rachel segera menatap jam dinding seketika matanya membola dan dengan cepat ia berlari ke belakang untuk siap-siap pulang. Sial! Gara-gara melamun ia kehilangan banyak waktu, bahkan sekarang sudah pukul 22:50. Ia hanya berharap semoga gerimis itu tidak berubah kembali menjadi hujan, jika iya bisa di pastikan ia akan sampai rumah dini hari karena harus menunggu hujan reda.

"Ibu, saya pamit." Ucap Rachel yang kini tengah memakai jaketnya.

"Bawa payungkan? Masih gerimis loh!"

"Bawa bu, saya pulang bu! Assalamu'alaikum." Pamit Rachel seraya mencium tangannya.

"Wa'alaikumsalam.

Tepat di depan pintu kedai ia merapatkan jaketnya dan membuka payungnya, saat ia mengangkat payungnya tubuhnya membeku saat manik hanzelnya bertubrukan dengan manik coklat gelap yang tengah berdiri dengan senyum manis di depannya. Tanpa aba-aba ia di tarik ke dalam dekapannya membuat payung yang ada di genggamannya terjatuh bebas.

"I miss you so much darling." Bisiknya lirih.

Rachel masih mematung dan mengerjap kan matanya pelan, ia merasa seperti mimpi, setelah ia merindukan laki-laki ini setengah mati. Tak ada pergerakan dari Rachel membuat Max melepaskan pelukannya dan menatap dalam kekasihnya, tangannya terulur dan mengusap lembut pipinya membuat Rachel ikut menatapnya.

"Do you miss me? I am sure missing you a lot baby." Ucap Max dengan deep voicenya.

Seakan saat ini bukanlah halusinasi dengan cepat ia menghambur kedalam dada bidang Max dan memeluknya erat membuat Max terkekeh dan membalas pelukan itu tak kalah erat. Ia yakin tadi gadisnya pasti shock melihat kehadirannya yang tiba-tiba.

"Kangen banget!!" Lirihnya membuat Max terkekeh dan mengecup puncak kepalanya berkali-kali.

"Sama, aku juga."

Dengan cepat Rachel melepaskan pelukannya dan menatap dalam manik coklat gelap itu dengan senyumannya. Tangannya ikut terulur mengusap lembut pipi kekasihnya yang sangat ia rindukan itu. Max menggenggam lembut tangan itu dan membawanya ke depan bibirnya kemudian di kecupnya lama. Setelahnya ia menggenggam erat tangan itu dan menariknya menuju mobilnya.

"Ayo pulang!" Ajak Max setelah mengambil payung yang di jatuhkan Rachel tadi.

Rachel hanya mengangguk dan mengikuti langkah Max, dengan cepat Max membukakan pintu penumpang. Ia pun menutupnya setelah Rachel benar-benar masuk dan dengan cepat ia memutari mobilnya menuju pintu pengemudinya.

"Larut banget pulangnya?" Tanya Max membuka obrolan.

"Hmmm tadi rame, kamu kapan pulang?"

"Baru aja aku nyampe dan tadi dari bandara langsung kesini." Jawabnya seraya menggenggam tangan Rachel.

Seketika mata Rachel membola menatap horor kekasihnya itu namun justru terlihat menggemaskan di mata Max.

"Kenapa gak langsung pulang dan istirahat! Kamu pasti cape banget!" Kesal Rachel membuat Max terkekeh.

Rᴀᴄʜᴇʟ Sᴛᴏʀʏ (#SFS1) [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang