☃️ 46 ☃️

687 38 35
                                        

Max semakin mengeratkan pelukannya menumpahkan semua perasaan yang ia pendam, meluapkan semua kerinduan yang seolah tak bertuan. Rachel pun membalas pelukannya tak kalah erat saat mendapati bahunya basah karena laki-laki yang tengah memeluknya.

"Udah jangan nangis terus. Malu sama mereka." Ujar Rachel seraya mengusap lembut punggung Max.

"Biarin! Yang penting gue bahagia karena lo udah kembali." Jawab Max seraya mengusak di ceruk leher gadisnya.

Rachel yang sudah merasa jengah pun melepaskan pelukannya seraya sedikit mendorong Max supaya melepaskannya. Ia pun berjalan menghampiri makam sahabat lamanya dulu.

"Hay Sal! Hari ini gue dateng buat nepatin janji Max sama lo. Makasih karena lo mau nemenin Max selama gue gak ada meskipun cuma sebentar. Dan yah selamanya lo tetep jadi sahabat gue. Apapun yang terjadi gue udah maafin lo."

Sejenak Rachel terdiam, memejamkan matanya seraya menghirup rakus udara di sekitarnya. Kemudian kembali menatap sendu nama  yang tertera di batu nisan itu. "Semoga lo tenang disana." Lirihnya.

Ia pun bangkit dan berpindah ke makam sebelahnya kemudian jongkok di depannya.

"Hay Jus! Gue dateng buat berkunjung. Sorry lama banget ya?" Kekehnya sesaat. "Gue mau ngucapin banyak makasih buat lo karena lo, gue masih hidup sampai sekarang. Dan untuk yang terjadi di masa lalu gue udah maafin lo. Semoga lo tenang ya disana."

Max yag sedari tadi terdiam pun kini berjalan mendekati gadisnya kemudian mengusap sayang pucuk kepalanya. Rachel yang merasa kepalanya di usap pun mendongak, tak lama dari itu ia berdiri mensejajarkan tubuhnya dengan Max. Max tersenyum teduh seraya menggenggam erat tangan mungil milik pujaan hatinya seolah jika ia lepas ia akan kembali kehilangan gadis itu di hidupnya.

"Justin, Salsa, kami pamit pulang ya. Next time kapan-kapan kita bakal dateng buat berkunjung lagi." Pamit Rachel.

•••

Flashback one year ago

"Sorry ... and stay alive Ra."

Setelah menjalani operasi tiga jam yang lalu kini laki-laki itu tersadar dari tidurnya dengan wajah pucatnya.

"Max." Lirihnya.

Merasa di panggil, laki-laki jangkung itu pun mendekati brangkar dan menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Are you oke?"

Laki-laki itu hanya tersenyum tipis kemudian memejamkan mata hingga terdengar suara ringisan dari bibirnya.

Max pun panik. "Hey! Are you oke? Tell me!"

Ia pun membuka matanya dan menatap sendu Max. "Gue titip Keyla. Kalo nanti dia sadar sampaikan perminta maaf gue buat dia."

Alis Max menukik tajam menatap laki-laki itu dengan pandangan yang sulit di artikan. "Ada hubungan apa lo sama dia?"

Laki-laki itu hanya terkekeh pelan melihat Max yang tak bisa menyembunyikan cemburunya. "Nothing."

"Terus?" Tanya Max penasaran.

"Lo tanya aja sama dia. Btw gimana kabar dia sekarang?"

"Masih koma, tapi syukur operasinya berjalan lancar dan tubuhnya tidak menunjukan penolakan dengan organ baru di tubuhnya. Sekali lagi thanks karena lo udah nyelamatin dia.

Rᴀᴄʜᴇʟ Sᴛᴏʀʏ (#SFS1) [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang