☃️ 53 ☃️

545 37 12
                                        

Dengan cepat laki-laki berpakaian kasual itu mengendari lamborgini hitam metaliknya. Andai ia bisa terbang maka ia akan lakukan itu supaya gadisnya tidak terlalu lama menunggu. Setelah 15 menit ia sampai di area basemen apartemen Rachel. Dengan langkah terburu-buru bahkan ia setengah berlari menuju rumah hunian gadisnya itu.

"Sayang! Aku datang!" Serunya tepat ia membuka pintu.

Sepi. Tak ada sahutan membuatnya sedikit cemas. Dengan cepat ia melempar tasnya di sofa dan melangkah tergesah menuju kamar kekasihnya.

"Sayang!"

"Gak usah teriak-teriak!" Sahut Rachel dengan ketus.

Tanpa kata Max segera menghambur ke dalam pelukan hangat kekasihnya dan menghirup aroma manis dan segar yang memabukan dari gadisnya.

"Kangennnn." Rengeknya.

Rachel hanya berdecak namun tak bisa menyembunyikan senyum bahagianya seraya membalas pelukan kekasihnya itu.

"Lebay! Baru juga beberapa jam kita pisah."

"Satu detik gak lihat kamu tuh udah bikin aku kangen sayang."

"Gombal!"

Max pun berdecak sebal kemudian melepaskan pelukannya. Sontak matanya membola saat melihat gadisnya masih menggunakan piyama di siang bolong ini.

"Kamu masih pake piyama? Kamu belum mandi?" Tanya Max bertubi-tubi.

Sontak gadis berpiyama itu berkacak pinggang dan menatap laki-laki di depannya itu nyalang. Namun justru itu terlihat sangat menggemaskan di mata seorang Max.

"Iya kenapa?!!! Masalah buat kamu hah?!!" Jawab Rachel.

Max memincingkan matanya kemudian mengambil ponselnya, setelah menemukan apa yang ia cari, ia pun mengangguk faham jika saat ini gadisnya tengah dalam mode senggol bacok karena tamu bulannya.

Ya sebucin itu seorang Max hingga memiliki kalender khusus untuk tamu bulanan kekasihnya itu. Seperti gadis lainnya. Saat kedatangan tamu bulanan gadisnya itu menjadi lebih sensitif. Kadang galak, manja, dan cerewet. Tapi justru itu menjadi kebahagiaan Max tersendiri, karena di saat itu ia bisa menjadi sosok yang di butuhkan untuk gadisnya. Meski terkadang ia juga menjadi samsak hidupnya tapi tak jarang juga Rachel menjadi manja padanya yang sering membuatnya gemas dan ingin cepat-cepat di halalkan. Namun apalah daya jika sang yang di harapkan masih belum siap.

Poor Max

Dengan langkah pelan dan senyum lembutnya Max mengusap pelan puncak kepala gadisnya kemudian mengecup keningnya sebentar.

"Kamu udah makan?" Tanya Max mengalihkan pembicaraan.

Dan gotcha!! Kini Rachel berubah menjadi mode manja. Dengan bibir mengerucut ia memeluk lengan kekar kekasihnya itu dan menatap sendu kekasihnya membuat Max benar-benar gemas di buatnya.

"Belum. Tadi pagi cuma minum susu doang yang di siapin mamah." Jawabnya seraya menusuk nusuk bisep Max.

Max pun terkekeh kecil, kemudian menjawil hidung mancung Rachel gemas. "Mau makan, hm?"

Senyum Rachel pun mengembang kemudian mengangguk antusias. Membuat Max tak bisa lagi untuk tidak mencium Rachel. Ia pun menangkup wajah Rachel dan menciuminya gemas.

"Udah ih!!" Kesal Rachel seraya menjauhkan wajahnya.

"Oke, sekarang pacar aku yang cantik ini mau makan apa hm?" Tanya Max seraya menuntun gadisnya menuju dapur.

"Masak spageti aja. Kamu yang masak tapi!"

"No baby! Tadi pagi kamu belum makan apa-apa sayang! Makan nasi dulu hm?" Tawar Max.

Rᴀᴄʜᴇʟ Sᴛᴏʀʏ (#SFS1) [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang