☃️ 44 ☃️

533 38 24
                                    

Max POV.

Waktu terus berlalu hingga satu tahun lebih telah terlewati setelah dia pergi.

Penyesalan yang tak kunjung padam membakar bara kerinduan. Ribuan kata tak akan pernah mampu menggambarkan betapa aku merindukannya. Dan untuk yang kesekian kalinya aku kehilangannya.

Ketakutan itu kini telah menjadi nyata, kehilangannya adalah mimpi terburuk dalam hidup ku. Meski ribuan kali aku mengatakan aku sayang dan mencintainya tidak akan bisa membuatnya tetap di samping ku.

Andai Tuhan beri aku kesempatan lagi, aku bersumpah tidak akan pernah menyakitinya lagi. Tak perduli sesulit apapun nanti aku akan tetap memperjuangkannya supaya dia tetap berada di dalam dekapan ku.

Setelah berbulan-bulan aku terpuruk seperti mayat hidup kini enam bulan telah berlalu dari masa itu, mencoba bangkit di temani Roy, sahabat terbaik ku yang selalu ada dan menemani ku melewati keterpurukan ku.

Dan seperti perjanjian kami dulu,  sekarang kami melanjutkan study kami di universitas yang sama dimana Rara pun menyelesaikan progam magisternya disana. Ya kalian benar sekarang kami kulian di New York University. Meski ada rasa sesak karena banyak kenangan aku dan dia disini.

"Btw katanya lo mau pulang ke Jakarta?" Tanya Roy yang baru saja tiba di apartemen.

"Hah? Ngapain?" Jawab ku acuh.

"Lo lupa atau pura-pura lupa?"

Aku hanya memincingkan matanya seraya mengaduk malas makanan di depannya itu. "Maksud lo?"

"Lo gak inget? Minggu depan itu satu tahun kematiannya___"

"Ya ya ya! Gue inget." Potong ku.

"So, lo mau pulang kapan?"

"Lusa mungkin belum ngajuin cuti gue. Lo ikut pulang gak?"

"Emm gue kayaknya ga bisa deh soalnya mau jemput someone." Jawab Roy dengan cengirannya.

"Siapa?" Tanyaku penasaran.

"Kepo lo kayak dora!"

Tak

Satu biji salak pun mendarat tepat di kening Roy.

"Sakit bego!!" Kesalnya.

"Bodo!" Jawabku santai seraya berdiri kemudian mengambil jaket yang ku sampirkan di sofa serta kunci yang berada di atas meja.

"Mau kemana lo?"

"Kepo lo kayak monyet dora!"

Bug

Dan kini bantal sofa pun mendarat di kepalaku.

"Sialan lo!" Desisku.

"Satu sama." jawab Roy seraya mengupas kulit kacang.

"Kalo mau pergi bersihin sampah-sampah lo! Kalo gue pulang ini apart berantakan, gue pastiin lo bakal jadi gembel disini!"

"Iya iya mr. Stone."

Aku pun pergi menuju time square Manhattan. Untuk melepas penat dan menepis sedikit rindu ku untuk Rachel. Dan sampai detik ini, tiada hari tanpa merindukannya. I miss you so bad Rara.

Langit New York cukup terang malam ini menemani kesendirian ku yang hanya di temani dengan secangkir kopi

"Woy!"

Aku pun mengangkat wajahku melihat siapa orang yang menyapa ku. Mata ku pun membola menatap sosok yang berdiri di depan ku.

"Kenan?"

Rᴀᴄʜᴇʟ Sᴛᴏʀʏ (#SFS1) [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang