☃️ 47 ☃️

472 41 12
                                    

Cahaya yang sempat redup kini kembali terang setelah sekian lama terhalang oleh awan. Begitu pula dengan Max, kini cahayanya telah kembali setelah sekian lama jarak membawanya pergi.

Di bawah langit yang sama di temani oleh senja yang di iringi oleh deburan ombak, disinilah sepasang kekasih yang yang sempat terpisah untuk kesekian kalinya telah kembali bersama untuk menjalin ikatan cinta kasih. Saling berbagi cerita di saat keduanya terpisah. Dan saling mengobati rindu yang selama ini membelenggu.

Gadis cantik itu pun bersandar di pundak Max dengan tangan mungilnya di genggam erat oleh kekasihnya itu.

"Sampai kapan lo disini?" Tanya gadis itu seraya memainkan jari-jari besar kekasihnya itu.

"Kamu sayang." Ralat Max tak suka.

"Iya iya!"

"Terserah kamu seberapa lama pun asal sama kamu."

"Bukannya kamu cuma ambil izin beberapa hari? Em lima hari right?"

"Iya itu rencana awal sebelum ketemu kamu."

"Terus sekarang?"

"Terserah kamu sayang."

"Sesuai awal aja, lusa balik ke Manhattan kan?"

"Hm, tapi kalo kamu mau aku bisa lebih lama lagi disini dan mengundur keberangkatan kita."

"Terus kamu pikir aku bakal ngebiarin kuliahmu terbengkalai gitu? Big no! Kamu harus masuk biar selesai tepat waktu dan gak molor lagi. Cukup tahun kemarin aja ya kamu udah nunda kuliah kamu."

"Terus kamu mau nya gimana hm?" Tanya Max lembut seraya mengusap lembut surai halus itu seraya mendaratkan beberapa kecupan disana.

"Lusa pulang?"

"Oke." Finalnya. Bagaimanapun ia akan menuruti semua keinganan gadisnya itu. Ia sudah berjanji akan menjadikannya ratu setelah ia kembali nanti. Dan kini saatnya ia harus menepati semua janji dan sumpah yang pernah ia lontarkan untuk gadis cantik pemilik hatinya itu.

"Emmm Max, boleh aku tanya sesuatu?"  Tanya Rachel setelah sedari kemarin ia memendam pertanyaan yang membuat hatinya sedikit gelisah.

"Of course babe, what do you mean?"

"Emm kalo kamu gak bisa tinggal di apartemen kamu sendiri yang berada di Jakarta kenapa kamu gak pulang aja? Kenapa harus menyewa apart yang bakal kamu singgahi sesaat itu? Apa selama aku pergi hubungan kalian tidak baik?"

Usapan Max terhenti, ia termenung cukup lama membuat Rachel mendongakan wajahnya menatap wajah tampan kekasihnya itu yang kini tengah melamun menatap hamparan laut biru.

"Ma-maaf kalo kamu gak mau___"

Max menggenggam erat tangan gadisnya seraya menggelengkan kepalanya sebagai tanda ia tak suka perkataan gadisnya itu dengan cepat ia menyelanya setelah mengecup tangan putih mulus milik kekasihnya itu.

"Yah setelah kejadian itu tepatnya pada saat gagalnya hari pertunangan itu, aku meninggalkan rumah dan tak pernah lagi menginjakkan kaki ku disana. Waktu itu saat kamu masih terbaring di rumah sakit, mereka sempat datang dan memintaku pulang. Tapi tentu dengan sebuah pilihan. Mereka kecewa sekaligus marah atas batalnya acara pada malam itu yang membuat kedua keluarga merasa malu atas tindakanku yang meninggalkan acara dan lebih memilih untuk menyusulmu dan menemanimu."

Max menghela nafas panjangnya dan menatap manik hanzel itu, tatapan teduh yang selalu ia rindukan di kala pemiliknya itu jauh. Ia pun tersenyum tipis seraya mengusap sayang pipi lembutnya itu.

"Mereka jelas memintaku untuk meninggalkanmu dan kembali melanjutkan pertunangan itu atau aku akan di depak dari pewaris tunggal Stone Company jika aku bersih kukuh mempertahankanmu dan tetap memilihmu."

Rᴀᴄʜᴇʟ Sᴛᴏʀʏ (#SFS1) [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang