"Kak Max." Roy terkekeh melihat Nino penuh ketakutan, memanggil Max yang notabennya seorang berdarah dingin.
"Biasa aja kali No! Max ga makan lo kok." Gurau Roy.
"Kenapa?" Tanya Max.
"Di panggil bu Andin." Cicitnya
"Hmmm." Nino pun segera pergi dari hadapan Max, disusul Max yang langsung berdiri dari kursinya.
"Kemana?" Tanya Roy.
"Bu Andin." Jawab Max dengan melenggang pergi.
"Tumben?" Gumam Roy
"Kesambet kali." Timpal Steven.
Max terus melangkahkan kakinya menuju perpus untuk menemui panggilannya tak memperdulikan tatapan memuja dari kaum hawa, berbagai pujian yang selalu di lontarkan oleh para pemujanya.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam, Max? Ahirnya kamu datang juga." Jawab bu Andin dengan raut bahagianya.
"Ada apa bu?" Tanya Max to the point.
"Saya ingin menawarkan kesempatan emas untuk kamu, saya beserta para guru telah berdiskusi tentang masalah ini dan semua menyarankan kamu untuk mewakilkan sekolah sebagai peserta olimpiade fisika, bagaimana?"
"Tapi sebentar lagi saya juga akan mengikuti turnamen basket bu." Tawar Max mencoba untuk bernegosiasi, jujur ia tak ingin mengikuti olimpiade ini. Ia tak ingin menambah beban pikirannya yang belakangan ini memenuhi otaknya.
"Kapan? Olimpiadenya masih 2 bulan lagi, jadi coba kamu pertimbangkan lagi."
"2 minggu lagi turnamen."
"Baiklah jika kamu tidak bisa kami tak bisa memaksa, tapi kami ingin kamu yang mencari penggantimu yang menurutmu bisa menggantikanmu, kasian partner yang telah kami siapkan untukmu. Bahkan dia sudah mulai belajar sendiri secara otodidak di tambah dia harus mempelajari materi kelas 11, jika secepatnya tidak di berikan partner saya merasa kasian dengan dia karena dia pun tak pernah mau menanyakan materi kepada guru fan nya yang mungkin sulit karena itu bukan porsinya."
"Siapa partner saya bu?"
"Rachel keyla, anak sepuluh ipa 1."
Deg
Mendengar nama itu ia langsung terdiam, berfikir sesaat. Apa Rachel yang di maksud adalah gadis yang selama ini membuatnya kesal? Jika iya, maka dia punya beberapa kesempatan untuk membalaskan kekesalannya tanpa susah payah.
Dengan mengikuti ini kemungkinan besar mereka akan sering bersama, dan itu bisa membuat gadis itu memohon maaf padanya. Gadis dingin dengan berwajah datar, satu-satunya wanita yang tak pernah menoleh padanya membuat ia sedikit penasaran padanya. Ingat sedikit.
"Saya ambil olimpiade ini." Putus Max setelah lam berdiam untuk berfikir dengan segala pertimbangannya.
"Kamu yakin? Kami tentu sangat bahagia dengan keputusanmu. Tapi apa yang membuat kamu berubah pikiran?" Heran bu Andin.
"Tak ada, saya hanya ingin mencobanya."
"Baiklah tapi nak, Rachel itu gadis yang sangat pendiam tak banyak bicara dan tak pernah berekspresi. Saya harap kamu mau bersabar dengan keputusanmu ini."
"Iya bu."
"Baiklah selamat bergabung dengan kami. Mungkin besok atau lusa saya akan memanggil kalian."
"Baik bu, permisi." Pamit Max seraya berlalu pergi.
Kita lihat siapa disini yang akan di uji kesabarannya? Gue atau lo? Rachel Keyla!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Rᴀᴄʜᴇʟ Sᴛᴏʀʏ (#SFS1) [END]
General Fiction#𝚂𝚎𝚛𝚒𝚎𝚜 1 𝕲𝖊𝖓𝖗𝖊 : 𝕱𝖎𝖐𝖘𝖎 𝖗𝖊𝖒𝖆𝖏𝖆 𝓦𝓮𝓵𝓬𝓸𝓶𝓮 𝓽𝓸 𝓢𝓽𝓸𝓷𝓮 𝓕𝓪𝓶𝓲𝓵𝔂 𝓢𝓮𝓻𝓲𝓮𝓼 (𝑺𝑭𝑺) 𝐒𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐚𝐤𝐮𝐧 𝐚𝐮𝐭𝐡𝐨𝐫 𝐝𝐮𝐥𝐮. "Kalo gue ga keras kepala gue ga mungkin masih hidup sampe sa...