☃️ 35 ☃️

603 43 16
                                    

Setelah perdebatan yang cukup lama, akhirnya mau tak mau Rachel menetap di rumah itu selama di Indonesia dan kini ia tengah duduk di rooftop rumahnya.

"Key."

"Hm."

"Lo masih marah sama Max?" Rachel terdiam dan masih setia memandang lurus ke depan.

"Lo tau? Dia frustasi nyariin lo. Udah kaya orang gila dia nyariin lo selama lo disini. Lo tau? Orang yang baca surat itu siapa?"

"Siapa?"

"Max. Bahkan setelah dia membacanya, malamnya dia langsung  ke LA buat minta cuti, setelahnya dia langsung terbang ke Jakarta buat nyusul kita."

Rachel pun menatap Kenan lekat setelah mendengarkan ceritanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rachel pun menatap Kenan lekat setelah mendengarkan ceritanya. Tak ada suara, keduanya hening dengan saling menatap lekat. Kemudian tangan Kenan terulur untuk mengusap kepala Rachel sayang.

"Lo jangan egois Key!"

Rachel menghela nafasnya panjang seraya menundukan kepalanya menatap ujung sandal rumahnya.

"Apa yang harus gue lakuin sekarang?" Cicitnya.

"Temui dia dan datanglah ke apartemennya.

"Apart?"

"Iya, dia gak tinggal di rumahnya. Kalo lo nanya kenapa, gue pikir cuma dia yang tau dan yang berhak menjawabnya."

Meski sedari tadi ia terdiam namun ia tak bisa menahan rasa penasarannya yang kini semakin membuatnya menggila.
"Gue pergi dan lo sharelock alamatnya!"

Rachel pun langsung bergegas pergi, ada rasa khawatir dan bersalah karena terus mengabaikannya. Dalam perjalanan pun dia kembali mengatifkan datanya. Dan yah banyak notif masuk dari Max yang terakhir menghubunginya 15 menit yang lalu. Pun segera menghubunginya balik, namun nihil tak ada jawaban dari seberang sana.

Sesampainya di depan gedung apartemen, Max masih tak bisa di hubungi. Pun langsung berlari kecil ke lantai lima mencari kamar Max dan terus menghubunginya. Tepat di depan kamr Max, ia terdiam. Dia bingung karena nomor Max masih tak bisa di hubungi. Dengan tekat dan keberanian yang sedari tadi ia kumpulkan ia pun menarik nafasnya dalam dan memencet bell di samping pintu. Beberapa kali ia memencetnya hingga pintu pun terbuka.

"Rachel?"

"Roy?"

"Akhirnya lo datang juga."

Rachel pun mengernyitkan dahinya bingung. "Kenapa? Dari tadi gue nelfon Max tapi gak di angkat."

"Masuk. Lo bakal tau sendiri jawabannya."

Rachel masih terdiam dan menatap Roy meminta keyakinan dan Roy hanya menganggukan kepalanya. Perlahan Rachel memasuki apartemen Max yang lumayan luas. Perlahan dia memasuki ruang tamu dan sekilas tampak rapih, pun berjalan menuju ruangan yang tampak tertutup pintunya.

Rᴀᴄʜᴇʟ Sᴛᴏʀʏ (#SFS1) [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang