☃️ 54 ☃️

484 32 21
                                    

Di bawah gelapnya malam dengan tangan saling bertautan, sepasang sejoli itu kini tengah saling mengobati rindu yang pernah mereka tumpuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di bawah gelapnya malam dengan tangan saling bertautan, sepasang sejoli itu kini tengah saling mengobati rindu yang pernah mereka tumpuk. Mengabaikan dinginnya malam dengan tetesan salju yang mulai memenuhi jalan, keduanya masih bercengkerama saling bercerita secara random.

Bahkan laki-laki tampan itu mengabaikan rasa letihnya meski tubuhnya terus memberontak untuk segera di istirahatkan. Dengan senyum manisnya ia terus mendengarkan celotehan gadis cantiknya itu.

"Kita mau kemana?"

"Jalan-jalan aja. Kemanapun asal sama kamu."

"Gombal!"

"Serius! Kamu penginnya kemana? Mungkin ada tempat yang mau kamu kunjungi?"

Rachel sempat berfikir sejenak setelahnya ia menggelengkan kepalanya. Max hanya tersenyum seraya mengusap gemas puncak kepala gadisnya itu.

"Tapi aku gak mau ke tempat yang rame!"

Laki-laki itu mengangguk faham setelahnya ia terus membawa gadisnya mengikuti langkahnya. Dan kini langakahnya terhenti tepat di depan kantor Rachel membuat gadis itu mengernyit bingung.

"Ngapain?"

Bukannya menjawab laki-laki itu justru menarik kekasihnya untuk masuk ke dalam.

"Malam pak." Sapa Max pada satpam.

"Malam. Loh nona Rachel? Ada keperluan apa malam-malam ke sini?"

Rachel hanya menggelengkan kepalanya seraya mengangkat bahunya acuh.

"Kami boleh masuk ke dalam kan pak?" Tanya Max memastikan.

Pasalnya hari telah menunjukan pukul 21.45 waktu New York. Sang satpam pun mengangguk namun sebelumnya telah memeringatkan jika pukul 12 malam nanti gerbang akan di kunci. Max pun mengiyakan peringatan itu, setelahnya ia membawa gadisnya menuju ruangan gadisnya itu.

Mereka berdiri di kaca yang telah terbuka menampakkan pemandangan New York malam itu.

"Kenapa kamu bawa aku kesini?"

"Aku mau bawa ke gedung kampus tapi terlalu jauh dari tempat kita tadi. Jadi aku memutuskan untuk kesini aja. Cuma dua gedung itu yang bisa kita akses dengan mudah sayang. Selain apartemen aku dan kamu tentunya."

Rachel hanya mengangguk faham. Suasana kembali hening. Keduanya berdiri bersampingan hanyut dengan fikirannya masing-masing.

"Kamu masih marah?" Tanya Max memulai pembicaraan.

"Aku gak marah cuma kesel aja."

"Maaf."

Rachel hanya mengangguk. "Oh ya kapan kamu nyampe? Kok udah disini aja?"

"Kamu mau denger cerita aku?"

Rachel mengernyit bingung. "Apa?"

Max pun memutar tubuhnya menghadap gadisnya dari samping, sementara Rachel hanya menoleh seraya mengangkat satu alisnya.

Rᴀᴄʜᴇʟ Sᴛᴏʀʏ (#SFS1) [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang