Hari beranjak siang namun tak membuat sepasang sejoli ini saling menjauh dari jangkauannya masing-masing. Sedari malam Rachel di kurung di apartemen kekasihnya itu. Max tak membiarkan Rachel jauh dari penglihatannya barang sedetik pun.
Seperti saat ini Rachel tengah tertidur nyaman di bangku sofa dengan menjadikan paha kekasihnya sebagai bantalannya. Salahkan saja laki-laki itu yang sedari tadi malam tak membiarkannya tidur karena dia terus merengek dengan segala tingkah konyolnya.
Hingga puncaknya beberapa menit yang lalu setelah menerima panggilan video dari kedua orang tua Max. Ah tidak mungkin lebih tepatnya ibunya karena sang ayah tak banyak bicara persis Max pertama kenal dulu. Dingin, kaku, dan tak banyak bicara.
Max hanya terdiam seraya tersenyum memandang wajah cantik gadisnya itu. Ia tak pernah berhenti dan bosan terus mengucap kalimat syukur di dalam hati, bagaimana Tuhan mengirimkan bidadari cantik itu di dalam hidupnya.
Kisah yang berbeda bagaimana cara mereka bertahan dan berjuang di kala takdir yang terus mempermainkan keduanya. Bagaimana takdir memisahkannya dan berakhir patah hati karena kesalahannya sendiri.
Laki-laki itu tak memungkiri bahwa apa yang terjadi semua karena ulahnya dan egonya. Cukup perpisahan terakhirnya selama setahun kemarin menjadi pelajaran yang tak akan pernah ia ulangi lagi. Setelah itu ia berjanji akan membahagiakan gadis cantiknya itu dengan caranya sendiri. Memberikan seluruh hati dan dunianya untuk gadis yang memegang tahta tertinggi di hatinya. Ia berjanji akan menjadikan Rachel sebagai ratu di hatinya dan istananya nanti.
Ya sebentar lagi ia akan memiliki Rachel seutuhnya tanpa takut karena pihak ke tiga ataupun yang lainnya. Setelah Rachel mengatakan siap untuk ia nikahi, berbagai macam pemikiran berseliweran di otaknya. Mulai dari undangan, pesta resepsi, gaun, dekorasi dan tetek bengek lainnya. Yah dia sungguh benar-benar tak sabar menantikan hari itu. Hari di mana ia dan gadis cantiknya berikrar janji di depan Tuhan dan seluruh mata yang menjadi saksi mereka berdua untuk saling terikat dengan janji suci.
Cukup lama ia melamun seraya berkhayal di hari pernikahannya nanti hingga tak sadar jika mata hanzel itu telah kembali terbuka. Gadis cantik itu mengernyit bingung melihat kekasihnya tengah melamun seraya tersenyum sendiri.
Tak ada yang ia lakukan selain berdiam menatap wajah tampan kekasihnya itu dari bawah, hingga tak sengaja tatapan keduanya bertemu.
"Kamu udah bangung sayang?"
Dengan melipat kedua tangannya, Rachel mengangkat satu alisnya. "Gak! Masih tidur aku tuh." Sarkasnya.
Max pun tegelak, dengan gemas ia mencubit hidung mancung gadisnya itu. "Kenapa? Kok bangun tidur kayak bete gitu? Kurang puas tidurnya atau kurang nyaman hm? Apa tadi aku ganggu tidur kamu?" Tanya Max bertubi-tubi.
"Hmm. Kamu kenapa dari tadi senyum-senyum sendiri huh? Kamu mikirin apa? Mencurigakan!"
Max menyentil pelan dahi kekasihnya itu. "Gak boleh su'udzon sayang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rᴀᴄʜᴇʟ Sᴛᴏʀʏ (#SFS1) [END]
General Fiction#𝚂𝚎𝚛𝚒𝚎𝚜 1 𝕲𝖊𝖓𝖗𝖊 : 𝕱𝖎𝖐𝖘𝖎 𝖗𝖊𝖒𝖆𝖏𝖆 𝓦𝓮𝓵𝓬𝓸𝓶𝓮 𝓽𝓸 𝓢𝓽𝓸𝓷𝓮 𝓕𝓪𝓶𝓲𝓵𝔂 𝓢𝓮𝓻𝓲𝓮𝓼 (𝑺𝑭𝑺) 𝐒𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐚𝐤𝐮𝐧 𝐚𝐮𝐭𝐡𝐨𝐫 𝐝𝐮𝐥𝐮. "Kalo gue ga keras kepala gue ga mungkin masih hidup sampe sa...