•
•
•Setelah mendapatkan penanganan di UGD, suhu tubuh chika mulai kembali normal. Aldi sedari tadi hanya duduk di bangku yang memang di sediakan pihak rumah sakit, mengenggam erat tangan chika tanpa mau melepaskannya.
‘’bangun dong an’’ lirih aldi.Terdengar getaran yang berasal dari ponsel aldi membuat dia langsung melepas genggamannya, ia pun langsung melihat siapa yang menelfonnya sepagi ini, ternyata satya.
‘’kenapa sat?’’
‘’gc kebawah, kita lagi nunggu kalian buat sarapan’’
‘’chika masuk rumah sakit sat’’
‘’hah? Kok bisa sih?’’
‘’gue nemuin dia di pantai, dan sekarang dia kena hipotermia’’
‘’astagaa, suhu nya udah normal lagi’’
‘’udah’’
‘’yaudah nanti lo share lock rumah sakit nya ke gue ya, biar kita susul kalian’’
‘’iyaa’’
Sambungan pun aldi matikan, ia bergegas mengirim alamat rumah sakit kepada satya, setelah itu ia pun langsung memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana.
Menggenggam kembali tangan chika yang terbebas dari infus, mengelusnya pelan, sampai tiba-tiba tangan chika pun mulai bergerak membuat aldi lantas menoleh untuk menatap chika yang sekarang sudah membuka matanya.‘’an, ada yang sakit?’’ tanya aldi namun chika hanya diam.
Chika mulai membuka selang oksigen yang melekat di hidungnya,mencoba duduk lalu menarik tangannya yang masih di genggam oleh aldi. Aldi yang melihat itu kembali menarik tangan chika untuk ia genggam.
‘’lepasin al’’ ucap chika dengan suara pelannya.
‘’an’’
‘’lepasin’’ ucap chika penuh penekanan.
Mendengar itu mau tak mau aldi melepaskan tangan chika, membuat chika langsung menarik tangannya.
‘’an maaf…maaf karena gue gak nepatin janji’’ lirih aldi menundukkan kepalanya tanda menyesal.
‘’gue gak tau bakalan ngelakuin itu an, gue bener-bener gak sadar’’
KAMU SEDANG MEMBACA
ANCHIKA
Teen FictionAnchika aquella, perempuan yang harus menikah muda di usianya yang baru 17 tahun. Entah apa yang berada di pikirannya hingga mengiyakan ajakan Tante diva, selaku wanita paruh baya yang ia tolong beberapa bulan lalu untuk menikah dengan anak laki-la...