•
•
•Sudah empat hari lamanya chika berada di rumah sakit medika, tepat hari ini chika akan kembali ke rumahnya. Aldi pun sudah mengemas semua barang-barang chika yang akan di bawa untuk pulang, lalu matanya kembali menatap chika yang sudah empat hari ini selalu diam, enggan berbicara dengan siapapun terkecuali bunda diva serta ayah dino.
‘’sayang kamu mau pulang ke rumah bunda?’’ tanya bunda diva mengusap kepala chika yang tengah duduk di kasurnya.
‘’chika mau pulang ke rumah chika aja bun, gapapa kan?’’ jawab chika menatap bunda diva.
‘’gapapa sayang, itu kan pilihan kamu’’
‘’makasih bunda’’
‘’iya sayang, yaudah yuk kita pulang.
Temen-temen kamu pasti nungguin kamu banget’’ ajak bunda diva.Chika lantas beranjak dari duduknya bersama bunda diva untuk keluar dari ruangannya.
‘’kamu udah baik-baik aja kan chika?’’ tanya ayah dino kepada menantu perempuannya.
‘’baik yah’’ balas chika tersenyum menatap ayah dino.
Mereka berempat mulai turun ke lobby rumah sakit, sesampainya disana aldi memisahkan diri untuk mengambil mobil ayahnya yang berada di parkiran guna ia bawa ke depan lobby rumah sakit.
Tidak lama aldi pun tiba di lobby utama dengan mobil ayahnya, mereka semua langsung masuk ke dalam mobil aldi. Aldi pun menjalankan mobilnya menuju rumahnya, setelah kurang lebih dua puluh menit akhirnya mereka semua sampai di depan gerbang kediaman aldi dan juga chika.
‘’bunda sama ayah pulang dulu ya, nanti malem kita kesini lagi’’ pamit bunda diva memeluk chika sebelum kembali masuk ke dalam mobil.
‘’iya bunda, ayah hati-hati ya’’
‘’iya sayang, dahh’’ pamit ayah dino.
Setelah kepergian ayah dino dan juga bunda diva, chika bergegas masuk ke dalam rumahnya disusul oleh aldi yang berada di belakangnya. Tidak ada percakapan apapun selama mereka di dalam rumah, tidak seperti biasanya.
Chika hanya diam berjalan naik ke atas menuju kamarnya, duduk di salah satu sofa yang memang berada di dalam kamar. Matanya perlahan menatap pintu kamar mandi yang tertutup, pikirannya berkelana memikirkan kejadian empat hari yang lalu, dimana dia kehilangan anaknya.
Matanya langsung berkaca-kaca saat melihat sebuah sepatu bayi yang ia rajut sendiri terdapat diatas nakas. Chika mulai terisak pelan, menutup seluruh wajahnya dengan kedua tangannya untuk meredam suara tangisannya. Tubuhnya bergetar hebat, dadanya begitu sesak hingga dirinya kesulitan untuk bernapas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANCHIKA
Teen FictionAnchika aquella, perempuan yang harus menikah muda di usianya yang baru 17 tahun. Entah apa yang berada di pikirannya hingga mengiyakan ajakan Tante diva, selaku wanita paruh baya yang ia tolong beberapa bulan lalu untuk menikah dengan anak laki-la...