8. Hari Biasanya

1.9K 347 2
                                    

Pesta teh itu berakhir agak agak sore, setelah selesai Anastasia langsung pulang dan berakhir dengan tidur hingga matahari terganti dengan bulan.

Dia sangat mengantuk, tapi dia menahannya karena begitu banyak pasang mata yang mengarah padanya. Rumor tentang dia yang seperti Ibunya bicarakan menyebar luas dan banyak yang tidak percaya kalau Anastasia adalah bagian dari Dioxazine.

Pasti banyak rumor lain yang menyebar.

Tidur sorenya ditemani oleh serigala peliharaan Ayahnya, serigala berbulu hitam yang sering datang kekamar Anastasia. Bahkan sering tidur di bersembunyi di bawah ranjang Anastasia.

Langit sudah sepenuhnya gelap, jendela kamarnya sudah tertutup pasti pelayan yang menutupnya, lampu kamarnya juga sudah menyala.

"Wolfy." Anastasia mengusap bulu serigala yang ikut terbangun saat Anastasia bangun.

Turun dari kasusnya, Anastasia menguap dia berjalan keluar dari kamarnya diikuti Wolfy.

Gaun santai yang dia pakai agak berantakan karena tertindih badannya, rambutnya saja sudah tidak berbentuk lagi.

"Kau kacau sekali." Patricia yang baru keluar dari kamarnya kaget dengan Anastasia yang baru lewat. "Kau baru bangun?"

Anastasia mengangguk. "Aku haus." Anastasia mengusap matanya. "Kau mau pergi untuk misi?" Anastasia menatap Patricia yang tidak memakai gaun, tapi celana dan kemeja.

"Yup." Patricia memakai jubah hitam miliknya. "Mungkin aku tidak akan pulang dalam waktu dekat."

"Kau pergi dengan Zale?" Keduanya berjalan menuruni tangga.

Patricia menggeleng. "Tidak. Aku pergi sendiri, lagipula kalian sebentar lagi masuk Akademi, kan?"

Akademi adalah tempat mereka menuntut ilmu disini, Zale, Edlynne dan Anastasia adalah yang masih berada di akademi, Victor akan masuk tahun depan. Mereka bisa saja belajar sendiri atau membawa guru dari luar tapi akan beresiko mengingat siapa mereka. Jadilah mereka tetap memilih berada di akademi. Ini tahun terakhir Anastasia.

"Benar. Aku hampir lupa." Anastasia mengangguk. Banyaknya pekerjaan yang ada membuat ia lupa jika perlu pergi ke akademi.

"Belajarlah yang baik," Patricia mengacak rambut Anastasia. "Aku pergi."

Anastasia melambaikan tangannya. Dia berbelok untuk tiba di dapur. Makan malam tampaknya sudah selesai dari lama.

"Nona." Salah satu koki menunduk. "Anda perlu disiapkan makan malam?"

Anastasia mengangguk. "Tolong ya."

Berjalan menuju meja makan, Anastasia mendapati Victor yang sedang memakan puding ditemani seorang pelayan di belakangnya.

"Kau lapar lagi?" Anastasia duduk di samping Victor.

Victor mengangguk. "Aku lapar lagi, tadi aku sedikit berlatih bersama Kak Zale."

Anastasia mengangguk, menopang dagunya dengan satu tangan di atas meja.

Wolfy mengusapkan kepalanya di kaki Victor membuat Victor tertawa. "Apa dia lapar?"

"Dia pasti sudah makan." Anastasia mengusap bulu Wolfy.

Victor mengangguk. Kembali melanjutkan acara makannya. Untuk anak seumuran Victor termasuk pendiam dan agak sulit bersosialisasi, keluarganya yang tertutup karena pekerjaan mereka adalah salah satu faktor kenapa Victor tidak membuka diri.

"Ayo panen madu."

Mata Victor berbinar. "Boleh?"

Anastasia mengangguk. "Besok. Bangunlah yang pagi."

TAWS (3) - Anastasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang