37. Kecurigaan

1.2K 238 7
                                    

Hari ini mereka akan berangkat menuju Istana, mudahnya mereka menggunakan portal agar sampai dengan cepat. Lagipula dia pergi bersama salah satu penyihir terbaik, walau secara teknis bukan penyihir.

Sebuah portal muncul, Anastasia jarang melihat Rafael menggunakan sihir. Sampai kadang dia lupa jika Rafael bisa di katakan kuat.

Anastasia masuk ke dalam portal setelah Rafael masuk, Irion mengikuti dari belakang. Benar-benar orang kepercayaan yang setia.

Istana masih seperti biasanya, selain satu fakta dimana taman Istana yang tidak seperti dulu, masih indah dengan bunga-bunga yang mekar tapi ada sedikit perbedaan karena Maria yang biasanya menguburkan tanaman-tanaman ini tidak ada lagi di Istana.

Mereka langsung menuju tempat Pangeran Mahkota saat sampai. Coba setiap Anastasia pergi untuk misi disiapkan seperti ini jadi dia tidak perlu capek-capek mengikuti perjalanan berhari-hari.

"Anastasia." Raja, sekaligus Kaisar dari Kerajaan ini menyapa Anastasia.

Anastasia menunduk. "Selamat pagi, Yang Mulia."

Raja tersenyum. "Lama sekali aku tidak melihatmu." Raja menepuk bahu Anastasia. "Oh, Sir Rafael."

Rafael menundukkan. "Salam, Yang Mulia."

"Santai saja, jangan terlalu kaku." Raja tertawa. "Kalian mau bertemu dengan Eurasia?"

"Iya, Yang Mulia. Ada beberapa hal yang harus diselesaikan." Anastasia tersenyum. Raja sangat hangat pada keluarga mereka, itu kenapa mereka tetap bertahan menjadi bayangan Istana meskipun banyak juga orang-orang Istana yang tidak menyukai mereka.

"Aku harus pergi, kalian temuilah Eurasia." Raja tersenyum sebelum berjalan pergi.

"Raja tampaknya sangat mengenalmu." Rafael berjalan di samping Anastasia.

"Aku berteman dengan Putri Estella, jadi secara tidak langsung aku jadi mengenal Raja." Itu juga salah satu alasannya, utamanya pasti karena keluarganya.

Keduanya masuk ke dalam ruangan Pangeran Eurasia, Irion dan beberapa penjaga lain menunggu di luar.

"Selamat pagi, Yang Mulia." Anastasia dan Rafael memberikan salamnya.

"Duduklah." Pangeran Eurasia mempersilakan Anastasia dan Rafael duduk. Ada sepasang kursi di depan meja Pangeran itu, seakan telah disiapkan. "Para pemberontak itu mengambil batu sihir?"

"Dari hasil penyelidikan yang kami peroleh, mereka bekerja di salah satu tambang batu sihir dan setiap harinya mengambil sedikit dari hasil tambang yang diperoleh setiap hari." Rafael menjawab. "Setelah dilakukan penyelidikan lagi, mutiara hitam itu ternyata berisi batu sihir namun telah di ubah beberapa komponennya hingga bisa menjadi semacam batas pelindung."

"Ada yang kau curigai?" Pangeran Eurasia menatap Anastasia. "Katakan saja."

Anastasia diam sejenak, ia melirik Rafael yang tampak menunggu. "Aku mencurigai sesuatu."

"Apa itu?" Pangeran Eurasia menatap Anastasia.

"Aku rasa orang-orang di Istir tau sesuatu, dan aku tidak sengaja melihat sesuatu yang menarik." Anastasia mengeluarkan sesuatu. "Lambang ini sama dengan pemilik kain pada kejadian di Leulal."

Sebuah lambang seperti sulur tanaman yang melingkari sebuah batu adalah bentuk dari sebuah potongan kain yang Anastasia letakkan di atas meja.

"Ini yang kau tulis di laporanmu, kan?" Pangeran Eurasia meraih kain dengan bentuk bordir sulur tanaman dan batu itu. "Apa maksudmu ini mungkin ada hubungannya dengan perdagangan manusia yang sempat terjadi."

TAWS (3) - Anastasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang