45. Mulai Terungkap

1.2K 172 7
                                    

Kamarnya pindah, awalnya lokasi kamar Anastasia dan Rafael cukup berjarak tapi karena kejadian semalam lokasi kamar Anastasia berubah.

Kamar Anastasia yang baru berada di dekat kamar Rafael, mungkin hanya berbeda dua pintu saja. Ini benar-benar dekat dan bisa jadi sebuah masalah.

Anastasia walau berada di Istir yang bisa dikatakan sangat berjarak, dia masih tetap menjalankan bisnisnya itu. Bisnis surat menyurat, dan masalah utamanya adalah Rafael.

Kalau di kamarnya yang lama dia masih bisa menyembunyikan keberadaan sihirnya tapi kalau berjarak dekat seperti ini itu akan sulit, apalagi kabar angin banyak yang bilang Rafael memiliki perasa terhadap sihir. Alias peka terhadap sihir.

Awalnya dia akan berada tepat disamping kamar Rafael, tapi dengan alasan akan timbul fitnah yang tidak baik dan malah akan mencoreng keluarga mereka masing-masing, jadilah Anastasia pindah agak lebih jauh dari kamar kandidat awalnya.

Kamar ini sama saja dengan kamarnya yang sebelumnya, hanya saja lemari pakaian di kamar ini jauh lebih luas dan akhirnya semua pakaian-pakaian itu bisa pindah kemari. Sekadar informasi, saat dia pulang kemarin dia membawa pakaian lagi atas perintah Maria dan Ibunya, ada juga dari Zale yang mengatakan pakaian itu sedang tren dan Patricia yang katanya membeli pakaian dari kota lain yang cukup jauh. Sepertinya pakaian Anastasia yang ia belum sempat pakai selama ini jika di kumpulkan akan memenuhi sebuah toko.

"Nona, tamu anda sudah tiba."

Anastasia mengangguk. "Biarkan dia masuk."

Pelayan itu berjalan keluar dan seseorang yang masuk ke dalam kamar Anastasia adalah seseorang yang ia kenal.

"Kau diperlakukan dengan baik disini." Itu Daisy, karena beberapa hal Anastasia meminta Daisy untuk datang, tapi ini sangat kebetulan Daisy datang bertepatan dengan kepindahan kamarnya.

"Aku tidak bisa menggunakan sihir sekarang." Anastasia menatap Daisy yang duduk di hadapannya.

"Hah? Kenapa? Apa ada yang salah?" Setahunya sihir Anastasia bahkan semakin membaik. "Apa kau sakit?"

Anastasia menghela nafas. "Ada yang mencoba membunuhku tadi malam."

"Apa?" Daisy tampak tidak percaya. "Apa mereka tau?"

Anastasia menggeleng. "Aku rasa ini ada hubungannya dengan pemberontakan ini. Tidak berhubungan dengan itu."

"Syukurlah, itu bisa jadi sangat berbahaya." Daisy menghela nafas. "Jadi, ada apa?"

"Tinggallah disini, jadi pelayanku."

"Hah? Pelayan?" Daisy menatap bingung. "Lalu siapa yang akan melakukan pekerjaan di toko?"

"Bukannya ada orang baru?" Anastasia mempekerjakan orang baru, tentunya itu orang kepercayaan. Orang baru ini hanyalah salah satu kepercayaan sang Ayah, karena Daisy kelihatan agak kewalahan jadilah sang Ayah meminta agar bawahannya membantu. "Kau tenang saja, dia orang yang kompeten."

"Tapi untuk apa aku jadi pelayan disini? Disini sudah ada banyak pelayan." Daisy tentu melihat semua pelayan yang sejak ia tiba terus berlalu-lalang melakukan tugas mereka. "Apalagi yang kurang."

"Aku butuh seseorang yang bisa aku percaya di dalam rumah ini." Anastasia bersandar pada sandaran kursi, ia melipat kedua tangannya di depan dada. "Banyak hal yang tidak bisa aku ceritakan ke orang lain di sini."

"Kenapa tidak bawa salah satu pelayan dari rumah?"

"Mereka bisa saja berkhianat."

"Jadi aku tidak?" Daisy menatap Anastasia yang mengangkat bahu. "Baiklah."

"Itu bagus." Anastasia tersenyum. "Berpakaianlah yang rapi, kita akan bertemu dengan pemilik rumah ini."

***

Rafael mengangguk. "Tentu."

Anastasia tersenyum. "Terima kasih."

Daisy sudah berubah menjadi pelayan yang patuh pada tuannya. Daisy menunduk. "Saya Daisy, pelayan yang sudah bersama Nona Anastasia selama ini."

Rafael mengangguk.

Daisy pamit keluar dari ruangan, sedangkan Anastasia diminta untuk tetap tinggal.

"Ini adalah laporan yang kami dapatkan." Irion, yang sudah tidak dalam keadaan mabuk lagi memberikan selembar kertas. "Sepertinya ada hubungannya dengan Kerajaan Urusua."

Anastasia membaca laporan tersebut, mungkin ada benarnya. Karena kekuasaan yang lebih besar bisa saja Kerajaan itu sebenarnya berperan tapi tidak terungkap.

"Kami akan pergi ke sana untuk menjadi tamu undangan." Rafael menunjukkan sebuah undangan. "Pangeran berulang tahun dan mengatakan pesta. Ini bisa jadi jalan untuk mencari bukti."

Anastasia mengangguk. "Itu ide yang bagus."

"Tapi," Anastasia menatap Rafael. "Aku butuh pasangan, akan ada pesta dansa."

"Putri itu sepertinya menyukai Tuan." Anastasia menahan tawa. "Dengannya saja."

Rafael berdecak. "Siapa yang akan mau dengan Putri kekanakan seperti itu."

"Maksud Tuan, Nonalah yang akan menjadi patner ke pesta tersebut. Nona juga pasti penasaran dengan hubungan antara Urusua dan pemberontakan yang terjadi." Irion mengambil alih, meluruskan apa yang dimaksud oleh Rafael. "Kami juga akan ikut, tapi kami akan lebih leluasa jika ada pengalihan saat pesta berlangsung ketika kami mencari informasi."

Anastasia mengangguk. "Aku tau. Aku hanya ingin iseng saja." Anastasia tersenyum ke arah Rafael yang berdecak. "Kapan acaranya?"

"Dua hari lagi." Rafael menyandarkan punggungnya di kursi.

"Cukup cepat, tapi aku selalu siap." Anastasia tersenyum. "Itu, saja? Atau ada sesuatu yang lain?"

Irion mengangkat tangannya, membuat Anastasia menoleh pada laki-laki itu. "Apa yang terjadi pada Nona dan Pan? Dia kelihatan menjauhi Nona akhir-akhir ini. Walau biasanya Nona dan Pan memang tidak dekat. Tapi rasanya agak aneh saja."

Anastasia tersenyum kecil, dia melirik Rafael yang seperti menunggu jawaban Anastasia. "Aku cukup tertarik pada serangga, kan? Aku hanya ingin tau karena nama itu selalu muncul di setiap buku yang aku baca. Aku hanya penasaran bertanya." Anastasia mengangkat bahu. "Sepertinya dia salah paham, padahal aku hanya bertanya Rosieta itu siapa."

Reaksi yang sudah Anastasia duga, tapi dia tetap tidak menyangka jika perkiraannya benar. Ia kira hanya pikirannya saja, tapi dari ekspresi kaget yang Rafael berikan sebagai respon mendengar jawaban Anastasia ia mendapatkan jawaban yang ia cari.

"Tapi dia malah marah padaku, padahal aku hanya ingin tau karena nama Rosieta sering muncul di beberapa buku. Aku kira itu bisa jadi referensiku, tapi dia malah marah." Diam yang Rafael berikan membuat Anastasia semakin yakin jika ada sesuatu. "Katanya tidak sembarang orang bisa masuk ke Menara, jadi apa kalian mengenal Rosieta juga? Dia pasti seseorang yang spesial karena bisa masuk ke Menara."

Irion tertawa agak paksa. "Mungkin Pan saat itu sedang kelelahan dan sedang tidak ingin ditanya-tanya, dia memang agak pemarah." Irion tersenyum paksa.

Anastasia yakin ada sesuatu, tapi untuk sekarang dia tidak akan ungkit apapun. Reaksi Rafael sudah memberikan sebuah titik terang. "Sepertinya begitu, dia sedang menulis saat aku tanyai, jadi bisa saja dia kesal karena aku mengganggunya menulis." Anastasia mengangguk beberapa kali. "Itu saja, kan? Kalau begitu aku akan persiapkan pakaian untuk acara itu."

Anastasia berdiri dari kursi, dia melirik Rafael yang diam sebelum berjalan keluar dari ruangan tersebut.

Dugaanya ternyata tidak meleset.

. . .

29 Agustus 2023

TAWS (3) - Anastasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang