1. Hidup Yang Baru

6K 621 12
                                    

Seekor kupu-kupu memijakkan kakinya di kepala seorang gadis dengan rambut berwarna hitam yang sedang bersantai dengan segelas teh. Cuaca hari ini sangat cerah.

"Aku paling benci berurusan dengan penyihir." Laki-laki dengan rambut berwarna hitam yang diikat sebagian itu berekspresi malas setelah membaca sebuah surat berisi sebuah permintaan dari kerajaan. "Kenapa tidak lakukan sendiri saja? Mereka bahkan bisa memindahkan toko itu kalau mereka mau."

"Hentikan itu. Telingaku sakit." Perempuan berambut hitam dengan mata berwarna ungu itu melirik laki-laki yang tampak kesal itu. "Bawakan saja yang mereka mau."

"Untuk apa juga Pangeran kedua perlu ramuan penumbuh rambut!" Zale berteriak kesal. "Dia mau menumbuhkan bulu ketiak?"

"Pelankan suaramu bodoh!" Satu pukulan mengenai kepala Zale. "Itu perintah Pangeran jadi lakukan saja." Edlynne melirik Zale kesal.

"Itu hanya pekerjaan mudah, lakukan saja." Gadis bermata ungu itu menurunkan gelasnya. "Kau di bayar mahal hanya untuk hal mudah, jadi tidak masalah, kan?"

Edlynne mengangguk. "Aku setuju apa kata Kakak."

Zale mendengkus. "Aku hanya tidak habis pikir saja. Padahal mereka punya pelayan yang bisa mereka suruh untuk pergi membeli apapun yang mereka mau. Tapi kenapa malah aku yang disuruh!" Zale menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. "Aku malas menyelinap."

"Kalau begitu pergilah untuk membeli ramuan itu." Zale berdecak. "Ya sudah, menyelinap saja saat malam. Lagipula toko itu tidak memiliki penjaan ketat."

"Pelindung rumah ini bahkan lebih kuat." Anastasia tersenyum. "Pergi saja."

Zale berdiri. "Aku akan pergi membelinya saja. Aku malas menyelinap ke sana." Laki-laki berusia lima belas tahun itu berjalan menjauh.

Edlynne menghela nafas. "Dia selalu saja mengeluh kalau diberikan tugas." Edlynne memakan satu sendokan kuenya. "Padahal kalau aku jadi dia aku akan pergi. Biasanya Pangeran kedua memberikan bonus."

Anastasia mengangguk. "Ya. Dia memang lebih loyal dari Pangeran mahkota."

"Hei, Kak." Edlynne sedikit berbisik, membuat Anastasia menaikkan sebelah alisnya. "Katanya Pangeran ketujuh mau di jodohkan, apa benar?"

Anastasia tersenyum, sedikit menyipitkan matanya. "Kau masih mengejar-ngejar Pangeran ternyata."

Wajah Edlynne berubah merah padam. "Ti-tidak a-aku hanya tidak sengaja mendengar rumor. Jika itu rumor buruk reputasi Pangeran ketujuh akan buruk nantinya."

Tersenyum geli, Anastasia bersandar pada sandaran kursi. Edlynne menyukai Pangeran ketujuh dan seluruh rumahnya ini sudah tau, bagaimana tidak selalu saja Pangeran ketujuh yang dibicarakan oleh adiknya itu.

"Entahlah. Aku belum mendengar apa-apa tentang itu."

Edlynne menatap Kakaknya itu dengan pandangan datar. "Tidak mungkin. Kau pasti tau sesuatu!"

Anastasia tertawa. "Hei, aku bukan penjaga Pangeranmu itu. Kenapa kau tidak tanya sendiri saja?"

Menunduk, Edlynne memainkan tangannya. "A-aku malu!" Edlynne menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Aku bahkan tidak berani menatap lama mata Pangeran, aku bisa pingsan kalau aku melakukannya."

Anastasia terkekeh. Adiknya ini sangat menyukai Pangeran ketujuh sampai tidak bisa berpikir jernih ketika berada di dekat Pangeran itu.

"Buatkan aku racun yang berefek lumpuh tapi sedikit lebih parah dari yang terakhir kau berikan." Edlynne adalah spesialis racun di rumah mereka, umur gadis itu mungkin masih enam belas tahun, tapi keahlian dalam membuat racun mematikan sangat luar biasa. Bahkan racun yang dibuat Edlynne sangat laku di pasar gelap, meski dengan harga yang sangat lumayan.

TAWS (3) - Anastasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang