21. Tokoh Utama

1.8K 330 15
                                    

Anastasia berhenti, matanya tidak sengaja menangkap siluet yang ia kenali.

Ia hampir lupa jika kedua pemeran utama itu akan bertemu di taman, tepatnya di bawah pohon besar yang ada di taman.

"Ada apa?" Rafael berbalik saat menyadari Anastasia tidak berjalan disampingnya.

Anastasia tersenyum. "Sepertinya saya harus ke toilet, anda duluan saja." Anastasia sedikit berjalan dengan cepat.

Rafael diam, hanya menatap gadis berambut hitam yang perlahan menghilang ditaman.

Anastasia tentu berbohong, karena tujuan utamanya adalah menyaksikan secara langsung pertemuan kedua pemeran utama itu.

Bersembunyi di sebuah semak-semak tinggi, Anastasia memperhatikan kedua pemeran utama yang tidak sengaja bertemu di bawah pohon.

Kisah ini benar-benar seperti yang ia ingat, meskipun hanya beberapa hal inti yang ia ingat, tapi itu cukup membantu.

Pangeran dan wanita yang akan menjadi pasangannya kelak tampak saling tatap, itu adegan paling klise di sebuah novel. Saling bertatapan dengan mata penasaran.

"Tidak baik mengintip orang lain seperti ini, Nona." Anastasia menoleh, dia menatap laki-laki berjas hitam bercampur merah yang ikut berjongkok disampingnya. "Kau menyukai Pangeran Eurasia?"

Anastasia memberikan jarak selangkah dari laki-laki itu. "Tidak. Aku hanya tidak sengaja melihat saja."

Laki-laki itu mengangguk beberapa kali. "Kau bangsawan baru? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya."

Anastasia melirik. "Ya, katakan saja begitu."

"Maria Dioxazine?"

"Itu Kakakku." Anastasia berdecak. "Maaf, aku harus undur diri." Anastasia berbalik, dia berjalan menjauh.

Laki-laki itu tidak menyerah, dia berjalan mengikuti Anastasia yang memasuki gedung utama. "Maaf karena aku salah menyebutkan nama."

"Tidak masalah. Tapi aku sedang tidak mau berbicara." Anastasia menunduk sebelum berjalan.

"Hei," Laki-laki itu berhenti di depan Anastasia. Laki-laki itu meletakkan satu tangannya di dada kirinya, agak menundukkan kepalanya sebelum menyebutkan nama. "Tarrant Castor."

Anastasia mengerutka kening, merasa tidak asing dengan nama tersebut. "Castor?"

Tarrant  tersenyum. "Ya, Nona pasti pernah mendengar nama itu."

Terdiam, Anastasia seperti di sengat oleh arus listrik kecil yang membuat ia kaget. Castor?

Itu adalah marga si penjahat utama di dalam novel ini, dan orang itu ada di hadapan Anastasia sekarang.

Anastasia mengangguk. "Ya, saya tau." Dia tidak menyangka akan secepat ini dia bertemu dengan si penjahat. "Tapi saya sedang tidak mau berurusan dengan Castor."

Tarrant tersenyum. "Mungkin lain waktu." Anastasia mengangguk, dia berjalan melewati Tarrant. "Nona Anastasia Dioxazine."

Anastasia harus jauh-jauh dari si penjahat itu, karena ini belum perannya.

***

Dapat dikonfirmasi jika Pangeran akhirnya bertemu dengan si pemeran utama wanita dan si penjahat dalam novel pun telah muncul.

Dalam novel ini salah satu penjahat adalah Tarrant Castor, seorang  yang nantinya akan jatuh cinta pada si pemeran utama wanita. Veronica tidak ada apa-apanya, bahkan sejak awal sudah kalah.

Tapi seingat Anastasia si penjahat akan bertemu pemeran utama wanita di dalam gedung, tapi entahlah mungkin saja mereka sudah bertemu di dalam.

"Ini."

Anastasia menoleh, itu Edlynne meletakkan sebuah botol kecil berwarna bening di atas meja. Itu pesanan Anastasia.

"Terima kasih." Anastasia meraih botol tersebut, ini adalah racun yang bisa membuat seseorang menjadi kaku, kram di seluruh tubuh yang mengakibatkan tubuh akan sulit untuk digerakkan dalam kurun waktu tertentu.

Acara telah selesai dan mereka kembali ke Mansion tempat Kakak pertama mereka tinggal, begitu juga Edlynne.

"Aku dengar kau akan mulai bekerja di Istana." Edlynne duduk di hadapan Anastasia. Gaun tidur dengan rambut dibiarkan tergerai, status yang berubah menjadi tunangan Pangeran kelima yang dulu diimpi-impikan telah tercapai, Anastasia tersenyum melihat adiknya.

Anastasia mengangguk, dia meletakkan buku yang ia baca di atas meja. Keduanya berada di kamar Anastasia, beberapa kupu-kupu dan capung hinggap di beberapa perabotan di dalam kamar Anastasia. "Ya, mereka memintaku untuk sedikit membantu. Apalagi Maria sudah tidak seaktif dulu lagi."

"Dia benar-benar mencintai laki-laki itu." Edlynne menyadarkan punggungnya ke sandaran kursi. "Sepertinya hanya kau dan Zale masih sangat tidak peduli dengan cinta."

"Itu urusan belakangan." Anastasia menghela nafas. "Aku ingin pergi untuk mencari buku sihir."

"Di istana banyak."

"Itu tidak cukup lengkap." Di ibu kota ada banyak perpustakaan dan semua telah dia cari tau, tapi tidak begitu banyak hal yang dapat di peroleh. Paling-paling hanya buku-buku dasar. Dia juga bertanya pada Kakak laki-lakinya tapi tidak begitu membuahkan hasil. Sihir untuk serangga bukan hal lumrah, maka dari itu tidak begitu banyak buku-buku mengenai hal tersebut.

Edlynne tampak berpikir. "Kenapa tidak pergi saja ke daerah Marquess Istir, mereka memiliki menara penyihir di sana. Salah satu yang terbesar, mereka juga memiliki banyak penyihir hebat. Bahkan banyak penyihir dari sana sekarang di Istana."

Ah, kenapa dia baru kepikiran? Ada Kota Istir yang menjadi pusat kota kedua dan terlengkap di negara ini. Mungkin dia bisa mendapatkan jawaban disana.

"Kau akan membantu di Istana, kan? Katakan saja kalau kau mau di tugaskan di Istir, jelaskan pada Pangeran Eurasia, dia pasti akan mengerti." Edlynne berdiri. "Aku sudah mengantuk, selamat malam."

"Selamat malam." Anastasia mengangguk. "Mungkin ini ide yang bagus."

Anastasia diminta untuk menjadi salah satu orang kepercayaan Pangeran Pertama. Alasannya tentu karena memang mereka yang pantas untuk itu. Bisa dikatakan yang tidak tertikat hubungan asmara hanya dirinya dan Zale--Victor masih di bawah umur--jadi hanya mereka yang agak lebih bebas.

Sebenarnya dia sedang mengumpulkan informasi yang diminta Pangeran Pertama. Ada semacam kelompok yang katanya sering melakukan pemujaan aneh dan menolak adanya kerajaan. Menolak jika ada yang memiliki kasta, semua harua sama. Bahkan ada yang bilang mereka sampai memuja iblis karena itu. Dengan kata lain, pemberontakan.

Mungkin dia akan meminta untuk dipindahkan, karena menurut isu yang beredar orang-orang itu berasal bukan dari Ibu kota, melainkan kota lain dan kebetulan orang-orang mereka telah sampai di ibu kota.

Beberapa telah ditangkap dan di interogasi namun mereka tetap diam, setelah itu mereka mengakhiri hidup mereka sendiri. Semua karena kepercayaan mereka.

Hal yang menjadi ciri khas orang-orang itu adalah mata, mereka memiliki satu mata normal dan satu mata aneh. Pupil mata mereka akan berbentuk aneh, tidak ada yang pernah melihat mata itu. Karena pada umumnya orang-orang itu hanya menggunakan satu mata, mata lain itu seperti tanda.

Ini aneh dan membuat kepala Anastasia agak sakit saat memikirkannya, tidak semudah itu mencari informasi mengenai orang-orang ini.

Anastasia ingin curiga pada si penjahat dalam novel ini, tapi satu-satunya hal kejam yang dilakukan si penjahat hanyalah merebut si pemeran utama wanita dari Pangeran. Tidak sampai hal buruk seperti ini.

Anastasia menghela nafas, dia meraih botol kecil itu dan meletakkan di dalam laci. Dia naik ke atas kasur dan memadamkan lampu, dia akan memikirkan itu esok hari.

. . .

TAWS (3) - Anastasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang