47. Sama

1.9K 221 38
                                    

Entah berapa banyak serangga yang sudah Anastasia lepaskan di seluruh Istana ini, tapi hanya beberapa saja yang bisa langsung Anastasia dengan informasinya.

Menggunakan mata salah satu lebah yang ia sebarkan, Anastasia berhenti pada sebuah ruangan. Seperti kamar pada umumnya, namun ada seseorang yang sedang duduk di atas kasur sambil membaca sesuatu.

Tidak asing.

Lebah itu semakin mendekat, berhenti pada perabotan paling dekat. Dugaan yang benar.

Mata itu bertemu dengan mata Anastasia. Hal yang biasa, paling-paling hanya akan diusir.

Namun dugaan Anastasia salah, seekor kupu-kupu berwana merah muda mendekat. Bahkan masih berjarak namun Anastasia bisa merasakan hal itu.

Sebuah tekanan kuat yang menekan sangat kuat, seakan-akan menghancurkan.

"Ana!"

Anastasia membuka mata dengan nafas memburu, dadanya terasa agak sesak.

Darah?

Anastasia tersenyum sinis, dia mengusap hidungnya yang berdarah. "Ah, begitu."

"Kau baik-baik saja, kan?" Rafael kelihatan cemas, laki-laki itu berjongkok di hadapan Anastasia.

"Ada apa?" Rastan menatap Anastasia.

"Nanti akan aku ceritakan." Anastasia berdiri. "Aku rasa aku sudah tau sesuatu."

Rafael mengerutkan kening. "Ada apa?"

Anastasia menatap Rafael agak lama sebelum akhirnya berdiri dan berjalan menjauh.

"Kau tidak mau mengejarnya?" Rastan menaikkan sebelah alisnya.

Rafael berdiri, dengan agak berlari mengejar Anastasia yang berjalan menuju toilet.

Ada apa sebenarnya?

***

Pelayan menunjukkan lokasi toilet yang tidak begitu jauh, Anastasia menghela nafas, dia melepaskan sarung tangan yang tingginya mencapai siku ke dalam tempat sampah.

Biarkan saja Maria mengomel karena dia membuang salah satu penunjang pakaian yang sering Kakaknya itu gunakan.

Membersihkan hidungnya dan mengabaikan warna lipstiknya yang agak memudar, Anastasia berjalan keluar setelah mengelap area yang terkena air.

"Kau baik-baik saja?" Rafael langsung bertanya saat Anastasia keluar dari toilet. "Apa perutmu sangat sakit? Ayo kita kembali saja."

Kentara kalau Rafael khawatir, tapi jika mereka pulang sekarang Anastasia akan kehilangan sesuatu yang berharga. Anastasia sudah memfokuskan beberapa serangganya pada kamar itu dan semakin mencari hingga ke area-area terdalam bangunan ini.

"Aku baik-baik saja." Anastasia tersenyum.

"Biar aku sembuhkan." Rafael meraih tangan Anastasia dan mulai menyembuhkan Anastasia dengan sihir.

"Sepertinya aku akan ikut Kakakku untuk malam ini." Ucapan Anastasia bertepatan dengan penyembuhan yang selesai Rafael lakukan. "Aku agak rindu dengan Kakakku."

"Menginap saja di Mansion. Aku akan memanggil tabib."

Anastasia mengerjap beberapa kali bukan beberapa kali, tapi berkali-kali Anastasia terluka, walaupun khawatir saudara-saudaranya tidak akan terlalu menunjukkan hal tersebut apalagi ketika dalam misi, karena itu malah akan menimbulkan kepanikkan yang malah berujung fatal. Jadi ini agak terasa mengagetkan saat ada yang sangat khawatir dan itu sangat kentara.

"Baiklah." Sepertinya Rafael tidak akan melepaskannya begitu saja, untuk sekarang dia akan mengalah. "Bisa kita pulang sekarang? Aku agak merasa pusing."

TAWS (3) - Anastasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang