Kata Irion lebih baik membiarkan Rafael menenangkan diri, jadi Anastasia memilih membawa beberapa anggur produksi keluarga mereka ke Menara. Dia juga membagi-bagikan ke para pelayan. Harga anggur ini cukup mahal bagi para pelayan jadi mereka sangat senang saat mendapatkan anggur kualitas terbaik itu.
"Wah, aku hampir lupa jika kau adalah bangsawan." Ran meraih dua buah botol anggur yang Anastasia bawa ke Menara, tepatnya ke Perpustakaan.
"Nikmatilah," Anastasia tersenyum. Ia meraih satu botol anggur tersebut dan menawari Pan. "Ini."
Pan dengan buku ditangannya melirik apa yang Anastasia berikan. "Kau tidak melihat tanganku penuh?"
Masih saja sama, tapi sepertinya tambah parah karena pertanyaan Anastasia waktu itu. Padahal dia kira Pan akan luluh dengan ini.
"Minumlah nanti." Anastasia meletakkan kembali anggur itu ke dalam keranjang yang ia bawa. "Rasanya seperti aku lama tidak kemari."
"Ya, sekarang kau sering menghabiskan waktu bersama Rafael." Ran tersenyum. "Kalian kelihatan dekat."
Anastasia mengibaskan tangannya. "Itu hanya karena aku juga bangsawan, jangan berpikir lebih."
"Baiklah, aku akan percaya." Ran terkekeh. "Oh, aku menemukan ini di salah satu rak."
Ran meraih sesuatu dari bawah meja, dia menatap sekitar sebelum mengeluarkan sebuah buku. "Ini buku rahasia, jadi jangan sampai ada yang tau." Ran mengatakan itu dengan bisikan. "Ini adalah catatan dari seseorang."
Anastasia meraih buku tersebut, dia mengangguk pelan. "Terimakasih."
Ran mengangguk. "Katakan saja ini hadiah untuk anggur itu."
"Apa seenak itu? Aku tau jika anggur ini produksi keluargaku dan berkualitas sangat baik, aku tidak tau jika sebagus itu." Anastasia tidak terlalu ikut campur dalam produksi anggur keluarga mereka, itu bukan keahiliannya.
"Kau tidak pernah meminumnya?" Ran duduk di kursi tepat dihadapan Anastasia.
Anastasia menggeleng, gadis itu tampak berpikir. "Bahkan sepertinya aku baru meminum alkohol dalam hitungan jari."
"Aku akan merasa sangat rugi saat keluargaku memproduksi anggur terbaik tapi aku malah tidak menikmati itu." Ran menggeleng beberapa kali. "Seberapa buruk toleransi alkoholmu?"
Anastasia tampak berfikir. "Entahlah, mungkin dua gelas saja aku sudah akan tumbang."
"Kau lemah sekali." Ran terkekeh. "Tapi tak apa, kalau kau memiliki toleransi baik dengan alkohol itu akan membuat kau terlalu sempurna."
"Hah? Sempurna? Apa kau tidak salah?" Anastasia terkekeh. "Apa yang sempurna dari hidupku?"
Ran mengangkat satu jarinya. "Kau cantik, cukup pintar, memiliki keluarga yang menyayangimu, kau juga bangsawan. Toko dan produksi minuman keluargamu adalah yang terbaik. Apalagi yang kurang?"
Bagi orang lain, itu sesuatu kebanggaan. Ya jika Anastasia adalah gadis polos yang hidup tanpa tau apa itu Dunia bawah dia mungkin akan menjadi Nona bangsawan yang paling spesial dan bahkan dibanggakan orang lain.
"Aku belum menikah, itu juga satu kecacatan, bukan? Aku tidak sesempurna itu." Anastasia terkekeh. Lagipula fakta tentang keluarganya saja sudah membuat Anastasia cacat. Siapa laki-laki diluar sana yang akan menerima, ketiga saudarinya hanya sangat beruntung.
"Bukannya ada Rafael?" Ran tersenyum kecil. "Kalian berdua tampak serasi."
"Apa yang kau bicarakan? Itu tidak masuk akal." Anastasia tertawa, dia agak mengipasi wajahnya yang memanas.
"Secara perlahan kau telah membuat Rafael kembali seperti dulu." Ran menopang satu tangannya di atas meja. "Dulu dia tidak dingin begitu, tapi karena satu dan lain hal dia berubah dingin. Terutama pada wanita. Dia seperti puncak gunung yang esnya tidak akan pernah mencair."
"Apa yang terjadi sebenarnya? Aku merasa jika ada sesuatu tapi kau tidak pernah menceritakannya padaku." Anastasia mendengkus pelan. "Selalu seperti teka-teki."
Ran terkekeh. "Kau pasti bisa pecahkan itu."
Anastasia mengangguk beberapa kali. "Aku harus pergi, terimakasih untuk ini." Anastasia menunjuk buku yang diberikan Ran.
"Tentu, hati-hati."
***
Benar apa dugaan Anastasia, setengah dari pelayan serta pengawal yang ada di Mansion seluruhnya mabuk berat. Bahkan Irion juga.
"Aku tidak tau jika jadinya akan begini." Anastasia agak merasa bersalah karena membuat orang-orang ini jadi mabuk. Padahal baru selesai jam makan malam.
"Mereka hanya senang karena sangat jarang ada hal seperti ini, Nona." Salah satu pelayan bersuara. "Nona bisa kembali ke kamar dan beristirahat."
Anastasia mengangguk, ia berdiri dan berjalan naik menuju lantai kedua Mansion ini. Rafael juga tidak makan malam bersamanya, sepertinya perasaan Rafael sedang buruk sekali.
Teringat pada buku yang diberikan oleh Ran, Anastasia agak mempercepat langkahnya dan tidak lupa mengunci pintu kamarnya.
Meraih buku yang ia letakkan di bawah bantal, Anastasia duduk di meja ditemani dengan lampu kecil di mejanya.
Buku ini memiliki banyak informasi tentang serangga dan sihir, walau kebanyakan di dalam sini adalah tentang kupu-kupu. Pada dasarnya konsep semua serangga sama saja, jadi itu agak membantu Anastasia.
"Rosieta?" Anastasia menatap sebuah nama di bagian bawah buku yang sejujurnya lebih mirip catatan yang dibuat oleh seseorang. "Tidak asing."
Rosieta tertulis dibagian bawah buku tersebut dengan tulisan agak berbeda dengan tulisan yang ada di buku ini, seperti orang lainlah yang menulisnya.
Ah, itu nama yang ada di setiap buku serangga di perpustakaan, dan juga nama yang membuat Pan marah padanya.
Anastasia menopang dagunya dengan satu tangan. "Siapa sebenarnya Rosieta ini?"
Novel ini benar-benar fokus hanya pada kedua pemeran utama, sudut pandang yang diambil juga adalah milik si pemeran utama wanita. Jadi tidak begitu banyak hal yang di jelaskan pada novel. Kebanyakan isi novel itu sudah Anastasia lupakan juga.
Ada sebuah amplop yang menempel pada sampul di halaman terakhir dari buku itu. Mungkin ini adalah milik dari si empunya buku ini.
Anastasia membuka amplop tersebut, meraih sesuatu yang berada di dalamnya. Pupil mata Anastasia agak membesar, kaget.
Rambut berwarna seperti permen gula kapas yang lembut, dengan mata hijau terang yang cerah. Rambut putih bagai salju yang kelihatan pendek dengan mata merah yang tampak ikut tersenyum, lalu seorang laki-laki berambut hijau gelap dan satu lagi perempuan dengan warna rambut serupa. Walau agak berbeda tapi tempat yang menjadi latar gambar itu adalah Menara. Tempat perpustakaan.
Anastasia membalik gambar itu, membaca sederet kata di belakang gambar itu.
"Rafael, Rosieta, Pan dan Ran."
Anastasia sudah tau sejak awal dia melihat gambar ini, pasti dia orangnya. Hanya ia perlu pembuktian sedikit.
Tersenyum kecil, Anastasia terkekeh. "Dia cantik seperti perkiraanku."
Anastasia menatap foto tersebut, sampai dia menemukan sesuatu. Ada kawanan kupu-kupu dibelakang sana. Itu agak abnormal untuk kupu-kupu pada umumnya. Kupu-kupu juga bukan lebah yang akan ikut kemana ratu mereka pergi.
Apa ini alasan kenapa Rafael bisa tau tentang kupu-kupu hijau waktu itu?
Karena gadis ini?
Sepertinya Anastasia tau apa yang terjadi. Cinta segitiga. Rafael mencintai gadis itu dan Pan tampaknya juga begitu.
Anastasia tersenyum. "Kau sangat mencintainya, ya?"
. . ..
26 Juli 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
TAWS (3) - Anastasia
FantasyThe Another World Series (3) - Anastasia Cerita berdiri sendiri. Dioxazine. Pada umumnya orang lain hanya akan menganggap itu nama dari salah satu keluarga bangsawan yang tidak terlalu kaya dan tidak terlalu kekurangan, biasa. Tapi bagi yang menge...