40. Penjahat Sesungguhnya

1.2K 199 5
                                    

Ada satu hal yang Anastasia lupakan, si penjahat itu adalah anak dari seorang Marquess, dan dia sendiri adalah seorang pendeta di Kuil Suci.

Benar-benar Pendeta yang tidak mencerminkan pengikut Tuhan. Dia malah menjadi penjahat utama. Bahkan walau sebagai pendeta Tarrant terlalu bebas.

Tristan Castor tampak seperti sedang beradu tatapan dengan Pangeran Mahkota. Sebenarnya Pangeran Mahkota ikut karena tau jika Tristan terang-terangan menaruh perhatian pada orang yang jelas-jelas adalah tunangannya. Tapi namanya juga orang aneh.

"Haruskah kita pergi?" Rafael melirik sekitar. "Tempat doa di sini bukan hanya satu, kan?"

Anastasia mengangguk. "Ya. Ayo kita pergi."

Seorang pendeta datang mendekat dan mengajak Anastasia dan Rafael untuk pergi ke tempat doa lainnya.

Bangunan besar dan beberapa berukuran lebih kecil adalah tempat doa serta beberapa hal lain.

"Saya jarang sekali melihat Nona Anastasia," Salah satu pendeta yang kebetulan kenal dengan Rastan menyapa saat tidak sengaja bertemu diperjalanan menuju tempat doa. "Selamat pagi Sir Rafael."

Rafael mengangguk. Sepertinya Rafael memang sangat terkenal. Setiap orang sepertinya kenal dengan ksatria itu, padahal dia tidak mengapdi pada Istana.

"Selamat pagi, Pendeta." Dia adalah seorang Pendeta yang menangani kuil atas nama Istana. "Lama tidak bertemu."

"Bagaimana kabar Marquess? Aku lama tidak mendengar kabarnya." Pendeta ini terkenal karena sering bepergian ke Kuil-kuil diseluruh negeri, katanya untuk mempererat hubungan Kuil. Di Hara belum ada kuil jadi sepertinya Anastasia tidak perlu terlalu kenal dengan Pendeta ini.

"Kabar Ayah baik." Rafael tersenyum.

Pendeta itu tertawa. "Salam untuk Marquess."

Setelah pendeta itu pergi, Anastasia memiliki Rafael. "Aku belum pernah bertanya tentang ini, tapi Tuan seorang ksatria tapi kenapa tidak mengabdi pada Istana?"

"Aku mengabdi pada Istana tentunya, tapi aku juga punya tanggung jawab di Istir jadi aku tidak bisa melepaskannya begitu saja." Rafael menarik tangan Anastasia saat gadis itu tampak terlalu fokus mendengar ucapan Rafael hingga tidak melihat beberapa orang yang hendak lewat. "Itu kenapa aku selalu melapor ke Istana."

"Itu jadi masuk akal." Anastasia mengangguk. "Aku hanya merasa agak aneh, ya walau biasanya ada juga yang seperti itu. Kebanyakan saudara-saudaraku bekerja di Istana mereka benar-benar di Istana."

"Begitulah." Rafael mengangguk.

"Kau jadi dingin lagi padaku." Anastasia mengatakan itu dengan suara pelan agar Pendeta yang berjalan di depan mereka tidak mendengar, bisa-bisa dia dianggap tidak sopan.

Rafael melirik, dia menepuk kepala Anastasia pelan. "Ini diluar."

"Akhir-akhir ini kau dingin padaku asal kau tau." Anastasia memajukan bibirnya. "Apa karena kau curiga aku mata-mata?"

Rafael mengangguk.

"Kau memang jahat." Anastasia menarik tangannya dari Rafael, dia tidak sadar jika Rafael belum juga melepaskan tangannya sejak tadi. "Jaga jarak. Sampai kau percaya lagi padaku jauh-jauh dariku."

Anastasia mengibaskan rambutnya sebelum berjalan menuju pendeta di depan mereka.

Rafael menggeleng.

***

Sejujurnya Anastasia merasa jika dia hanya sekedar kontrak di dunia ini, walau pada dasarnya dia berasal dari dunia lain. Tapi perasaan seperti pemain figuran sangat terasa sekarang.

TAWS (3) - Anastasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang