36. Masalah Baru

1.2K 218 8
                                    

Laporan yang telah di kirim ke Istana mendapatkan balasan, Pangeran ingin agar keduanya datang ke Istana langsung.

Ini bagus juga, Anastasia bisa sekalian melihat keponakannya yang baru saja lahir. Sebenarnya Maria datang untuk menyampaikan hal tersebut juga.

Bahkan Ayah dan Ibunya sedang berada di Ibu kota untuk melihat cucu pertama mereka.

"Boleh buah ini aku jadikan hadiah?" Akhir-akhir ini Anastasia sering bolak-balik ruangan Rafael. Irion biasanya hanya akan tersenyum geli melihat Rafael dan Anastasia yang sering berdebat.

"Ya." Rafael mengangguk.

Saat Anastasia datang belum semua buah bisa di panen, tapi beberapa hari yang lalu buah-buah itu telah di panen dan bahkan baru tiba di Mansion. Melihat itu dan kebetulan mereka akan pergi ke Ibu kota, kenapa tidak jadikan saja hadiah. Kalaupun Anastasia harus membayar itu tidak masalah.

Anastasia mengerutkan kening. "Kau kenapa jadi dingin lagi, sih?" Irion sudah tau jika keduanya terkadang berkomunikasi dengan secara tidak formal, bahkan saat pertama Irion agak kaget. Ya, pasalnya Rafael bukan tipe orang yang akan membiarkan orang lain berlaku tidak sopan padanya. Kepala adalah taruhannya.

Rafael hanya mengangguk.

"Menyebalkan!" Anastasia berbalik, gadis itu berjalan keluar dari ruangan Rafael dengan wajah tertekuk.

"Biasanya juga begini, dia aneh." Rafael menggeleng. "Perempuan memang sulit dimengerti."

Irion tekekeh pelan. "Nona sudah terbiasa dengan sisi santai Tuan, jadi rasanya mungkin agak aneh jika Tuan menggunakan sisi dingin Tuan pada Nona."

"Dia hanya terlalu berlebihan." Rafael menghela nafas. "Apa ada yang aneh darinya akhir-akhir ini?"

Irion menggeleng. "Tidak. Semua seperti biasanya."

Rafael sempat lupa tujuannya. Awalnya dia bersikap terbuka pada Anastasia hanya agar mencari titik lemah gadis itu, dimana dia bisa mendapatkan informasi apa benar-benar gadis itu mata-mata Istana untuk Istir atau benar-benar membantu Istir. Itu kenapa Rafael kembali ke sifat awalnya saat bertemu dengan Anastasia. Gadis itu kelihatan tidak menyukai itu.

Tapi sampai sekarang tidak ada yang aneh, gadis itu seperti biasanya. Tidak ada yang mencurigakan, kecuali kupu-kupu yang selalu berada disekitar kamar gadis itu.

Dia jadi ingat seseorang.

***

Pan menoleh saat terdengar suara pintu yang terbuka, itu Nona Anastasia yang setiap hari datang kemari.

"Ran sedang pergi." Pan menulis sesuatu dibukunya. "Semua buku tentang serangga sudah kau baca."

"Tentang sihir belum." Anastasia dan Pan seperti tidak pernah akur satu sama lain. Pan seperti tidak menyukai Anastasia sedangkan Anastasia jadi malas mendekat karena tanggapan Pan yang tidak ramah.

Ran pernah bilang jika ada orang lain yang juga mencari-cari buku tentang serangga selain dirinya, tapi saat Anastasia bertanya lebih Ran hanya mengatakan jika Pan lebih paham akan hal itu karena lebih lama berada di perpustakaan.

Anastasia meraih kursi dan duduk dihadapkan Pan. Dengan itu Pan mentapnya aneh karena tidak biasanya Anastasia akan dekat dengannya, secara mereka seperti saling mejauhi satu sama lain.

"Apa?" Pan berhenti menulis, dia menatap Anastasia.

"Katanya, dulu ada juga yang mecari tentang serangga sama sepertiku." Anastasia dapat melihat jika Pan kaget dengan ucapannya. Berarti benar. "Siapa tau aku bisa mendapatkan informasi dari situ."

Pan kembali mengendalikan dirinya. "Tidak ada yang seperti itu. Kau orang aneh pertama yang mencari hal itu."

"Benarkah?" Anastasia melirik kertas yang Pan tulis. "Di kertas peminjam buku tentang serangga, namanya selalu ada."

Pan mengangkat kepala, menatap Anastasia.

"Rosieta," Anastasia dapat melihat jika pupil mata Pan membesar karena kaget. "Namanya ada di semua buku tentang serangga, beberapa ada di buku sihir."

Pan meremas alat tulis yang ia genggam, kepalanya menunduk. "Kenapa?"

Anastasia mengerutkan kening. "Apa? Aku hanya ingin tau. Kau bilang tidak ada yang pernah mencari tentang serangga, tapi nama Rosieta selalu ada di setiap buku tentang serangga." Anastasia yakin ada sesuatu. "Bukan sembarang orang bisa masuk kemari."

Pan menghela nafas, dia menatap Anastasia. "Apa yang kau mau sebenarnya?"

Anastasia mengangkat bahu. "Aku hanya ingin tau. Semua buku sudah aku baca, tapi tidak banyak yang aku peroleh. Siapa tau jika aku bertemu dengan orang-orang yang pernah membaca buku-buku itu aku bisa mendapatkan sedikit jalan." Pan diam menatap Anastasia. "Walau tampaknya itu sudah lama sekali, sekitar lima sampai enam tahun yang lalu."

"Pergilah." Pan menunduk.

Anastasia benar-benar yakin ada sesuatu. "Apa dia memiliki rambut berwarna merah muda?"

"Pergi!" Pan berdiri dari kursinya, dia menatap Anastasia dengan tatapan tidak terbaca. "Pergi.. " Pan berkata lirih sambil membuang muka ke arah lain.

Sepertinya belum sekarang. Anastasia berdiri, dia berjalan keluar dari perpustakaan.

Pan duduk kembali ke atas kursi, mengusap kasar wajahnya. Pan menghela nafas panjang. "Kenapa aku marah?"

***

Anastasia hanya iseng. Dia tiba-tina teringat begitu saja dengan kata-kata penjaga kebun itu tanpa sebab, dari reaksi yang Pan buat, artinya si pembaca buku serangga sebelumnya dan yang datang ke kebun adalah orang yang sama.

Tapi itu 'kan kebun milik Rafael, dan hanya orang-orang tertentu yang bisa ke sana. Apalagi daerah salju itu adalah daerah suci.

... Cinta segitiga?

Anastasia mendengkus geli, dia mengusap rambutnya agak kasar. Jadi begitu. Sepertinya Pan dan Rafael pernah mencintai orang yang sama, dan namanya adalah Rosieta.

"Selamat siang."

Anastasia menoleh, wajahnya berubah masam begitu saja. Kenapa orang ini ada di tempat ini? Ini tempat khusus kenapa penjahat ini bisa ada di sini?

Tarrant Castor, rambut biru tua yang di sisir rapi dan mata hitam yang berkilau. Dia benar-benar penjahat.

"Selamat siang." Anastasia memberikan salam tanpa membuat kontak mata sama sekali. "Saya permisi dulu."

Tarrant menutup berhenti tepat di depan Anastasia yang akan lewat. "Nona takut pada saya? Atau malu? Sepertinya Nona selalu saja menghindar saat kita bertemu."

Penjahat memang selalu menyebalkan. Anastasia memaksakan senyuman. "Maaf sebelumnya, Tuan Castor. Saya memiliki urusan lain dan harus buru-buru."

"Setidaknya kita bisa berkenalan dengan lebih baik, bukan?" Tarrant tersenyum.

Anastasia menahan diri untuk tidak memutar bola matanya, orang ini menyebalkan sekali. "Saya Anastasia Dioxazine." Anastasia menunduk.

"Tarrant Castor." Tarrant mengulurkan tangannya, tapi sepertinya Anastasia sengaja tidak melihat itu dan cepat-cepat berjalan menjauh dari Tarrant. Tarrant tersenyum. "Dia menarik."

Anastasia cepat-cepat menjauh, tidak baik dia berada di sekitar penjahat novel ini. Memang pada akhirnya keluarganya yang menjatuhkan penjahat itu, tapi itu bukan sekarang. Lebih baik dia menghindari segala macam kontak yang bisa membuat ia dekat dengan si penjahat.

Anastasia menghela nafas.

. . .

22 Februari 2023

TAWS (3) - Anastasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang