Ibunya pergi setelah beberapa hari, selama itu juga Anastasia jarang melihat Rafael. Katanya Rafael sedang pergi ke Leulal untuk beberapa hal, padahal Anastasia bisa saja ikut. Sudah lama dia tidak melihat Putri Estella.
Ibunya berangkat pagi tadi setelah pamit pada Marquess dan Marcioness. Karena pada dasarnya saling mengenal satu sama lain, Anastasia tidak perlu terlalu khawatir. Lagipula Ibunya pasti bisa menangani segala masalah itu.
"Lama tidak bertemu,"
Perpustakaan Menara tampak sepi, Ran dan Pan sedang pergi karena katanya ada pasokan buku baru yang harus diambil dari pelabuhan, karena itu hanya ada Anastasia dan buku-buku di ruangan besar itu.
Wajah Anastasia berubah malas, dia kembali menulis, mengabaikan si rambut biru tua yang tidak lain dan bukan adalah penjahat utama cerita ini. Padahal dia adalah Pendeta, sepertinya dia hanya menjadikan gelar itu sebagai pengecoh.
"Nona selalu dingin, ya?" Tarrant menarik kursi dan duduk dihadapan Anastasia yang sedang menulis. "Nona sangat tertarik dengan serangga, ya?"
Abaikan saja, biarkan saja si penjahat itu berkoar-koar, anggap saja tidak ada yang mengajaknya bicara. Nanti juga lelah sendiri dan akhirnya pergi.
"Nona tampak sangat dekat dengan Sir Rafael, ya?" Tarrant tersenyum kecil saat Anastasia berhenti menulis dan akhirnya memberikan atensi padanya. "Akhirnya Nona melihat saya juga."
Memutar bola matanya malas, Anastasia kembali pada kesbukannya. "Bukan seharusnya Anda ada di Kuil? Kenapa Anda malah ada disini?"
Tarrant menopang dagunya dengan satu tangan di atas meja. "Kenapa ya? Mungkin karena aku ingin melihat Nona." Tarrant tersenyum.
Katakan itu pada perempuan lain di luar sana, mereka pasti akan langsung tersanjung dan rela melakukan apa saja. Tapi sayangnya ini Anastasia, bahkan dia sudah tau apa isi kepala laki-laki ini.
"Saya kira Anda tertarik dengan Nona Katania, meskipun jelas-jelas Nona Katania telah bersama Pangeran Eurasia." Anastasia mengangkat kepala, menatap Tarrant yang ekspresinya berubah. Sepertinya semua tetap berjalan, jalan cerita itu tetap berlanjut. "Rasanya aneh kalau Anda tertarik juga dengan saya."
"Kau kira aku tertarik padamu?" Tarrant mendengkus geli. "Apa kau sudah meletakkan perasaanmu padaku, Nona Dioxazine?"
Anastasia menghela nafas. "Apa ada ekspresi tertarik di wajah saya saat melihat, Tuan?" Anastasia menarik ujung bibirnya. "Jangan terlalu percaya diri, Tuan Castor. Tidak semua wanita akan ada di genggamanmu."
Tarrant menatap Anastasia lama, dia lalu tertawa. "Maaf-maaf, aku hanya ingin iseng sedikit. Tidak bermaksud begitu."
Anastasia ingin sekali memutar bola matanya malas, tapi dia akan ikut alur yang dibawa oleh Tarrant untuk sementara waktu.
"Ya, mana mungkin juga Tuan akan bersikap seperti ini. Apalagi Tuan adalah seorang pendeta." Anastasia tersenyum manis, tapi dia tau kalau tatapan yang Tarrant berikan bukan tatapan biasa. Ada kilat marah walaupun Tarrant tersenyum juga. "Sir Rafael sedang pergi, jika Tuan perlu dengan Sir Rafael mungkin dia tidak akan pulang hari ini."
"Begitukah?" Tarrant tersenyum. "Baiklah. Aku hanya ingin pamit. Aku akan kembali ke Ibu kota."
Tarrant berdiri, dia mengulurkan tangannya ke arah Anastasia. "Maaf aku harus menolak, tanganku penuh dengan tinta." Anastasia yang ikut berdiri menunjukkan tangannya yang terdapat banyak bekas tinta. "Semoga perjalanan anda menyenangkan."
Anastasia dengan sengaja memberikan tinta di tangannya pada detik-detik terakhir agar dia tidak perlu menjabat tangan Tarrant.
"Baiklah," Tarrant menarik tangannya. "Aku pergi dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
TAWS (3) - Anastasia
FantasiaThe Another World Series (3) - Anastasia Cerita berdiri sendiri. Dioxazine. Pada umumnya orang lain hanya akan menganggap itu nama dari salah satu keluarga bangsawan yang tidak terlalu kaya dan tidak terlalu kekurangan, biasa. Tapi bagi yang menge...