12. Kota Leulal

1.7K 319 18
                                    

Setelah kurang lebih dua hari perjalanan mereka akhirnya tiba di Leulal, kota kecil dengan pemandangan yang indah.

Mungkin nantinya saat Putri Estella menikah dan pindah kemari Putri itu akan senang.

"Kita cari penginapan." Zale membuka penutup kepalanya. "Tidak buruk." Zale menatap bangunan-bangunan yang ada di kanan kirinya.

"Kau belum pernah kemari juga, kan?" Anastasia menatap sekitar, kota ini jika di bandingkan dengan kota-kota kecil yang mereka lewati selama perjalanan tentu saja lebih baik. Kota-kota kecil itu mungkin kelihatan miskin karena ketidakberadaan sumber daya alamnya.

Leulal terkenal dengan pengelolaannya terhadap pembuatan kertas. Kertas yang dihasilkan selalu berkualitas baik. Itulah khas dari kota ini.

"Kami bersaudara." Anastasia tersenyum. Dia memesan sebuah kamar dengan dua tempat tidur, akan berbahaya jika mereka tidur di tempat berbeda. "Terimakasih." Anastasia tersenyum sebelum naik ke lantai atas penginapan itu.

Penginapan sederhana adalah hal yang selalu mereka pilih jika bertugas. Selain lebih aman dan tidak akan ada yang curiga pada mereka. Apalagi pakaian mereka yang biasa saja ini.

"Aku mau mandi." Zale melepaskan jubahnya, menggantung di gantungan yang ada di belakang pintu. "Kalau kau mau makan duluan saja."

"Oke." Anastasia melepaskan jubahnya dia berjalan menuju jendela. Suasana kota ini sangat tenang.

Mereka tiba menjelang malam ditempat ini, dan mereka sengaja mencari penginapan yang tidak terlalu jauh dari pasar di kota ini.

Karena pasar selalu menjadi tempat untuk bertransaksi, sama seperti pasar gelap.

Anastasia menghela nafas pelan, dia lelah tapi dia ingin berjalan-jalan sebentar di tempat ini.

"Aku pergi keluar sebentar." Anastasia keluar dari kamar setelah mendengar jawaban Zale.

Lampu-lampu kota sudah menyala di setiap sudutnya, kalau dibandingkan dengan Ibu kota tentu saja ini termasuk sepi. Tapi rasanya tenang disini.

Ada beberapa toko yang menjual perhiasan maupun benda-benda lain. Anastasia berjalan masuk ke salah satu toko roti.

Aroma roti yang baru matang langsung masuk ke penciuman Anastasia. "Tolong itu dua."

Menurut informasi yang diberikan, biasanya para pedagang itu menyamar menjadi penjual bahan pakaian atau bahan pangan. Karena kedua hal itu adalah yang paling sering di cari-cari.

"Apa disini ada penjual bahan pakaian yang bagus? Aku dengar disini ada yang menjual kain yang bagus." Anastasia meraih bungkus roti yang ia beli. "Aku berencana merintis usaha pakaian disini."

Penjaga toko roti itu tersenyum. "Jika anda mau kualitas terbaik anda bisa pergi saat pagi-pagi sekali. Biasanya akan ada pedagang kain yang singgah di toko baju yang ada di sana." Penjaga toko roti itu menunjuk toko pakaian yang sempat Anastasia lihat. "Anda pasti orang baru."

Anastasia mengangguk pelan. "Iya, saya ingin mencari peruntungan di kota cantik ini."

Penjaga toko itu mengangguk. "Silakan datang kembali."

"Terimakasih." Anastasia tersenyum. Dia berjalan keluar dari toko tersebut.

Awalnya dia agak curiga dengan tempat itu, toko pakaian. Sebenarnya itu terlalu mencolok bagi Anastasia.

Ada satu hal yang hanya diketahui oleh orang yang benar-benar tau tentang dunia bawah. Biasanya di kota yang jarang terdapat perdagangan gelap, mereka akan membuat sebuah tanda, itu sebagai pemberitahuan pada yang mengerti, seperti untuk mengundang.

Tanda yang selalu berganti tapi tujuannya sama. Dari luar jika tidak terlalu memperhatikan mungkin tidak akan ada yang sadar.

Bel pintu.

Mungkin hal biasa.

Tapi bagi mereka yang mengerti dunia bawah itu salah satu kode, bel itu akan bersuara berbeda. Jika sedang menerima pesanan dan saat tidak menerima pesanan.

Anastasia sengaja lewat di depan toko itu, tidak apa dia harus berjalan sedikit jauh untuk tiba di penginapan.

Katakan saja dia beruntung, ada seseorang yang masuk ke dalam toko itu bersamaan saat Anastasia melewati toko itu.

Ting!

Mereka sedang tidak menerima pesanan.

Mungkin untuk orang awam suara bel itu sama saja, tapi jika diperhatikan lagi itu berbeda.

Saat menerima pesanan bel itu akan berbunyi agak pelan dan cepat, tapi saat tidak menerima suaranya akan lebih keras dan cepat. Di buat pelan dan lama agar orang yang mengerti benar-benar paham akan kode yang diberikan. Sedangkan dibuat agak nyaring dan cepat agar orang langsung paham jika itu artinya tidak.

Anastasia masuk ke dalam kamarnya, Zale duduk di pinggir kasur dengan handuk di sekitar leher laki-laki itu.

"Kau pergi mengecek ya?" Zale mengusap rambutnya yang basah. "Kau beli roti?"

"Pagi-pagi sekali kita akan pergi ke toko pakaian yang ada di dekat toko roti, katanya mereka menjualnya disana. Tapi untuk sekarang masih belum." Anastasia meletakkan bungkusan yang ia bawa di atas meja.

"Kau membuat alasan apa?" Zale menatap Kakaknya.

"Aku bilang aku mau membuat toko pakaian disini tapi membutuhkan bahan yang bagus."

"Bukannya jadi mencurigakan?" Zale menjatuhkan badannya di atas kasur.

"Tujuan kita memang untuk ditangkap, kan?" Anastasia tersenyum kecil.

"Pergilah mandi, kau bau." Zale mengipasi dirinya.

Anastasia berdecak.

***

Mata semerah apel dengan rambut putih yang menutupi sebagian wajahnya. Mata itu menatap keluar dengan tatapan malas.

"Mereka sangat pintar."

Ruangan milik Valen adalah tempat mereka sekarang. Ada sebuah kejadian sebelum mereka pergi ke pesta teh itu.

Perdagangan manusia.

Beberapa pelakunya telah tertangkap, tapi mereka tidak mau mengakui perbuatan mereka. Ada beberapa yang bahkan mengakhiri hidupnya sendiri.

Rafael menghela nafas. "Mereka sebentar lagi pasti akan pergi ke Istir." Rafael duduk di sofa. "Apa tanggapan Pangeran saat kau bilang masalah ini?"

"Pangeran bilang sedang dalam penyelidikan." Valen bersandar pada sandaran kursinya. "Bahkan ada yang sampai dijual ke negara lain."

"Yang terakhir kita dengar mereka akan menjual ke negara lain," Rafael menatap ke arah lain. "Jalan paling cepat adalah Istir dengan menggunakan kapal mereka akan sampai dengan cepat ke sana."

"Bisa saja kita tangkap mereka disana. Tapi kita tidak tau sudah seperti apa persiapan mereka, bisa saja mereka sudah berada di perbatasan sekarang." Valen menghela nafas pelan.

"Apa orang-orang itu tidak menyelidiki dengan baik?" Rafael mendengkus. "Aku akan memperketat penjagaan dari Leulal ke Istir."

"Itu ide yang bagus."

Perbatasan antara daerah Leulal dan Istri adalah sebuah tebing yang dihubungkan oleh dua jembatan, satu jembatan berada di bagian timur dan satu lagi dibarat. Semua di jaga ketat apalagi setelah kasus perdagangan ini.

"Aku akan turun langsung saat itu terjadi di Istir." Rafael adalah anak dari Marquess yang menguasai Istir, dia kenal dengan Valen sejak kecil itulah kenapa dia bisa masuk dan keluar daerah ini dengan mudah.

"Kita harus cepat selesaikan ini." Valen mengangguk berapa kali.

Rambut putih itu bergerak pelan di tiup angin. Dia jadi ingat wanita itu, Maria Dioxazine.

Mungkin dia akan mengirim surat pada wanita itu.

. . .

TAWS (3) - Anastasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang