20. Tokoh

2K 377 19
                                        

Acara puncak, sekaligus acara dimana kedua pemeran utama nantinya akan bertemu dan saling jatuh cinta.

Tapi disaat ini juga akan muncul si penjahat yang tidak lain dan bukan adalah Veronica Perton.

Seperti cerita kebanyakan, Veronica adalah wanita penjahat yang wajahnya tidak bersahabat dan pasti selalu memiliki pemikiran jahat.

Veronica adalah anak dari seorang penyihir kerajaan yang sudah mengabdi lama pada Istana, tapi karena keadaanya yang tidak lagi muda Veronica yang menggantikan. Ujungnya tentu saja Veronica jatuh cinta pada Pangeran tapi sayangnya Pangeran tidak menyukai Veronica, sangat menyediakan.

Peran Anastasia dan cerita ini hanya satu, bahkan tidak ada halaman yang menyebutkan namanya, walau dia memiliki peran penting dalam cerita.

Setelah malam ini, Veronica akan mengirimkan sebuah surat ke pasar gelap, kepada Anastasia yang meminta identitas lengkap tentang si pemeran utama wanita, Katania.

Gadis dengan rambut pirang yang bersinar, mata biru yang cantik dan sikap yang baik hati. Semua ada pada gadis itu.

Veronica yang merasa tersaingi akan berusaha menyingkirkan Katania tapi seribu sayang, penyihir itu akan kalah, karena yang menenangkan hati Pangeran adalah Katania.

Gaun berwarna hijau tua bercampur putih, dengan rambut yang diberikan hiasan bunga dan sepasang sarung tangan adalah pakaian yang Anastasia gunakan. Dia datang bersama Kakaknya, Tristan dan istrinya Abigael.

Dia tidak mau awalnya, siapa juga yang mau melihat pasangan yang selalu menempel satu sama lain bermadu kasih di depan matanya yang bahkan belum pernah merasakan bergandengan tangan dengan lawan jenis. Lebih baik dia pergi sendiri.

Mau di kehidupan manapun tetap sama saja.

Aula pesta penuh dengan berbagai ornamen, terlihat mewah meskipun tidak begitu ramai hiasan yang digunakan.

Para tamu sudah berdatangan, semua adalah bangsawan yang berpengaruh dan bangsawan yang memiliki kekuatan. Ada juga orang-orang terhormat lain.

"Kakak!"

Edlynne, dengan gaun berwarna putih dengan beberapa bagian berwarna hitam agak berlari mendekati mereka.

Senyuman lebar tampak di wajah Edlynne, gadis itu tersenyum ke arah Abigael. "Aku akan jadi bibi sebentar lagi!"

Pangeran Bil berjalan mendekat, memberikan sapaan dengan senyuman pada Anastasia.

"Mana oleh-olehku," Edlynne mengulurkan satu tangannya ke arah Anastasia yang menaikkan sebelah alis. "Kau dari tempat jauh, bagaimana bisa kau tidak membawakan aku hadiah."

"Di rumah, aku tidak mungkin membawa barang-barang yang tidak berguna kemari." Anastasia tersenyum kecil. "Apa kau sangat mencintai tunanganmu sampai tidak mau berpisah?"

Memajukan bibirnya, Edlynne mendekat pada Pangeran Bil dan memeluk lengan Pangeran itu. "Setidaknya aku memiliki orang yang aku gandeng sekarang, tidak seperti kau." Edlynne tersenyum, terlihat seperti senyuman mengejek di mata Anastasia.

Wajah Anastasia berubah datar. "Jangan tanya apapun padaku." Anastasia berbalik, mengibaskan rambutnya sebelum berjalan menjauh.

Anastasia meraih segelas minuman, matanya tidak sengaja bertemu dengan seseorang.

Uhh, kenapa orang itu berjalan mendekat kemari?

Meminum minumannya dengan agak tidak nyaman, Anastasia menatap ke arah lain.

"Selamat malam." Bangsawan baru, dia adalah salah satu orang yang katanya berpengaruh pada kerajaan, walau nyatanya tidak begitu. Dia bisa memiliki wilayah sendiri dan menjadi bangsawan karena apa yang dia lakukan di belakang layar, dia membeli sebuah keluarga bangsawan yang kebetulan bangkrut dan menjadikannya miliknya. Dari wajahnya saja kelihatan licik.

Anastasia mengangguk. "Selamat malam." Anastasia berjalan menjauh dari meja tersebut.

"Nona Dioxazine." Anastasia berdecak dalam hati, bisa tidak tinggalkan dia sendiri. Mereka hanya tidak sengaja bertatapan.

"Maaf, saya harus ke keluarga saya." Anastasia memaksakan senyumannya dia berjalan menjauh dari bangsawan itu.

Tangan Anastasia ditahan, dia berbalik dan memberikan tatapan tidak suka.

"Aku bisa memberikanmu apa saja, kenapa kau malah menjauh? Harusnya kau merasa beruntung." Laki-laki itu tersenyum.

Ini acara kerajaan, kalau saja dia bisa dia akan langsung menyuruh satu serangganya yang beracun menggigit orang ini.

"Lepas." Anastasia berdecak.

"Oh, itu tidak sopan manis." Bangsawan itu mendekat. "Matamu sangat cantik."

Orang ini tidak bisa membaca ekspresi orang lain atau bagaimana? Jelas-jelas sejak tadi Anastasia memberikan tatapan geli.

"Lepas." Anastasia menggerakkan tangannya. Mata gadis itu melirik gelas di tangannya, kalau dia siramkan saja isi gelas ini pada laki-laki dihadapannya ini akan jadi masalah tidak? Tapi, dia bahkan memiliki jabatan lebih tinggi.

Tangan laki-laki itu dilepaskan oleh seseorang. Tangan Anastasia ditarik untuk berlindung dibelakang laki-laki dengan pakaian berwarna hitam.

"Apa karena kau masih baru kau tidak tau apa itu sopan santun?" Mata merah itu memberikan tatapan dingin.

Bangsawan baru itu melirik Anastasia sekali sebelum kembali menatap laki-laki bermata merah itu. Berbalik, bangsawan itu berjalan menjauh.

"Terimakasih, Sir Aesreron." Anastasia menarik tangannya dari Rafael.

"Tunggu." Rambut putih yang agak lebih panjang dari yang terakhir Anastasia lihat, kemarin dia tidak begitu memperhatikan sampai dia tidak melihat rambut Rafael yang agak panjang. "Ikut aku."

Menurut, Anastasia berjalan mengikuti Rafael yang membawa mereka ke taman Istana.

Lampu-lampu taman menyala dengan terang, ada beberapa orang yang belalu-lalang di taman tapi tampaknya semua memiliki urusan masing-masing dan tidak peduli dengan yang dilakukan orang lain disekitar.

"Lepas sarung tanganmu." Rafael menatap Anastasia.

Anastasia mengerjap. "Tanganku memegang hal lain. Jika anda mau anda bisa lepaskan." Anastasia mengulurkan tangannya.

Rafael tampak ragu, tapi dia akhirnya menarik sarung tangan Anastasia. Benar saja apa dugaan Rafael, ada sedikit bekas merah di pergelangan tangan gadis itu.

"Ah, itu akan hilang dengan sendirinya." Anastasia meminum minumannya, dia memanggil seorang pelayan yang kebetulan lewat untuk membawa kembali gelasnya. "Aku akan minta obat untuk ini nanti."

"Kau tidak bisa sihir?" Rafael meraih tangan Anastasia yang sedikit memerah. "Aku kira kau bisa."

"Tapi aku tidak bisa sihir penyembuh, bisa, tapi biarkan saja, ini tidak sakit juga." Anastasia tersenyum. "Lama tidak berjumpa, Sir Aesreron. Saya kira anda tidak mengenali saya lagi."

Mata merah itu menatap gadis berambut segelap malam yang menatapnya. "Aku ingat."

Anastasia terkekeh pelan. "Sayang sekali, Maria mungkin akan segera menikah. Saya setuju Maria dengan Tuan, tapi sepertinya dia bahagia. Jadi tolong jangan dirusak." Anastasia dan Maria mungkin tidak begitu dekat tapi Anastasia tau jika Maria dan tunangannya benar-benar saling mencintai dan Anastasia hanya ingin mereka bahagia.

"Aku sudah berhenti." Rafael mengeluarkan sedikit sihir, membuat kesan sejuk di kulit Anastasia. Gadis itu terkekeh pelan karena sensasi dingin yang ia rasakan.

"Sayang sekali." Anastasia terkekeh. "Pasti akan ada gantinya."

Rafael mengangguk pelan. "Bagaimana di negeri seberang?" Anastasia menatap tangannya yang sudah kembali seperti semula.

"Ya, begitu. Banyak hal baru." Anastasia terkekeh pelan. "Ah, sarung tanganku."

Rafael menatap sarung tangan yang ia pegang sejak tadi. Dia memberikan sarung tangan itu pada Anastasia.

"Terimakasih untuk menolong dan menyembuhkan ini." Anastasia tersenyum. "Ayo kita masuk."

Anastasia berjalan duluan, sedangkan Rafael berjalan dibelakang gadis itu.

. . .

Mulai sekarang Anastasia update seminggu sekali.

TAWS (3) - Anastasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang