Anastasia akan kembali ke Hara, kedua orang tuanya mengatakan jika Anastasia harus kembali sebelum nantinya bertugas.
Seperti yang diminta oleh Zale, Anastasia mengecek beberapa toko mereka yang ada di Ibu kota.
Cuaca hari ini cukup terik, itu kenapa Anastasia menggunakan topi jerami dan pakaian yang agak pendek. Dia memakai gaun berwana hijau dan putih sebahu, panjangnya berada sedikit dibawah lutut. Ini sedikit membantu agar cuaca terik tidak membuat Anastasia berkeringat dan berakhir dengan dehidrasi sebab kekurangan cairan.
Ini toko terakhir yang akan dia cek, sebuah toko pakaian pria yang cukup terkenal. Bahkan beberapa orang yang dia temui di jalan tadi menggunakan pakaian bermerek nama keluarga mereka.
"Selamat siang, Nona. Ada yang bisa kami bantu?" Anastasia langsung disambut oleh seorang penjaga toko saat dia masuk.
Anastasia menaikkan sedikit topi jerami yang ia pakai. "Tolong berikan data kas di toko ini."
Awalnya penjaga toko itu hendak protes, bagaimana bisa orang asing tiba-tiba datang dan meminta aliran dana toko ini. Tapi seketika diam setelah melihat mata ungu khas dan rambut kelam itu, dia juga teringat pesan Manager toko ini yang mengatakan akan ada orang yang datang untuk memeriksa pemasukan maupun pengeluaran toko ini. Tapi tidak pernah di jelaskan siapa orang tersebut.
"B-baik Nona, akan segera kami siapkan." Penjaga toko itu menunduk dalam, hampir saja membuat kesalahan yang akan membuat ia kehilangan pekerjaanya ini.
Mata Anastasia memperhatikan pakaian-pakaian dan beberapa orang yang tampak memilih-milih pakaian yang ada di sana, ada pula yang dibantu oleh beberapa penjaga toko.
Pandangan Anastasia berhenti pada laki-laki tinggi yang tampak sedang memilih jas dan beberapa pakaian lain di ujung sana.
"Selamat siang, Tuan Aesreron." Anastasia menyapa laki-laki berambut putih dengan mata semerah apel yang tampak kaget saat melihat kedatangan Anastasia. "Itu terlihat cocok pada Tuan."
Satu set pakaian, celana dan kemeja serta jas sebagai pelengkap adalah yang digunakan oleh Rafael. Ya, pakai apa saja Rafael akan tetap tampan, jadi di mata Anastasia ini sudah sangat bagus.
"Selamat siang." Rafael mengangguk. "Aku tidak menyangka akan bertemu disini."
"Ini salah satu usaha yang dijalankan keluargaku, aku hanya mampir untuk beberapa hal." Anastasia tersenyum. "Aku rasa warna merah akan cocok."
Rafael menaikkan sebelah alisnya, syal berwarna putih dengan sebuah batu permata berwarna merah diraih oleh gadis bermata ungu itu.
"Begitukah?"
"Aku tidak begitu tau dalam mencocokkan pakaian, tapi aku rasa ini akan cocok." Anastasia memberikan syal itu pada Rafael. "Warnanya sama dengan mata Tuan."
"Bagaimana jika kau yang memasangkannya? Aku ingin lihat apa itu cocok atau tidak." Rafael sedikit menunduk ke arah Anastasia.
Agak kaget, Anastasia termundur beberapa langkah, tapi dia cepat-cepat mengendalikan diri dan memberanikan diri memasangkan syal dengan batu permata merah itu dileher Rafael.
Memeriksa pada cermin yang terdapat di toko tersebut, Rafael mengangguk beberapa kali. "Ini cocok."
Anastasia tersenyum. "Sudah aku bilang, itu cocok." Anastasia agak berdeham, dia gugup karena mereka sangat dekat tadi. "Tuan akan kembali hari, ini 'kan?"
Rafael mengangguk, meminta beberapa pakaian yang akan dia bawa untuk disiapkan. "Ya."
"Langsung dipakai?" Anastasia agak kaget, dia kira hanya akan di cek saja cocok atau tidaknya saat digunakan.
"Aku harus menghadiri sebuah undangan sebelum kembali." Rafael berjalan mendekat pada Anastasia.
"Undangan?"
Rafael mengangguk. "Undangan minum teh dari Nona Herla."
Sekarang Anastasia menyesal karena telah memilihkan syal yang cocok untuk Rafael dan pakaiannya. Kalau tau begini dia tidak akan ikut campur.
Anastasia tersenyum. "Selamat bersenang-senang."
Rafael mengangguk. "Terimakasih atas bantuannya." Rafael menyentuh syal di lehernya. "Aku pergi."
Anastasia tersenyum sambil melambaikan tangannya. "Hati-hati."
Setelah Rafael tidak lagi terlihat ia berdecak sebal. Kenapa pula dia jadi seperti tim pendukung, padahal dia saja susah payah untuk tidak tremor saat berada di sekitar Rafael.
"Ikuti dia, usahakan mereka tidak saling berdekatan." Anastasia mengatakan itu pada seekor lalat yang sejak tadi hinggap di salah satu gantungan pakaian. "Mereka tidak boleh dekat."
Lalat itu mengerti dan terbang pergi, bersmaan dengan kereta kuda Rafael yang bergerak menjauh.
"Nona," Anastasia menoleh. "Ini yang Nona minta."
Anastasia meraih kertas berisi pengeluaran dan pemasukan dari toko ini. "Ini sudah semua?"
Penjaga toko itu mengangguk. "Iya, Nona."
"Baiklah, kalau ada apa-apa itu urusan kalian dan Zale." Anastasia memberikan kertas tersebut pada pengawal yang sejak tadi berada di belakangnya.
Katanya Zale sangat perhitungan dan teliti, Anastasia belum pernah melihat bagaimana Zale jika berurusan dengan bisnis-bisnis ini, dia hanya sekedar tau jika Zale menangani beberapa. Rasanya semua aman-aman saja, tapi mungkin itu hanya ketika berada di rumah, entah bagaimana ketika di lapangan.
Tapi dari ekspresi penjaga toko ini Anastasia langsung mendapatkan jawaban, sepertinya Zale memang agak ditakuti.
Mata Anastasia berhenti pada syal yang sama namum dengan warna permata yang berbeda. "Bungkuskan aku itu." Anastasia menunjukkan salah satu syal dengan warna permata ungu.
***
"Ini,"
Zale yang sedang membaca beberapa berkas melirik kertas-kertas lain yang diletakkan oleh Kakaknya di atas meja.
"Kau selalu bisa diandalkan." Zale mengangguk. "Bagaimana? Toko-toko itu berjalan dengan baik?"
Anastasia duduk di hadapan Zale. Ruang kerja Zale menjadi lokasi mereka saat ini, Zale duduk di sofa bersama Anastasia yang duduk di seberang.
Meja kerja adiknya kelihatan agak berantakan, mungkin itu kenapa Zale jadinya bekerja di sofa.
"Ini,"
Zale menaikkan sebelah alisnya, menatap kotak yang entah apa isinya itu. "Apa ini?"
"Aku dengar ini model terbaru, jadi aku rasa tidak ada salahnya. Lagipula kau yang menjalankan bisnis itu, masa tidak kau gunakan produk hasilnya." Anastasia bersandar pada sandaran sofa. "Aku memberikan pada Victor juga, tapi dengan beberapa pakaian lain."
"Kau mau membuat toko itu bangkrut?" Zale meraih kotak tersebut.
"Aku membeli, bukan merampok." Anastasia mendengkus. "Cocok, kan?"
Syal dengan permata ungu adalah isi kotak tersebut. "Seleramu tidak buruk."
"Kau pasti punya pakaian yang akan cocok dengan itu, jadi gunakanlah. Pergilah ke acara para bangsawan agar kau cepat menikah." Anastasia menatap Zale yang meletakkan kotak berisi syal di atas sofa.
"Harusnya itu yang aku katakan padamu. Hanya kau satu-satunya perempuan di keluarga ini yang masih berstatus sendiri." Zale tersenyum saat Anastasia memberikan wajah agak tertekuk. "Edlynne bahkan mendahuluimu."
"Bahkan jika Edlynne akan menikah lebih dulu itu tidak jadi masalah." Anastasia mengangkat bahu. "Kau laki-laki, jadi harusnya sekarang kau sudah memiliki calon istri."
"Bagaimana kalau kita hentikan ini? Lagipula nasib kita berdua tidak jauh beda."
Anastasia tersenyum masam. "Aku setuju."
. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
TAWS (3) - Anastasia
FantasíaThe Another World Series (3) - Anastasia Cerita berdiri sendiri. Dioxazine. Pada umumnya orang lain hanya akan menganggap itu nama dari salah satu keluarga bangsawan yang tidak terlalu kaya dan tidak terlalu kekurangan, biasa. Tapi bagi yang menge...