55. Pertemuan

731 122 5
                                    

Anastasia mengerjap beberapa kali. "Hah?"

Rafael meletakkan sebuah map berisi seuatu hal yang tidak pernah Anastasia bayangkan akan ada di hadapannya. Ini sangat-sangat diluar prediksi.

"Mereka di kenal sebagai 9.80, atau jika dibulatkan menjadi 10. Itu adalah nilai gravitasi." Rafael melirik Anastasia. "Kau pasti tau mereka. Mereka sangat terkenal di dunia bawah, ya ini bukan satu cara yang baik namun bisa di coba."

Anastasia tau jika Rafael pernah mengirimkan surat yang isinya ingin tau tentang Maria, tapi dia tidak menyangka Rafael akan melakukan hal sejauh ini.

"Salah satu dari anggota 9.80 itu disebut si tau segalanya." Rafael menarik satu kertas diantara kertas-kertas lain. "Kita coba saja bertanya pada orang itu, walaupun caranya agak ribet tapi dia orang yang memberikan informasi yang sangat akurat."

Anastasia memaksakan senyumannya. "Tapi dia belum tentu tau segalanya, kan?"

Rafael mengangguk. "Ya, bahkan kita tidak tau siapa orang ini sebenarnya jadi kita juga harus berhati-hati, bisa saja orang itu adalah salah satu dari pemberontak dan akan malah menjadi hal buruk bagi kita."

"Kenapa kau bisa kepikiran hal seperti ini?" Anastasia agak tidak nyaman. Ini benar-benar diluar dari segala hal yang ia bayangkan. "Itu bisa sangat berbahaya."

"Ya, tapi apa salahnya mencoba?" Rafael menatap Anastasia yang agak gugup. "Kalaupun dia tidak tau semuanya setidaknya akan ada sedikit petunjuk."

Seharusnya siang ini Anastasia datang untuk pamit, dengan alasan akan kembali ke Hara karena Ayahnya mengkhawatirkannya karena kejadian lalu. Itu tidak sepenuhnya bohong, Ayahnya memang meminta agar Anastasia untuk kembali, tapi sebelum itu Anastasia harus pergi ke Kerajaan Urusua dulu.

Tapi dia malah dikagetkan dengan keinginan Sir Rafael Aesreron yang tiba-tiba ingin meminta bantuan dari dunia bawah. Padahal orang yang akan dimintai bantuan itu ada dihadapan Rafael sekarang, sedang berusaha agar tidak kelihatan gugup.
Entah kenapa berpura-pura di hadapan Rafael agak sulit.

"Itu berbahaya kalau boleh jujur," Anastasia melirik map yang ada di atas meja. "Aku bukan sekali dua kali mendengar tentang orang itu, dan dia tidak sehebat yang orang-orang bilang. Dia juga manusia pasti ada batas tertentu dia tau mengenai sesuatu."

"Aku sudah pernah mengirimkan surat pada orang itu dan memang tidak mendapatkan balasan." Anastasia berusaha agar tidak tertawa, beruntung Rafael sama sekali tidak sadar akan itu. "Tapi siapa tau dia mengetahui hal yang tidak kita ketahui. Bisa saja dia membalas surat itu dan memberikan sesuatu yang diluar perkiraan."

Ah, benar kenapa tidak pakai cara ini saja?

Rafael tidak tau tentang hal spesial Anastasia itu membuat Anastasia tidak leluasa mengatakan hal yang sebenarnya, jika memakai nama di dunia bawah pasti itu akan lebih aman. Rafael juga tidak akan curiga. Tapi Anastasia tidak bisa memberikan terlalu terang-terangan, karena akan berdampak dia bisa dicurigai juga kalau terlalu banyak memberikan informasi.

"Baiklah. Ayo coba." Anastasia mengangguk. "Tapi dia sepertinya tidak menerima pekerjaan itu akhir-akhir ini."

"Darimana kau tau?" Rafael menaikkan sebelah alisnya.

Anastasia tertawa. "Hei, aku selama ini tinggal di Ibu Kota. Banyak yang aku tau."

Rafael tersenyum kecil. "Baiklah. Kita akan gunakan cara ini."

Anastasia mengangguk. "Ah, aku akan pamit."

Rafael yang tadinya sedang membereskan kertas-kertas di atas meja menoleh. "Kemana?"

"Ayahku meminta aku untuk pulang, dia agak cemas dengan kejadian kemarin. Ya, mungkin paling lama dua minggu, lagipula itu waktu yang cukup untuk mendapatkan balasan dari orang itu. Kalau saat aku tiba dan surat itu mendapatkan balasan maka akan lebih baik, kan?" Anastasia tersenyum. "Mungkin aku akan berangkat malam ini. Daisy akan tetap tinggal, biarkan saja dia menikmati hari libur."

"Akan aku buatkan portal." Anastasia buru-buru menolak. "Kerena akan sangat lama."

"Tenang saja. Aku sudah biasa perjalanan jauh, saat di Negeri seberang perjalanan cukup memakan waktu jadi aku sudah terbiasa." Anastasia berdiri. "Kalau aku boleh sarankan, tanyakan saja apa yang diketahui tentang pemberontak, dia pasti akan menjawab semua."

"Baiklah." Rafael mengangguk. "Apa kau tidak pamit pada Ayah dan Ibuku?"

"Sudah, aku pergi pagi tadi." Anastasia tersenyum. "Aku tau kau penasaran tentang keluargaku."

Rafael tampak kaku. "Apa?"

Anastasia terkekeh. "Kau diam-diam meminta seseorang untuk menyelidiki tentang keluargaku, kan?"

Menghela nafas pelan, Rafael mengangguk. "Ya. Aku tidak bisa mengelak lagi."

"Lebih baik hentikan, Sir Rafael." Anastasia tersenyum. "Ada beberapa hal yang lebih baik tidak diketahui."

Rafael tau jika itu sebuah peringatan, beberapa kali memang Rafael mencari tau tentang Dioxazine. Tepatnya dia masih penasaran kenapa keluarga yang dulunya hanya sebatas bangsawan bergelar Baron bisa sangat dekat dengan Istana. Memang faktor utama adalah saudara dan saudari Anastasia yang bekerja di Istana. Tapi Rafael masih penasaran.

Dia ingin tau lebih banyak tentang Anastasia Dioxazine.

"Aku hanya penasaran saja." Rafael berkata jujur. "Entah kenapa Aura kalian berbeda, seakan ada sesuatu di dalamnya."

Apa ini efek Rafael adalah penerus tanah ini? Tanah dimana berkat dari Dioxazine pada masa lalu ada? Sampai Rafael bisa merasakan hal sekecil ini.

"Auramu agak mengingatkanku pada seseorang." Rafael menatap Anastasia.

"Mirip Rosieta?" Anastasia seperti melempar batu dan tepat masuk ke dalam lubang. "Aku bukan dia dan jangan samakan aku. Mungkin aku memang menyukai Tuan tapi tidak berarti Tuan bisa menyamakan saya atau membandingkan saya dengan orang lain."

Rafael mengangguk. "Maaf, aku hanya belum bisa lepas dari bayang-bayang Rosieta."

Anastasia menatap Rafael. "Rosieta juga punya rahasia pastinya."

"Dia punya sangat banyak rahasia. Suatu hari dia akan mengatakannya padaku, tapi dia tidak pernah kembali." Rafael menghela nafas.

Tentu saja. Si Rosieta itu sekarang saja ada di Kerajaan sebelah, entah apa yang dilakukan wanita itu disana. Dan fakta bahwa ada kesamaan pada Rosieta membuat semua semakin kacau saja.

Anastasia menghela nafas. "Suatu hari saat kau tau tentang itu mungkin semuanya sudah sangat kacau."

Secepatnya Anastasia harus tau tentang hal ini, bagaimanapun ini tidak hanya menyangkut Istana lagi, tapi menyangkut keluarga dimana Anastasia tinggal selama ini.

Dia tidak akan membiarkan semuanya hancur begitu saja karena hal-hal seperti ini. Walau dia tau akhir cerita ini tapi dia masih belum tau bagaimana cara cerita ini berakhir. Dia harus tetap waspada bagaimanapun caranya.

"Kau dan Rosieta sama," Rafael terkekeh. "Sering sekali pergi dan menghilang."

"Sayangnya dia adalah tunanganmu, dan aku bukan siapa-siapa." Anastasia mungkin menyukai Rafael tapi jika harus memilih dia akan lebih memilih keluarganya, dia bisa hidup sendiri seumur hidupnya tapi jika keluarganya sampai terkena masalah maka semua akan kena. Dia tidak mau kebahagiaan saudara dan saudarinya hancur. "Permisi."

Anastasia berjalan keluar dari ruangan Rafael. Irion tidak ada disana. Jika Irion ada dia pasti akan jadi saksi betapa dinginnya tatapan Anastasia sejak tadi.

. . .

8 Juli 2024

Tandai typooo

TAWS (3) - Anastasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang