58. Lainnya

628 108 4
                                    

Ini sudah hari kelimanya di tempat ini, dia belum menemukan apapun. Selain orang-orang fanatik dengan pakaian dan perhiasan.

Berjalan-jalan di kota dengan gaun yang jujur saja agak tidak nyaman, kenapa gaun-gaun ini terasa menusuk-nusuk kulitnya?

Ah, dia memang tidak pernah baik dalam memilih pakaian. Paling benar pilihan Ibunya dan Maria.

Kota ini cukup makmur, semua berjalan seperti biasa. Kecuali fakta orang-orang ini selalu berdandan seakan mereka mendatangi sebuah pesta besar.

Berjalan dengan seluruh lebah yang sudah ia sebarkan ke segala tempat, Anastasia berlari secara tiba-tiba. Orang-orang tentu langsung menjadikannya pusat perhatian, sekali lagi.

Itu dia!

Dari mata salah satu lebah yang ia sebarkan, dia menangkap sosok gadis tidak asing yang ia temui di Istana Urusua, gadis yang memberikan ia hal buruk.

"Kau!"

Anastasia sudah bilang, fisiknya tidak begitu baik jadi berlari sebentar saja sudah membuat ia kelelahan.

Anastasia menahan tangan gadis itu, agak mengatur nafasnya sebelum menatap gadis yang kelihatan kaget itu.

"Rosieta, kan?" Gadis berambut merah muda dengan mata hijau zamrud itu kelihatan kaget. "Kau sama denganku, kan?"

"M-maaf aku harus pergi.." Gadis itu berusaha melepaskan diri tapi Anastasia malah menarik gadis itu ke salah satu lorong di dekat sana.

Anastasia memasang sihir agar Rosieta tidak kabur, walau dia tidak yakin nantinya Rosieta akan menyerangnya dia bisa melawan atau tidak.

"Kau juga sama denganku, kan?" Anastasia meminta penjelasan tapi tampaknya Rosieta enggan untuk berbicara. Menghela nafas, Anastasia melepaskan tangannya yang menahan Rosieta. "Aku kenal Rafael."

Rosieta menoleh, memberikan tatapan tidak terbaca. "Kau.. Mengenalnya?"

"Ya." Anastasia mengangguk. "Bisakah kita bicara di tempat lebih baik?"

***

Kamar hotel Anastasia adalah yang menjadi tempat mereka sekarang. Dengan sihir Anastasia membuat agar ruangan ini kedap suara.

Memberikan segelas air pada Rosieta, Anastasia menarik kursi dan duduk di sana. Sedangkan Rosieta duduk di pinggir ranjang.

Rosieta tampak mulai tenang, gadis berambut merah muda itu menatap gelas berisi air yang tersisa setengah.

"Sebelumnya aku minta maaf karena menarikmu kemari." Anastasia masih pada penyamarannya, walaupun mereka sama tapi Anastasia harus tetap hati-hati.

Rosieta tersenyum. "Aku agak kaget. Tapi tidak apa-apa."

Anastasia tersenyum. "Kalau kau tidak keberatan, kenapa kau bisa ada disini?"

"Aku tinggal disini." Rosieta masih tetap menunduk. "Kau memiliki bakat yang sama denganku, ya?"

"Begitulah." Anastasia mengangkat bahu.

Orang awam tidak akan menyadari, tapi saat saling berhubungan bukan hal sulit untuk mengetahui hal seperti itu. Hanya saling menatap satu sama lain saja semua sudah akan ketahuan.

"Aku bisa mengendalikan serangga, tapi sangat lemah. Aku hanya bisa mengendalikan beberapa dan menyalurkan sebuah energi melalui serangga-serangga itu. Tapi aku hanya bisa melakukannya sekali dalam sehari. Aku tidak sekuat itu." Rosieta tersenyum. "Kau lebih hebat dariku."

Anastasia menggeleng. "Itu tidak terlalu spesial."

"Aku adalah tunangan Rafael, tapi aku menyembunyikan semua ini. Itu peraturan utama dalam keluarga kita. Jadi dia tidak tau kalau aku bisa mengendalikan serangga."

TAWS (3) - Anastasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang