46. Acara Besar

1.2K 185 15
                                    

Hari ulang tahun Pangeran dari Kerajaan Urusua tiba, jarak yang tidak begitu jauh membuat Rafael memutuskan agar mereka memakai kereta saja, tidak perlu menggunakan portal.

Anastasia tentu setuju saja.

Daisy ikut dengan mereka sebagai pelayan dari Anastasia, katakan saja dia harus kelihatan agak mencolok di pesta itu. Walau dia tidak begitu menyukai tempat ramai, tapi sepertinya memang ada sesuatu di Kerajaan itu.

"Kapan kita akan ke kuil itu?"

Rafael yang tadinya sedang bermain-main dengan sihir di tangannya menoleh pada Anastasia. Pada dasarnya tidak ada satupun produk gagal di keluarga Dioxazine, jadi tentunya Anastasia kelihatan sangat pas dengan pakaian dan dandanannya sekarang.

Gaun berwarna merah dan rambut yang di lengkapi beberapa hiasan kepala, akui saja kalau Anastasia memang kelihatan berbeda malam ini.

"Lusa, kalau besok aku tidak bisa." Rafael menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. "Kau kelihatan bersemangat."

Anastasia mengangkat bahu. "Hanya penasaran dengan buah itu."

Rafael menatap Anastasia yang melihat keluar jendela. "Dari mana kau tau tentang Rosieta?"

"Apa dia memang orang spesial?" Anastasia menaikkan sebelah alisnya. "Aku hanya sering melihat namanya di hampir semua buku tentang serangga di Menara. Siapa tau dia bisa membantuku. Memang dia siapa?"

Diam.

Anastasia melirik Rafael yang menunduk, tampaknya benar ada sesuatu. Tapi sepertinya belum waktunya.

"Dia tunanganku."

Perlahan, tatapan Anastasia mengarah pada Rafael yang menghela nafas. Dia tidak pernah mendengar tentang ini.

"Memang belum di umumkan secara resmi, tapi orang-orang di sekitarku tau tentang itu." Rafael menatap keluar jendela. "Dia menyukai kupu-kupu, sangat. Sampai dia mencari segala hal tentang kupu-kupu. Dia menyukai bunga, itu kenapa di sekitar Mansion banyak bunga, padahal aku tidak begitu menyukai bunga."

Semua jadi jelas.

"Tapi dia menghilang sekitar lima tahun lalu." Rafael menarik ujung bibirnya. "Lalu sebuah surat datang dari keluarga Castor, katanya dia mencintai Tarrant."

Ah, ini kenapa Rafael kelihatan sangat tidak menyukai Tarrant? Tapi orang itu memang pantas di benci.

"Ya, begitulah." Rafael mengangkat bahu. "Aku agak sensitif dengan nama itu."

Anastasia mengangguk. "Rambutnya berwarna merah muda?"

Rafael mengangguk. "Ya."

"Dia pasti cantik." Anastasia tersenyum.

Rafael menghela nafas. "Aku tau kau mungkin punya perasaan padaku."

Anastasia tidak bisa mengelak karena dia memang sengaja menunjukkan perasaanya. "Begitulah."

"Maaf, aku masih mencintainya."

Ia mungkin sering menunjukkannya, tapi dia tidak menyangka akan tertolak seperti ini.

Lumayan sakit juga.

Anastasia tersenyum. "Aku paham."

Rafael menatap Anastasia. "Kita masih bisa jadi teman."

Anastasia ingin sekali membuat gerakan ingin muntah, mana bisa mereka berteman sedangkan Anastasia tertarik pada Rafael. Tapi biarlah, apalagi ia masih dalam misi. Perasaan pribadi harus ia singkirkan dulu.

Bahkan sekarang dia ingin menangis karena cintanya tertolak. Tapi dia harus profesional, dia bisa di tertawai oleh Patricia jika sampai ketahuan menangis karena di tolak.

TAWS (3) - Anastasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang