19. Jamuan Makan Malam

1.6K 332 20
                                    

Sebuah gaun dengan warna biru gelap, serta rambut yang dibiarkan tergerai begitu saja menjadi penampilan Anastasia malam ini.

Makan malam sebelum besok akan menjadi acara puncak biasanya didatangi oleh anak-anak dari para bangsawan, menjalin hubungan baik dengan pemimpin masa depan yang akan menggantikan orang tua mereka kedepannya tentu akan jadi hal yang baik. Itulah mengapa biasanya acara makan malam ini dilakukan.

Anastasia berjalan masuk ke dalam ruangan, ada beberapa meja besar berbentuk lingkaran yang disiapkan. Sejujurnya Pangeran Mahkota yang mengundang mereka kali ini tidak begitu peduli akan kasta. Dia membebaskan semua.

Bahkan Anastasia bisa melihat kedelapan Pangeran negara ini yang duduk berpencar di berbagai meja yang ada.

"Selamat malam, Kakak Ipar." Pangeran ketujuh, Bil, adalah orang yang menyapa Anastasia. Secara teknis mereka memang akan jadi ipar sebentar lagi.

"Selamat malam." Anastasia berjalan disamping Bil. "Bagaimana keadaan Edlynne? Aku belum sempat bertemu dengannya."

Bil terkekeh pelan. "Dia masih sangat menyukai ramuan, bahkan terkadang dia sampai melupakan tunangannya."

Bil adalah tunangan Edlynne. Adiknya itu tinggal di salah satu Istana, dengan kebebasan melakukan percobaan yang dia mau. Kadang Edlynne juga ke rumah mereka di Hara, walau jarang.

Katakan saja diantara ketiga saudarinya dia kalah karena sampai sekarang belum juga memiliki pasangan.

"Nona Anastasia." Pangeran kedua, kali ini Pangeran yang sampai sekarang masih sering merepotkan Zale menyapa Anastasia. "Kau semakin cantik saja."

Anastasia duduk disamping Pangeran kedua, Dean. "Tentu saja. Aku harus cepat-cepat mencari pasangan atau aku akan kalah dari Edlynne."

Bil terkekeh. "Aku akan menunggu sampai Kakak Ipar menikah."

"Edlynne akan mengamuk jika mendengar itu." Anastasia terkekeh pelan.

Acara ini mungkin formal, tapi karena acara belum dimulai mereka masih bebas melakukan apa yang mereka mau.

"Pangeran Eurasia memasuki ruangan!"

Suara itu membuat orang-orang berdiri. Para Pangeran yang awalnya menyebar kesana kemari perlahan berjalan di belakang Pangeran Mahkota, diikuti para Putri kerajaan mereka. Anastasia tidak begitu dekat dengan Putri lain, dia hanya dekat dengan Putri Estella karena mereka memiliki umur yang sama. Tapi Putri Estella sedang berada di Leulal, kabar baik datang beberapa bulan lalu kalau Putri itu telah mengandung dan untuk mencegah risiko Estella tidak bisa bepergian jauh. Itu kenapa hanya Count Apoem yang datang.

Anastasia agak kaget, sejak tadi dia tidak begitu memperhatikan, tapi laki-laki berambut putih disana pasti adalah Rafael Aesreron. Sudut bibir Anastasia tertarik sedikit. Dia datang juga rupanya kemari.

"Selamat malam!" Pangeran Eurasia menyapa. "Mari kita nikmati malam ini dengan suka cita, aku harap kita semua bisa menjadi pembawa kemakmuran bagi negara ini."

Tepuk tangan mengiringi ucapan Pangeran Eurasia, mereka dipersilahkan duduk kembali. Para Pangeran dan Putri duduk di kursi yang telah disediakan di atas punggung, memang seharusnya itu tempat mereka.

"Nona Dioxazine," Seorang gadis dengan senyuman duduk di samping Anastasia, awalnya gadis itu duduk di berharapan dengan Anastasia, tapi sejak tadi Anastasia tau jika gadis itu memperhatikannya. "Lama tidak bertemu."

Acara terakhir yang Anastasia datangi sebelum pergi ke negeri orang adalah acara ulang tahun milik salah satu Putri. Kedekatan antara Anastasia dan Putri Estella membuat banyak orang penasaran, dan kabar dia yang akan pergi meninggalkan negeri mereka banyak mengundang penasaran orang lain. Pasalnya Anastasia adalah yang paling jarang terlihat lalu bisa dekat dengan Putri Estella, kemudian pergi ke negeri orang. Tentu membuat para bangsawan sosialita penasaran.

Anastasia tersenyum. "Selamat malam Nona Amse."

Putri dari seorang Viscount dengan rambut berwarna merah terang bagai apel tersenyum. Anastasia tau jika orang ini hanya akan bertanya pertanyaan yang sudah-sudah dan bisa tertebak. Paling-paling untuk jadi bahan gosip di pesta minum teh bangsawan lain.

"Aku agak kaget melihat Nona. Nona agak berbeda dengan yang dulu." Nona Amse tertawa kecil.

Anastasia mengangguk pelan. "Terimakasih."

Nona Asme mendekat, dia berbisik pelan pada Anastasia. "Nona dekat dengan para Pangeran ya? Anda terlihat dekat dengan Pangeran kedua."

"Adik saya sebentar lagi akan menjadi bagian dari keluarga besar ini, dan keluarga saya juga beberapa bekerja di Istana, jadi kami agak akrab." Anastasia meminum anggur dari gelasnya. Gadis itu menaikkan sebelah alisnya, ini anggur mereka yang terjual di pasar gelap. Rasanya sama. Tapi tampaknya para bangsawan ini tidak tau, atau pura-pura tidak tau. "Saya ingin memberikan salam pada para Pangeran dan Putri."

Nona Asme mengangguk. "Aku ingin mengajak Nona ke pesta minum teh jika Nona tidak keberatan."

Anastasia mengangguk. "Tentu. Itu sebuah kehormatan bagi saya." Anastasia berdiri dia berjalan menuju panggung kecil yang ada di depan aula.

"Salam kemakmuran bagi Zivagold." Anastasia menunduk, memberikan salamnya pada para orang-orang tertinggi di negara mereka. "Anastasia Dioxazine memberi salam pada Yang Mulia sekalian."

Pangeran Eurasia mengangguk. "Bagaimana perjalananmu ke negeri seberang?"

Anastasia tersenyum. "Saya mendapatkan ilmu yang banyak dan mungkin bisa bermanfaat bagi Kerajaan ini."

Pangeran Mahkota mengangguk. "Apa kau punya permintaan? Aku dengar hanya kau diantara saudari-saudarimu yang belum memiliki pasangan."

Ekspresi Anastasia mungkin kelihatan biasa saja, tapi untuk yang sudah mengenalnya pasti akan tau jika itu bukan senyuman yang benar-benar senyuman.

"Semua ada waktunya, Yang Mulia. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali." Anastasia melirik Pangeran Dean yang tampak tersenyum geli.

"Jika kau ingin, kau akan dapatkan siapa yang kau mau." Pangeran Eurasia benar-benar serius, dia bisa saja memilihkan orang yang cocok untuk Anastasia. Itu juga demi menjaga rahasia yang telah ada. Maka calon tersebut tidak bisa orang yang biasa atau orang sembarangan.

Anastasia menunduk. "Terimakasih atas tawaran anda, Yang Mulia." Anastasia berjalan setelah memberikan salamnya, matanya tidak sengaja bertemu dengan mata merah bagai apel itu. Tapi pemilik mata itu lebih dahulu memutuskan kontak mata mereka.

Tidak bisa terlalu banyak berharap, bagaimanapun laki-laki itu sejak awal bukan untuknya. Tapi Kakaknya sudah bahagia dengan pilihannya dan dia tidak mau sampai hal tersebut rusak.

Acara besok akan dilaksanakan pada malam hari, acara makan malam itu berakhir dengan tenang dan baik. Pangeran Mahkota senang atas kedangatan mereka. Terlebih orang-orang ini yang nantinya akan memimpin, mereka perlu membentuk kepercayaan masing-masing. Walau tampaknya agak sulit.

Anastasia berjalan menuju kereta kudanya, sebenarnya mereka bisa tingal di Istana malam ini. Istana memang sengaja di siapkan untuk para tamu. Siapa yang mau silakan.

Mata Anastasia melirik, dia menangkap siluet rambut putih yang berjalan menuju sebuah kereta kuda.

Anastasia tersenyum.

. . .

Genre-genre kayak gini jadi seperti kembali ke masa-masa film Disney tentang kerajaan-kerajaan nggak sih? Sama zaman-zaman Barbie yang berjodoh sama Pangeran.

Kayak jadi ingat masa kecil 🤣

Mulai dari sini mungkin akan mulai muncul romance-romance.

TAWS (3) - Anastasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang