Anastasia berangkat malam tadi, Rafael tidak mengantarnya, entahlah kenapa, Anastasia juga tidak mau terlalu ambil pusing.
Karena Rafael sudah mengatakan apa yang direncanakan, yaitu tentang surat pada si tau segalanya yang ada di dunia bawah, Anastasia meminta Daisy untuk mengumpulkan bukti-bukti terkait yang telah mereka dapatkan selama ini. Nantinya saat Anastasia kembali dia akan memberitahukan sisanya.
Gaun agak lusuh dengan rambut sebahu berwarna cokelat, mata karamel dan sebuah tas yang ia bawa dipunggung. Dia akan datang ke Urusua sebagai seorang pendatang yang ingin belajar sesuatu yang baru dari sebuah negara. Entah kultur atau bahasanya.
Tentunya dengan berbagai persiapan, dia tidak akan mendekati Istana karena akan berbahaya untuk sekarang tapi dia hanya akan mencari informasi di sekitar Kerajaan ini.
Kalau mau mendekati seseorang maka dekatilah orang terdekatnya. Itu hanya sebuah kiasan yang berarti jika mau tau tengang sesuatu cari taulah pada sekitar.
Penopang kehidupan Istana tentu dari pajak yang dipungut pada rakyat, kalau bisa dibilang kota ini cukup makmur untuk ukuran Kerajaan kecil.
Ada beberapa Kerajaan yang berada di bawah kepemimpinan Kaisar saat ini, Urusua salah satunya.
Seperti julukannya, tanah di kota ini sangat subur. Bahkan jika membuang dengan sembarangan tanaman itu bisa tumbuh seaka dirawat dengan baik.
"Selamat siang," Anastasia tersenyum pada seorang wanita yang tampak sedang menggiring sapi ternaknya untuk makan. "Apa di sekitar sini ada penginapan?"
Wanita itu menatap Anastasia dari atas hingga bawah. "Kau baru?"
"Iya. Aku hanya penjelajah, sudah beberapa kota aku datangi untuk mempelajari kultur dan bahasanya." Anastasia tersenyum. "Kota ini sangat hijau dan sejuk, rasanya sangat nyaman sejak pertama aku menginjakkan kaki disini."
Wanita itu tertawa. "Kami hanya kota miskin biasa, hanya kebetulan saja Kerajaan ini memiliki tanah yang sangat subur dan baik."
"Aku dengar disini bahkan rumput tumbuh sangat subur, sepertinya itu bukan sebuah bualan semata." Anastasia tersenyum.
Saat memasuki kota ini, hal pertama yang menyambut adalah padang rumput dan beberapa kebun. Saat semakin dalam pergi akan mulai muncul rumah-rumah dari batu dan kayu yang disekitarnya terdapat sawah atau ladang. Semakin dalam akan ada pusat kota yang cukup ramai, dan tempat paling berharga di kota ini. Istana.
Wanita itu terkekeh. "Aku ingin mengantarmu tapi aku masih memiliki pekerjaan. Jalan saja terus sampai kau menemukan jalan batu, itu adalah pusat kota. Disana kau bisa menemukan penginapan."
Anastasia tersenyum lebar. "Terimakasih Bibi, itu sangat membantu. Selamat bekerja, aku pergi dulu!" Anastasia melambaikan tangannya sebelum berjalan menjauh.
Senyuman itu hilang dengan cepat setelah ia cukup jauh dari pagar tempat sapi-sapi itu berada.
Sejujurnya, tatanan kota ini agak kacau. Ya bukan berarti Anastasia mengatakan kota ini buruk, tapi disini seperti terlalu kentara tingkat kasta.
Seperti tadi.
Rasanya seperti orang-orang yang tinggal paking pinggir adalah yang paling miskin. Lalu semakin dekat menuju kota jalanan dan bangunan semakin megah, lalu saat berada di pusat kota, jalan yang awalnya tanah berubah menjadi bebatuan.
Anastasia sempat melihat pusat kota ini saat dia pergi ke pesta kala itu, tapi tidak terlalu memperhatikan karena dia sibuk mendengar tentang kisa cinta dari Sir Rafael yang agak malang.
Jarak yang cukup jauh, untung saja Anastasia menemukan kereta yang sedang lewat dengan tujuan Ibu kota. Jadi dia bisa ikut.
Ini sudah lama dari saat dia melakukan misi seorang diri, karena fisiknya yang agak lemah dan dia tidak bisa menggunakan alat pertahanan apapun dia jarang turun ke area misi seorang diri.
Katakan saja satu bertarung satu mencari informasi. Bisanya itu formasi yang dibuat saat turun ke lokasi misi. Tapi ini bukan misi dan hanya untuk memuaskan rasa penasaran Anastasia. Zale kalau Anastasia ajak dalam hal seperti ini malah akan mengamuk nantinya.
Saat malam tiba, Anastasia baru sampai dipusat kota. Dia pamit pada si pemilik kereta yang telah memberikan ia tumpangan, bahkan dia mendapatkan apel gratis.
Seperti yang Anastasia kira, lihat saja pakaian yang digunakan orang-orang disini. Lebih rapi dan mewah dari orang-orang yang ada di pinggiran.
Ya, di Ibu Kota Pusat memang hal seperti ini adalah hal biasa. Tapi saat melihat hal seperti ini di kota kecil rasanya aneh.
Banyak orang yang memberikan tatapan aneh pada Anastasia, ya dia sengaja memakai pakaian lusuh agar tidak dicurigai tapi kenapa dia malah jadi pusat perhatian.
"Permisi, Nona."
Anastasia yang tadinya sedang menatap sekitar menoleh. Ada dua orang prajurit dengan pakaian besi lengkap menghentikan langkah Anastasia.
"Ya? Ada apa?" Apa dia terlalu mencolok?
"Nona harus pergi dari sini." Salah satu penjaga itu bersuara. "Tidak ada yang boleh memakai pakaian kumuh di Ibu Kota."
Anastasia mengerjap. Di Ibu Kota Pusat saja tidak ada peraturan seperti ini, tapi hanya di kota kecil seperti ini sampai ada peraturan kasta seperti ini?
Sepertinya Kaisar akan tertawa jika tau hal seperti ini terjadi di kota kecil seperti Urusua.
Anastasia melirik ke kanan dan kiri, banyak yang memperhatikannya. Banyak juga yang mencemooh dirinya karena tidak tau sopan santun.
Hei, dia masih memakai baju dan tidak ada bagian pakaian yang kurang bahan, bahkan dua orang wanita yang duduk disana lebih parah. Apa-apaan gaun berbelahan rendah itu?
"Baik."
Anastasia mengangguk, dia melirik kekiri sebelum akhirnya berlari sekuat yang ia bisa. Memasuki lorong-lorong yang ada.
"Hei! Berhenti! Tangkap dia!"
Ah, dia benci ini. Fisiknya tidak sekuat itu bahkan jika dia berlari seperti sekarang sebentar lagi dadanya akan kekurangan oksigen hingga rasanya dia akan tewas.
Cepat-cepat ia bersembunyi di balik sebuah palem berukuran cukup besar, dengan sihir merubah warna rambutnya menjadi merah muda dan matanya menjadi warna serupa, gaun biasa saja yang ia pakai berubah menjadi pakaian yang agak mengembang dan tasnya cepat ia sembunyikan di balik pot pohon palem tersebut.
Anastasia berpura-pura menjatuhkan hiasan rambutnya dan mengambilnya tepat saat para prajurit tiba di tempat Anastasia sekarang.
"Maaf, Nona."
"Ya?" Anastasia berbalik, dia menatap seorang prajurit yang kelihatan agak kehabisan nafas. "Apa anda melihat seorang wanita dengan pakaian lusuh ke arah sini?"
Anastasia membuat wajah kebingungan. "Ah, aku ingat. Iya, aku sempat melihatnya tadi, dia ke arah sana. Dia kelihatan buru-buru sampai menabrakku dan membuat hiasan rambutku rusak." Anastasia menunjukkan hiasan rambut yang rusak, padahal dia baru mematahkan hiasan rambut itu tadi. "Menyebalkan."
"Nona sangat berjasa. Pasti akan ada pria yang membelikan hiasan rambut yang lebih indah lagi dari itu pada Nona. Saya permisi." Penjaga itu cepat-cepat berlari menjauh.
Anastasia cepat-cepat mengeluarkan nafasnya yang ia tahan, asal tau saja sejak tadi dia menahan nafasnya agar tidak terdengar kelelahan karena berlari dengan sihir. Tapi itu tidak terlalu membantu karena paru-parunya sudah terlalu tersiksa karena tidak ada udara masuk.
Setelah nafasnya kembali normal, Anastasia meraih tasnya yang ia sembunyikan. Dengan sihir merubah tas itu menjadi sebuah koper kecil.
Berjalan dengan santai keluar dari gang tersebut, Anastasia berjalan menuju sebuah penginapan yang jaraknya tidak begitu jauh.
Dia akan beristirahat disini hari ini.
. . .
Karena ini hari yang cukup spesial, jadi aku upload. Besok bakal update lagi.
Tandai typo ya
13 Juli 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
TAWS (3) - Anastasia
FantasyThe Another World Series (3) - Anastasia Cerita berdiri sendiri. Dioxazine. Pada umumnya orang lain hanya akan menganggap itu nama dari salah satu keluarga bangsawan yang tidak terlalu kaya dan tidak terlalu kekurangan, biasa. Tapi bagi yang menge...