30. Menyusup

1.3K 248 2
                                    

Seperti yang dikatakn oleh kupu-kupu yang ia perintahkan, Anastasia tau jika penyelidikan dilakukan pagi ini.

Pantas saja Anastasia tidak pernah tau jika dilakukan penyelidikan, biasanya dia masih tidur jam begini atau jika tidak dia sudah berada di Perpustakaan Menara.

Keahlian menyamar Anastasia tentu tidak bisa di ragukan. Diberbagai misi yang dia jalani penyamaran adalah hal utama. Jadi hanya untuk penyamaran mengikuti penyelidikan pagi ini adalah hal yang mudah.

Ia kira begitu.

Menatap dengan tatapan agak memelas, ditambah lagi mata merah bagai apel yang menatap dengan tatapan meminta penjelasan. Menyebalkan.

"Apa pembelaanmu?"

"Aku kemari untuk ini, jadi kenapa aku tidak boleh ikut?" Anastasia menatap tidak terima. "Ini tanggung jawabku!"

Rafael menghela nafas, awalnya mereka sudah akan berangkat menuju kota untuk penyelidikan tapi ada sesuatu yang agak ganjil. Seingatnya ia tidak memiliki prajurit yang bertubuh pendek, terlebih lagi ada aroma manis yang tidak asing.

"Ini berbahaya." Rafael menggeleng.

Rafael tidak tau saja apa yang sudah Anastasia lakukan, hal mudah ini tidak sebanding dengan semua tugas yang Anastasia jalani. Sayangnya ia tidak bisa mengatakan itu di depan Rafael.

Dia kira Rafael tidak akan curiga, jadi dia hanya merubah warna matanya dan tidak dengan rambutnya. Di juga tidak berpikir untuk merubah tingginya agar tidak ada yang curiga. Dia agak ceroboh.

"Aku akan tetap ikut." Anastasia tetap pada pendiriannya. Dia harus mendapatkan informasi, perasaanya saja atau memang Rafael tidak benar-benar memberikan seluruh informasi yang ada. Lagipula di lapangan selalu akan berbeda.

Anastasia naik ke atas kuda, dia menarik tali kekang kuda tersebut dan berbaris di belakang beberapa prajurit lain.

"Dia keras kepala." Irion melirik Rafael. "Biarkan saja."

Rafael menghela nafas. Tidak menyangka Anastasia memiliki sisi keras kepala seperti ini.

Menyerah, Rafael akhirnya membiarkan Anastasia untuk ikut dalam penyelidikan kali ini.

Penyelidikan dilakukan secara kelompok, agar memudahkan juga. Mereka semua menggunakan sihir, sebuah sihir yang digunakan agar tidak ada yang mengenali mereka diharapkan dengan begitu informasi jadi lebih transparan.

Anastasia sekelompok dengan Rafael, itu sudah dapat ditebak. Sepertinya Rafael tidak benar-benar melepaskan Anastasia.

Kuda yang mereka tunggangi di titipkan pada sebuah penginapan, tepatnya Bar yang merangkap menjadi penginapan.

"Biasanya di Bar informasi mengalir dengan lancar." Irion seperti menjelaskan kenapa mereka berada di tempat ini. "Saya Irion, orang kepercayaan Tuan. Saya belum sempat mengenalkan diri."

"Anastasia." Anastasia tersenyum.

Irion ikut tersenyum sebelum keduanya melangkah masuk ke dalam Bar tersebut.

Alasan kenapa Anastasia pernah pergi ke kota seorang diri adalah agar dia mengetahui dimana letak tempat yang selalu ramai. Salah satunya Bar. Seperti yang Irion katakan, Bar adalah tempat transaksi informasi paling baik. Anastasia sering mencari informasi di Bar.

Ketiganya duduk di salah satu meja, karena bantuan sihir mereka tidak dikenali oleh siapapun di tempat itu.

Dengan santai Anastasia menyebarkan serangga-serangganya untuk mencari informasi disekitar.

"Kau ingin minum sesuatu?" Rafael bertanya pada Anastasia tapi gadis itu tidak mendengar sampai Rafael menepuk bahu gadis itu. "Kau baik-baik saja?"

"Hah? Oh? Apa saja." Anastasia sedang fokus pada serangga-serangganya, tidak banyak informasi yang ia peroleh. Tapi untuk mendengar semua informasi yang ada dia memerlukan konsentrasi,  tanpa sadar sampai mengabaikan Rafael yang bertanya padanya.

"Kau tau, mereka mulai bergerak lagi." Anastasia melirik ke samping mereka. Meja yang agak jauh tapi karena serangganya yang berada di meja tersebut dia dapat mendengar apa yang dikatakan orang di meja tersebut. "Mereka sudah menyiapkan banyak sekutu."

"Ya, aku tidak begitu peduli asal mereka memberiku uang." Teman bicara laki-laki pertama bersuara. "Padahal kota ini tidak sebesar itu."

Beberapa serangga lain Anastasia perintahkan untuk mengikuti orang-orang tersebut.

"Nona melamun." Irion mendorong segelas teh hangat dihadapan Anastasia. Bar di kota ini memang bukan menyediakan alkohol saja, jadi bukan hal aneh ada teh ditempat ini. "Silahkan diminum."

"Ah, terimakasih." Anastasia meminum teh tersebut, selagi kepalanya menerima informasi dari serangganya.

"Apa ada yang aneh dengan mereka? Kau seperti melirik ke arah mereka beberapa kali." Rafael yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik Anastasia bertanya.

Anastasia menoleh. "Tidak. Aku hanya salah mengira saja. Aku kira orang itu aku kenal padahal tidak."

Rafael mengangguk. "Jika ada yang mencurigakan jangan panik."

Anastasia hanya mengangguk. Tidak mau dia terlalu kentara. "Hutan Aeri itu dimana?" Rafael yang sedang minum tersedak, sedangkan Irion menatap Anastasia kaget. "Kenapa?"

"Kenapa tiba-tiba bertanya tempat itu?" Tidak mungkin 'kan jika Anastasia tiba-tiba tau jika penyelidikan yang sebenarnya sedang terjadi di hutan Aeri. "Itu hanya hutan biasa."

Anastasia menaikkan sebelah alisnya  "Katanya dihutan itu merupakan perbatasan dengan kerajaan lain, bisa saja itu jadi tempat persembunyian mereka." Anastasia tau hal ini karena menguping, tepatnya lebah-lebah itu yang menyampaikan pada Anastasia, informasi itu masih berasal dari orang yang sama. "Kenapa kalian jadi membuat aku curiga?"

Irion tersenyum geli. "Nona cukup pintar ternyata."

Rafael mendengkus. "Penyelidikan sebenarnya memang di hutan itu."

"Jadi kenapa kita kemari?" Anastasia menatap bingung Rafael dan Irion. "Oh, karena aku?"

Jawaban diam dari dua laki-laki itu membuat Anastasia menghela nafas. Mereka benar-benar menganggap Anastasia adalah Nona yang tidak bisa apa-apa.

Anastasia berdiri, membuat Rafael dam Irion menatap bingung gadis yang berdiri secara tiba-tiba dan berjalan keluar dari Bar.

"Hei, kau mau kemana!" Rafael mengejar Anastasia sedangkan Irion pergi membayar minuman yang mereka pesan.

Anastasia naik ke atas kudanya, tapi Rafael menghalangi jalan Anastasia. "Aku mau pergi."

"Disana berbahaya." Rafael menahan kuda yang ditunggangi Anastasia. "Kau ternyata keras kepala sekali."

Menghela nafas, entah berapa kali dia harus mengatakan ini. "Tanggung jawab."

Rafael menyerah, dia melirik Irion yang baru keluar dari Bar. "Bawa kudaku."

Irion mengerutkan kening. "Untuk apa?"

Rafael meraih tali kekang yang di pegang oleh Anastasia. Pemimpin kota itu naik ke atas pelana yang sama dengan Anastasia.

"Kenapa kau naik juga?"

Rafael melirik Anastasia. "Kau jadi agak tidak sopan denganku, heh."

Anastasia membuang muka ke arah lain. "Menyebalkan."

Rafael tersenyum geli, dia mengambil alih tali kekang yang dipegang oleh Anastasia. "Jangan melakukan hal aneh saat di sana."

"Aku tau." Anastasia memutar bola matanya malas. "Aku bukan anak-anak."

Rafael tersenyum sebelum menarik tali kekang yang melilit tubuh kuda yang mereka tunggangi. 

Kuda itu melaju dengan cepat. Penutup kepala yang menutupi wajah Rafael terbuka begitu juga dengan Anastasia, semua karena kecepatan yang di buat oleh kuda yang mereka naiki.

Tujuan mereka adalah hutan Aeri. Jaraknya cukup jauh.

. . .

TAWS (3) - Anastasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang