Setiap langkahnya telah diperhitungkan dengan sempurna. Fengjiu tampak benar-benar terkejut ketika ia menggerakkan bibirnya untuk memberikan Donghua senyum sopan namun dinginnya lagi.
"Aku tidak bisa percaya bahwa aku bisa bertemu dengan Anda lagi. Kata-kata tak akan sanggup menggambarkan betapa gembiranya diriku. Tapi Anda tampaknya kurang setuju denganku."
Donghua mengangguk dan berpikir sendiri kalau perkataannya terlalu kentara. Sangat sulit untuk mendeteksi rasa 'gembira'nya dengan senyuman kaku itu. Ia mengangkat tangannya dan menuangkan Fengjiu secangkir teh lagi.
Keduanya terus duduk di sana dengan situasi hening yang canggung. Secepatnya, Fengjiu menghabiskan minumannya dan mengambil teko teh, yang kelihatan sekali sengaja menuangnya dengan posisi yang aneh.
Donghua mendongak dan melihat bahwa cangkir itu semakin penuh. Lalu ketika cangkir itu benar-benar kepenuhan, teh panas itu tumpah dan membasahi seluruh rok putihnya. Bisa dikatakan mirip seperti sebuah pangsit goreng.
Donghua menopangkan tangannya di atas meja batu marmer itu, memerhatikan Fengjiu intens. Awalnya, ia hanya penasaran ketika melihat Fengjiu memerhatikan matahari tenggelam dengan sebegitu khusyuknya.
Donghua pikir, mungkin saja pemandangannya berbeda jika dilihat dari tempat ini. Dan karena Fengjiu memintanya untuk duduk, maka ia pun duduk. Sekarang ia tiba-tiba merasa terhibur ketika ia menyadari bahwa Fengjiu mungkin saja masih berakting.
Fengjiu mungkin mengira kalau ia juga salah satu dari pasangan kencan butanya, namun karena Fengjiu memikirkan latar belakang Donghua, ia tidak bisa mengusir Donghua begitu saja seperti yang ia lakukan pada dua dewa sebelumnya.
Itulah mengapa Fengjiu dengan cerdiknya menggunakan taktik putus asa ini, tak ragu untuk membasahi pakaiannya sendiri agar ia bisa berpamitan pulang. Teh yang ditumpahkannya masih mengeluarkan uap dari roknya, menunjukkan bahwa itu memang masih panas dan Fengjiu sungguh melakukan hal yang melelahkan.
Donghua menyandarkan pipinya di telapak tangan dan bertanya-tanya apakah Fengjiu akan mencoba melarikan diri. Tentu saja, Fengjiu memberikan ekspresi khas miliknya yang merupakan campuran dari penyesalan, hormat, dan kesopanan, sembari menyembunyikan rasa gembiranya dalam mengucapkan selamat tinggal.
"Oh, ya ampun, betapa cerobohnya diriku hingga menumpahkan tehnya. Sekarang aku berantakan sekali. Aku mohon pamit lebih dulu. Aku akan datang dan mendiskusikan perihal agama dengan Anda lain hari."
Embusan angin membawa aroma teratai putih.
Donghua mengangkat pandangannya dan memberi Fengjiu teko teh yang lebih besar, dengan santai berkata, "Satu cangkir teh bukan apa-apa; kau bisa menggunakan ini. Tehnya sudah dingin ketika terakhir aku menyentuhnya. Tumpahkan lagi semuanya pada dirimu, itu baru namanya berantakan sungguhan."
" .... "
***
Donghua Dijun sudah lama pensiun dan menyendiri di Istana Taichen. Dewa-dewi muda tidak pernah kebagian mencicipi lidah berbisanya, akan tetapi, generasi lebih tua tidak akan pernah melupakannya. Ia memang tidak banyak bicara. Namun ketika ia berbicara, perkataannya menancap setajam pedang di tangannya.
Menurut legenda, pernah ada seorang Tuan Muda bodoh dari Klan Iblis yang mendengar ketenaran Donghua Dijun.
Dengan gagah berani ia menerobos masuk ke dalam Jiuchongtian di satu tahun, ingin bertarung dengan Donghua.
Tapi tepat setelah ia sampai di pintu Istana Taichen, ia dihentikan oleh para pengawal. Donghua sedang bermain catur seorang diri di kolam teratai kala itu.
Anak muda kurang ajar itu berteriak sekencang badai meskipun tubuhnya tengah ditahan di bawah demi memancing Donghua untuk keluar.
Ketika Donghua memanggil mundur pengawalnya, pemuda itu berteriak lebih kencang, mengatakan sesuatu tentang Langit yang seharusnya terkenal dengan cara terhormat mereka, jika Donghua masih punya kehormatan yang tersisa, maka ia harus keluar dan bertarung satu lawan satu dengannya ketimbang mengeroyok satu orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Lives Three Worlds, The Pillow Book [Terjemahan Indonesia]
Random[Novel Terjemahan] [END] Judul : Three Lives Three Worlds, The Pillow Book Author : Tangqi Gongzi Upper Volume : Prolog+11 chapter+1 bonus Lower Volume : 21 chapter + epilog + 2 extra chapter + 1 bonus Pillow Book of Samsara : Back to Chaos in A Dre...