Buku 2 - Chapter 20 (2)

238 26 1
                                    

Zheyan menghela napas, "Di dunia ini, mereka yang mampu mengubah ingatan seseorang menggunakan obat-obatan hanya ada beberapa dan sangat langka. Menurut perkiraan kasarku, seharusnya hanya ada Donghua, Moyuan, Buddha, dan aku. Moyuan dan aku, ditambah lagi dengan Buddha, tidak memiliki alasan untuk mengubah ingatanmu. Setidak patuhnya diriku pun, sesuatu sekotor ini ...."

Zheyan mengangkat matanya untuk melihat Fengjiu. Di dalamnya terdapat rasa kasihan yang sama yang terlihat samar seperti yang pernah ditunjukkan kakeknya tiga hari yang lalu di Laut Biru.

Zheyan mengeluarkan sebuah pil dari dalam lengan jubahnya.

"Minum dulu ini. Aku pasti akan segera membuatkan satu lagi yang akan mengembalikan ingatanmu."

Fengjiu dengan kaku memegangi pil itu berlawanan dengan sinar matahari yang bersinar dari ambang jendela dan bertanya pelan, "Pil ini tidak mengembalikan ingatanku? Lalu kenapa aku harus meminumnya?"

Zheyan sudah menginjakkan satu kaki keluar ambang pintu di saat ia mendengar Fengjiu.

Ia berbalik dan mendesah, "Aku mendengar tentangmu dan Donghua dari pamanmu. Aku bahkan tidak yakin apakah hal ini baik atau tidak untukmu di saat ini."

Ia tampak kesulitan untuk memutuskan sebelum akhirnya berkata, "Itu adalah obat penguat janin. Kau sedang mengandung."

Ruangan itu tenggelam dalam keheningan untuk sesaat. Pil bersinar itu menggelinding ke atas tanah. Zheyan memungutnya, pelan-pelan mendekati Fengjiu, meletakkannya kembali ke dalam tangannya, dan akhirnya membelai rambutnya.

Fengjiu tidak menitikkan setetes pun air mata selama sembilan hari terakhir. Ia akhirnya menangis tersedu di saat ini. Mereka tumpah dari matanya, menuruni pipinya, tetapi tidak ada suara maupun ekspresi.

Hanya suaranya saja yang agak terguncang selagi Fengjiu bertanya samar, "Paman, katakan padaku, bagaimana bisa ia menipuku?"

Fengjiu mengulang samar pada dirinya sendiri, "Bagaimana bisa ia menipuku?"

Fengjiu tidak suka menangis, tetapi kapan pun ia menangis, orang lain hanya bisa mengasihaninya. Ekspresinya tenang; hanya air matanya mengalir deras seperti waduk yang bocor, mengalir turun dan membasahi gaun merahnya dengan noda air yang mirip dengan bunga Fuling bermekaran.

Sembilan hari ini terlalu lama.

***

Zheyan mengirimkan pil yang sudah selesai itu di hari berikutnya. Ketika ingatan aslinya kembali, suasana hati Fengjiu tidak terpengaruh separah yang ia kira. Mungkin itu karena ia terlalu lelah.

Fengjiu akhirnya ingat. Pada kenyataannya, Dijun tidak pernah memberitahu padanya kenapa ia menukarkan buah Saha Fengjiu. Pada saat itu, Jiheng memintanya dan Dijun memberikannya.

Dijun bilang, ia dan Jiheng tidak punya hubungan satu sama lain, tetapi Fengjiu dengan jelas melihat perlakuan spesial Dijun untuk Jiheng.

Fengjiu akhirnya memiliki cukup waktu untuk memikirkan hal-hal ini sekarang.

Dijun memang mencintainya, tetapi itu bukan berarti Dijun tidak mencintai Jiheng.

Dijun seharusnya adalah seorang dewa yang paling tidak memikirkan hal duniawi dari seluruh Langit sampai Bumi.

Pada akhirnya, apakah Fengjiu atau Jiheng yang menarik Dijun masuk ke dalam dunia yang kusut ini?

Ketika ia jatuh ke dalam mimpi Aranya, Fengjiu berada di ambang kematian, dan Dijun memilihnya. Sekarang karena Jiheng di ambang kematian, Dijun memilih Jiheng.

Akhirnya, siapakah yang buta oleh perasaannya sendiri?

Fengjiu menganggap Dijun paham bahwa ia telah bersalah padanya dengan memilih Jiheng. Itulah sebabnya, mengapa Dijun terlalu malu untuk datang ke Qingqiu untuk mencarinya.

Three Lives Three Worlds, The Pillow Book [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang