Buku 2 - Chapter 3 (2)

255 29 0
                                    

Si cantik menatap emas di genggamannya dan terlihat terkejut.

Fengjiu menyatukan tangannya dan berkata, "Karena barusan aku sedang terburu-buru, aku menabrakmu dan membuatmu terluka. Aku tidak punya apa pun selain benda kurang sopan ini, kuharap kau akan menerima mereka sebagai biaya berobat ke tabib. Jika kau menerimanya, maka mohon maafkanlah aku. Jika kau tidak menyukai emas," ia mengeluarkan sebuah dompet gemuk dan melanjutkan dengan tulus, "Aku juga punya perak, mutiara, permata, dan mutiara bersinar. Mana yang kau suka, Nona? Silakan, jangan ragu untuk memilihnya!"

Setelah Fengjiu selesai dengan serentetan permintaan maaf cantiknya, si gadis muda masih tidak menjawab, tetapi pria berjubah hitam dengan lembut memanggil Fengjiu, "Yang Mulia."

Hujan lebat mendadak turun di luar jendela, suaranya terdengar seperti mutiara yang berhamburan. Fengjiu dengan kosong memutar kepalanya.

Layaknya air terjun putih mengalir ke bawah atap, air hujan terus tumpah dari langit. Di hadapan air terjun ini adalah pria tinggi, rambutnya segelap tinta, roman wajahnya seperti goresan lukisan. Matanya, saat seseorang menatapnya, tampak menghantarkan dinginnya salju di akhir musim dingin.

Apakah pria ini baru saja memanggil Fengjiu .... 'Yang Mulia'?

Sebuah ledakan meledak di kepala Fengjiu. Si pria dingin berjubah hitam pastilah salah satu kenalan Aranya. Suatu kesalahan untuk bepergian tanpa pelayannya hari ini.

Biasanya ketika Fengjiu bertemu dengan kenalan-kenalan Aranya, para pelayannya akan membantunya mengulur sedikit waktu. Setelah satu atau dua kata, ia akan mampu mengenali identitas tamunya.

Tetapi situasi hari ini ... tampaknya Fengjiu harus menggunakan jalan terakhirnya: berpura-pura tidak tahu.

Fengjiu berpura-pura kebingungan dan berkata pada si pemuda, "Beberapa orang juga menyapaku dengan sebutan 'Yang Mulia' barusan ini. Apakah kau juga salah mengenaliku seperti yang lainnya?"

Mata tenang sang pemuda mendadak menggelap, tatapan tajamnya menempel pada Fengjiu.

Akhirnya, ia menjawab perlahan, "Apa kau tidak ingat padaku?"

Tatapannya membuat Fengjiu merinding. Pria ini terlihat seolah ia sudah mengetahui kebohongannya.

Fengjiu bergidik dan mencoba menenangkan dirinya. Ada begitu banyak orang yang mirip satu dengan yang lainnya di dunia ini. Bagaimana mungkin ia tahu apakah pria ini mempercayai perkataannya atau tidak?

Mungkin saja ia menggunakan ekspresi semacam ini untuk menipu Fengjiu, ia tidak boleh goyah.

Fengjiu mendapatkan kembali ketenangannya, menatap si pemuda dan dengan tegas menjelaskan: "Bukan masalah aku mengingatmu atau tidak. Aku tidak pernah bertemu denganmu dan aku bukanlah putri yang kau bicarakan ...."

Fengjiu belum selesai ketika pria itu memutus omongannya.

Masih dengan tatapan yang mantap, ia berkata dingin, "Aku adalah Chen Ye."

Bagaimana bisa ia begitu keras kepala setelah semua yang Fengjiu katakan?

Fengjiu berpura-pura marah: "Aku tidak peduli apakah kau adalah Fu Ye atau Chen Ye."

(T/N : Fu = mengambang, Chen = tenggelam.)

Walaupun begitu, jantung Fengjiu mendadak serasa berhenti—Chen Ye. Ini merupakan sebuah nama terkenal baginya, kedua setelah Aranya.

Menurut legenda mengenai Aranya, lebih dari separuhnya berkaitan dengan nama ini. Ternyata orang yang sedang berdiri di hadapan Fengjiu adalah Archmage Chen Ye.

Three Lives Three Worlds, The Pillow Book [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang