Chapter 11 (6)

254 23 0
                                    

Setelah sampai di puncak gunung, Fengjiu dibawa ke dalam sebuah kamar pribadi untuk beristirahat. Si pemuda dibawa ke kamar lain untuk diobati lukanya.

Sambil minum teh, Fengjiu memikirkan tentang janji si pemuda untuk membalas budinya. Apa sebenarnya tujuannya datang ke gunung ini?

Fengjiu telah menyelamatkannya tak peduli bagaimana seseorang memandangnya. Sudah sewajarnya pemuda itu membalas budi Fengjiu. Tetapi ada satu masalah yang membebani pikiran Fengjiu.

Fengjiu ditutupi dengan kerudung pengantin dari awal hingga akhir. Tak melihat wajahnya, apakah pemuda itu akan membalas budi pada orang yang salah?

Selagi pikiran Fengjiu masih kusut, seorang pelayan masuk dan memberitahunya bahwa Cang'yi Shenjun telah kembali. Pikiran Fengjiu jadi tambah kusut.

Di satu sisi, Fengjiu harus menangani Cang'yi, di sisi lainnya ia harus memikirkan cara untuk memporak-porandakan istana ini sebelum upacara pernikahan. Keduanya menguras kemampuan otaknya.

Harus mengurus kedua masalah ini terlebih dahulu, Fengjiu tidak punya waktu untuk memikirkan si pemuda yang ia selamatkan.

Semenjak hari itu, Fengjiu tidak pernah bertemu dengannya lagi. Layaknya tumbuhan duckweed yang berada dalam kolam teratai, wajah pemuda itu terlupakan di suatu sudut di ingatan Fengjiu.

(T/N : contoh tumbuhan duckweed.)

)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jika tidak ada angin yang datang membuat riak di permukaan air, ingatan ini pasti akan terkunci setelah bertahun-tahun keheningan.

Si pemuda hanyalah orang yang lewat dari sekian banyak orang yang Fengjiu temui selama tiga puluh ribu tahunnya. Setelah sekian lama, meski mengingatnya sekarang, ia tidak mampu menghubungkan si pemuda pemalu dulu dengan si pria menarik hari ini tak peduli apa pun yang terjadi.

Tujuh puluh tahun.

Apa yang sebenarnya terjadi selama waktu itu yang mengubah Meng Shao dari seorang pemuda pemalu menjadi seseorang yang menarik dan berkharisma?

Dengan ratusan pertanyaan, Fengjiu melirikkan lagi matanya yang ragu ke arah Meng Shao. Tetapi kursi tempatnya duduk sedetik yang lalu kini sudah kosong. Sebuah bunyi klang terdengar di atas meja; sebuah cahaya keperakan bersinar dari botol anggrur.

Tidak ada.

Meng Shao telah menghilang.

Mata memerah karena alkohol, Pangeran Kedua Meng Shao memegangi bahu Xiao Yan dengan mabuk. Para Biyiniao terkenal akan ketajaman pendengaran mereka.

Perkataan Jielu pada Xiao Yan dan Fengjiu tampaknya telah didengar oleh Meng Shao, memberikannya sentakan rasa berterima kasih.

"Benarkah? Apakah semuanya juga berpikir kalau aku harus mengabaikan peraturan klan dan dengan berani mengejar cintaku?"

Three Lives Three Worlds, The Pillow Book [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang