Buku 2 - Chapter 21 (1)

291 22 0
                                    

Tidak pernah Ye Qingti bayangkan kalau suatu hari ia akan mengejar keabadian. Terlebih lagi, yang perlu dilakukannya adalah menunggu untuk berpartisipasi dalam ritual pembersihan di Kolam Giok hari ini dan setelahnya datang ke Aula Qing Yun di Great Overarching Heaven untuk memberi penghormatan pada Dijun sebelum ia akan menjadi makhluk abadi.

Dalam ingatan Ye Qingti, sudah hampir empat ratus tahun semenjak ia terakhir hidup sebagai seorang manusia. Ia terlahir di keluarga Ye selama dinasti Jin sebagai putra sulung dari Yongning Houjue.

Memiliki akar di kemiliteran, keluarga Yongning selalu kehilangan tuannya di pertempuran dan peperangan. Ayahnya juga terbunuh dalam peperangan di tahun ketika ia berusia tiga puluh lima tahun. Saat ia mewarisi gelarnya, Ye Qingti baru berusia tujuh belas tahun.

Pada saat itu, dinasti Jin sudah memasuki masa senjanya. Para bangsawan hanya sibuk dengan memanjakan diri mereka sendiri. Dibandingkan dengan sekumpulan kaum urakan ini, sebaliknya, keturunan Ye adalah penggawa yang luar biasa. Diantara mereka, Ye Qingti yang paling menonjol.

Masuk akal kalau dengan penampilan tampannya, karakter teladannya, dan latar belakangnya yang terkenal, Ye Qingti akan menjadi menantu lelaki yang dicari oleh keluarga bangsawan lainnya di ibu kota.

Sangat disayangkan, semenjak dinasti Jin didirikan, Keluarga Yongning sudah terkenal meninggalkan janda. Kasih sayang dan rasa kasihan pada anak gadis mereka menghalangi para bangsawan itu menikahkan para gadis ke keluarga Ye.

Untuk alasan itulah, tiap generasi dari Houjue selalu kesulitan mencari pasangan bagi diri mereka. Harapannya hanya tersisa pada titah resmi kekaisaran.

Ye Qingti mewarisi gelarnya tepat saat kerusuhan muncul di garis perbatasan. Sebelum si Houjue muda dapat menunggu sang Kaisar menganugerahkannya seorang istri, ia sudah bergegas menuju medan tempur untuk mempertahankan perbatasan. Dalam waktu lima tahun, ia sudah sepenuhnya mengusir para Tartar pengacau itu.

Kaisar sangat puas dalam pandangannya atas jasa besar Ye Qingti.

Setelah ia kembali ke ibu kota, bukan hanya Kaisar menghadiahkan Keluarga Yongning dengan royal, Beliau bahkan menganugerahkannya dengan sebuah pernikahan dengan putri tertua dari Gongjue Qi juga seorang wanita cantik sebagai selirnya.

Ada beberapa kaisar terdahulu yang suka menghadiahkan wanita kepada para penggawa mereka. Akan tetapi, kaisar yang berkuasa saat ini hidup selama lebih dari empat puluh tahun dan baru menduduki takhta selama lebih dari dua puluh tahun, namun belum pernah sekali pun memberikan wanita kepada penggawanya sebagai hadiah.

Meskipun menjadi seorang jenderal militer yang tidak memiliki pikiran berbelit dari para sarjana birokrat, ia dapat mengetahui ada sesuatu yang aneh dalam urusan ini.

Setelah secara pribadi melakukan investigasi, ia mengetahui kalau si cantik yang dianugerahkan padanya oleh sang kaisar adalah Selir Chen dari istana. Sejak awal, ia memang tidak begitu disayangi.

Lalu datang satu hari, empat tahun yang lalu di sebuah festival Skanda Bodhisattva saat ia menyelamatkan kaisar dari peristiwa tenggelam dan mendapatkan perhatian Yang Mulia Kaisar.

Dikatakan bahwa Selir Chen sangat amat mencintai Yang Mulia Kaisar sebelum ia disayangi. Namun, untuk beberapa alasan yang tak dapat dijelaskan, di saat ia mendapatkan kasih sayang Kaisar, ia terus saja menyinggung Kaisar dengan sikap dingin serta acuh tak acuhnya.

Masih ada rahasia lainnya. Meskipun diacuhkan olehnya, Kaisar tetap saja amat menyayanginya selama empat tahun. Namun, dalam masa empat tahun itu, tidak ada satu malam pun ketika ia membiarkan Kaisar mendekati tubuhnya.

Pada saat itu, Ye Qingi sedang duduk di atas tembok untuk menikmati sinar rembulan dan anggur. Setelah mendengarkan ini dari mata-matanya, tempat minum berbentuk labunya jatuh ke tanah, hancur berkeping-keping.

Three Lives Three Worlds, The Pillow Book [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang