Back to Chaos in A Dream : Chapter 7 (3)

411 27 3
                                    

Sekilas, trio pasukan Fu Ying berbaring dalam formasi di luar sungai, tampaknya berjumlah jutaan. Secara horizontal di depan pasukan, di sepanjang Sungai Jie Shui, adalah Tentara Pelopor yang terdiri dari ribuan monster pemburu besar yang meronta untuk membebaskan diri.

Monster-monster berkumpul dalam kelompok, mendesis ke arah Langit dengan hiruk-pikuk suara yang menakutkan.

Di bawah panggung jasper, para perwira dan prajurit ras Dewa pun merespon dengan cepat, dan segera berpindah ke posisi mereka, berbaris membentuk formasi.

Feng Jiu membalikkan tangannya, menarik tangan Di Jun, berusaha menariknya turun dari panggung yang tinggi itu. Tetapi, Di Jun menghentikannya.

"Jangan takut."

Di Jun berkata dengan lembut. Pedang Cang He Di Jun pun muncul secara ajaib, dan ia memegangnya di ujung bilahnya, darah emasnya yang merah tua pun mengalir menuruni sepanjang bilah pedang itu.

Di waktu yang sama, Fu Ying, mengendarai tunggangan ular bersayap mistisnya, berputar di tengah udara di tepi seberang sungai, tiba-tiba melambaikan tangannya, memberi sinyal perintahnya, "Serang!"

(T/N : Contoh Ular Bersayap Mistis / 鸣蛇 / Míng shé.)

Monster dengan fitur ganas mereka pun bermunculan, memamerkan taringnya dan mengacungkan cakarnya, mengarungi sungai, bergegas ke arah mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Monster dengan fitur ganas mereka pun bermunculan, memamerkan taringnya dan mengacungkan cakarnya, mengarungi sungai, bergegas ke arah mereka.

Di Jun mengangkat tangannya, tubuh pedang Cang He pun memanjang dengan keras, dan tumbuh seperti pohon raksasa berusia satu milenium. Setelah itu, pedang tersebut menduplikasi diri ribuan kali lipat, dan berjejer tegak di tepi timur sungai Jie Shui. Pedang yang menginspirasi kekaguman pun bergabung menjadi satu dengan darah emas merah tua itu. Dalam sekejap, ribuan pedang Cang He menyatu, membentuk bangsal emas merah tua yang tak bisa dihancurkan.

Beberapa naga air iblis di depan gerombolan monster itu berlari melintasi sungai yang sudah terbang ke seberang, dan bersiap-siap untuk membantai, ketika mereka berlari dengan cepat ke bangsal penghalang tersebut. Dua naga air iblis telah menabrakkan tubuh mereka tepat ke tepi bilah pedang Cang He yang membentuk bangsal penghalang. Sebelum mereka bahkan dapat melolong, mereka sudah terpotong menjadi beberapa bagian oleh pedang Cang He yang diresapi oleh darah emas merah tua.

Feng Jiu menatap bangsal penghalang yang kuat itu dengan kaget.

Monster-monster itu maju gelombang demi gelombang hanya untuk sepenuhnya terkubur di luar bangsal penghalang, sesaat mengubah penghalang keemasan merah tua di luar sana menjadi bukit mayat di tengah lautan darah.

Fu Ying, mengangkangi ular bersayap mistisnya di udara, bingung dan jengkel. Ia mulai melemparkan mantra, berusaha untuk menghancurkan bangsal pelindungnya. Meskipun Feng Jiu tidak dapat melihat upaya Fu Ying dalam menyerang penghalang itu berpengaruh pada penghalangnya, Feng Jiu tetap khawatir.

Three Lives Three Worlds, The Pillow Book [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang