Aranya selalu menghibur dirinya sendiri dengan kata-kata ini kapan saja ia menghadapi rasa sakit tak tertahankan di masa lalu.
Setelah menyelesaikan kata terakhir, Aranya menyingkirkan kuasnya dan menurunkan suaranya: "Apa maksudmu dengan 'remeh'?"
Mata Qinghua kelihatan lebih kasihan selagi ia berkata, "Chen Ye meminta kakakmu agar mengizinkannya menikah."
Aranya pelan-pelan mengangkat kepalanya.
"Gadis itu bukan wanita dari keluarga terkemuka. Tetapi kelebihannya adalah ia sopan dan berbudi luhur. Ia adalah seorang guru di Akademi Kerajaan. Aku dengar wanita ini sebenarnya datang dari kediamanmu; namanya terdiri dari satu karakter: Tian. Wen Tian, bahkan namanya pun terdengar begitu halus."
Aranya memejamkan matanya.
Tak lama kemudian, ia berkata, "Aku merasa sedikit lelah. Ibu, tolong pergilah."
Qinghua berbalik, lalu setelah dua langkah, melihat ke belakang dan berkata, "Kasusmu telah diselesaikan pagi ini, eksekusi dalam tiga hari. Chen Ye mengirimkan laporan ini siang hari, meminta Yang Mulia untuk memindahkan eksekusinya ke kuil. Kepergianmu ke kuil tentu hal yang lumrah, karena kuil memiliki lebih banyak alat hukuman dibandingan dengan ruang bawah tanah Biro Pidana.
"Aku tahu, bahkan jika jiwamu berubah menjadi abu, kau tidak akan pernah ingin menerima penghinaan ini. Apabila kau tidak sanggup, maka gunakan obat di dalam botol obat porselen itu untuk mengakhirnya sendiri. Sebagai ibumu, ini adalah kasih sayang terakhir yang bisa kutawarkan padamu."
Setelah sosok Qinghua menghilang dari cahaya redup yang dikeluarkan lampu minyak, Aranya mendadak bergetar, tertawa terbahak-bahak. Seteguk darah mewarnai kertas putih dan kata-kata hitam di dalamnya dengan noda kemerahan. Api kecil dalam lampu minyak berkelap-kelip, kemudian akhirnya padam.
Sosok Qinghua terhenti di pintu ruang bawah tanah.
Saat ia baru saja akan meneruskan langkahnya, Aranya mendadak berbicara dari selnya, suaranya serak: "Kasih sayang? Darimu? Untukku?"
Aranya melanjutkan setelah serentetan batuknya: "Kau mungkin juga ingat di tahun itu ketika Guru Mo menyelamatkanku dari sarang ular. Pertama kali aku melihatmu, mereka bilang kau adalah ibuku. Aku begitu gembira melihat betapa cantiknya dirimu. Saat aku melihatmu menuju ke arahku, aku berlari untuk memelukmu namun tanpa sengaja terjatuh.
"Kau berjalan melewatiku seolah tidak melihatku, seolah aku hanya setangkai bunga, sebilah rumput, atau sebongkah kerikil. Gaunmu menyerempet wajahku. Aku terjatuh dan membuat lenganku terluka, tetapi kau tetap menatap lurus ke depan dan berjalan melewatiku. Suara gemerisik kain yang menyapu tanah hari itu persis sama dengan malam ini."
Jemari Qinghua memegangi sisi magnolia.
Terdengar serangkaian batuk-batuk lagi.
Aranya menambahkan lembut, "Aku tidak pernah tahu apa itu cinta seumur hidupku. Kau begitu pelit dalam memberikannya, jadi aku berjuang untuk mendapatkannya. Sekarang kau menghancurkannya juga. Aku benar-benar tidak mengerti. Kenapa kau harus begini kejam? Apakah aku adalah musuhmu? Apakah melihatku menderita membawakan kepuasan bagimu?"
Bibir Qinghua gemetar.
Lama setelahnya, ia berkata, "Jika kau bereinkarnasi, aku akan membayarmu di kehidupan kita mendatang."
Aranya tersenyum samar dan berujar lelah, "Biarkan ikatan fana kita berakhir dalam kehidupan ini. Kalau ada kehidupan selanjutnya, aku tidak menginginkan apa pun. Harapanku satu-satunya adalah tidak pernah melihatmu lagi di luar sana."
Keheningan mencekik mengambil alih suasana. Bunyi tapak kaki Qinghua semakin menjauh. Samar-samar terlihat, tetapi seseorang dapat mendengar getaran tersembunyi dari langkah kaki yang terlihat stabil itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/298731298-288-k496350.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Lives Three Worlds, The Pillow Book [Terjemahan Indonesia]
Random[Novel Terjemahan] [END] Judul : Three Lives Three Worlds, The Pillow Book Author : Tangqi Gongzi Upper Volume : Prolog+11 chapter+1 bonus Lower Volume : 21 chapter + epilog + 2 extra chapter + 1 bonus Pillow Book of Samsara : Back to Chaos in A Dre...