Chapter 11 (5)

322 23 0
                                    

Di akhir jam Macan (5 pagi), lengan Fengjiu digoncangkan dengan keras.

Fengjiu berbalik dan bergumam ngantuk, "Yang Mulia, jangan menggangguku selarut ini. Biarkan aku ...."

Kata 'tidur' belum sempat keluar dari mulut Fengjiu ketika ia tertahan dalam mata terkejut Xiao Yan yang sedang mencondongkan diri di ranjang Fengjiu.

Bulan bercahaya tinggi di atas langit.

"Kau dan Muka Es telah ... berkembang hingga titik ini?"

Xiao Yan bertepuk tangan.

"Aku memang tidak memandang remehnya."

Kemudian Xiao Yan berkata senang pada Fengjiu, "Jiheng harusnya menyerah saja soal Donghua. Aku tahu Donghua tidak sesetia diriku. Dia tidak mampu menahan rencana godaanmu."

Sekarang menggaruk kepalanya bahagia, Xiao Yan bertanya, "Bagaimana aku harus menghibur Jiheng agar ia jatuh ke pelukanku tanpa keraguan?"

Sebutir mutiara malamlah yang menyinari kamar itu. Fengjiu melihat Xiao Yan bersandar di ranjang sambil melihat bulan. Xiao Yan tampak senang, lalu termenung, kemudian cemas.

Kebingungan, Fengjiu tidak tahu apa yang sedang terjadi.

Ia mengusap matanya, mencubiti Xiao Yan dan bertanya, "Apakah itu sakit?"

Melompat ke belakang, Xiao Yan menangis, "Jangan mencubitku, kau tidak sedang bermimpi! Aku membuka medan pelindung Muka Es untuk membawamu menghibur teman kita."

Akhirnya teringat tujuannya datang kemari, Xiao Yan memberitahu Fengjiu dengan nada serius, "Apa kau tahu apa yang terjadi pada Meng Shao?"

Fengjiu sudah terkurung di dalam Jifeng Yuan selama tiga hari. Ia bahkan tidak bisa berbicara dengan seekor nyamuk; tentu saja, Fengjiu tidak tahu apa-apa.

Tetapi, ekspresi serius Xiao Yan menghilangkan rasa kantuknya.

Khawatir, Fengjiu bertanya, "Meng Shao?"

Ekspresi Xiao Yan bertambah muram.

"Jenderal Changshengnya baru saja mati. Ia sudah minum-minum dari pagi hingga subuh, berduka atas kematiannya. Sepupunya, Jielu takut Meng Shao bisa mati karena minum-minum di sana dan datang meminta bantuanku. Tapi, kau tahu, aku tidak pandai membantu orang lain. Wanita lebih baik dalam hal ini ...."

Fengjiu mengenakan jubah luaran dan merenung, "Aku tidak pernah tahu kalau Meng Shao memiliki pria di kediamannya. Sungguh teman yang buruk karena kita tidak pernah menyadari kesukaannya. Ya ampun, pasti ia sangat terkejut karena kehilangan seseorang yang dicintai seperti ini. Kasihan sekali Meng Shao."

Ketika Fengjiu selesai berbicara, ia mendadak teringat hal-hal semalam, dan berusaha mengingat apakah itu nyata atau tidak.

Fengjiu berjalan ke arah nakas di dinding, membuka tempat pembakaran dupa unicorn, membauinya sekilas. Tidak ada aroma dupa pembuat kantuk.

Fengjiu mengambil mutiara malam Xiao Yan dan meneliti pembakaran itu apakah ada abu baru. Tidak ada. Menatap ke cermin perunggu, memar di kening Fengjiu sudah tidak ada lagi. Tetapi tidak ada sisa salep Mufurong juga.

Apakah Fengjiu bermimpi? Tetapi, kenapa ia memimpikan hal semacam ini?

"Ada apa?"

Xiao Yan bertanya selagi ia menerima mutiara malam dari tangan Fengjiu.

Fengjiu terdiam sedetik sebelum menjawab, "Aku bermimpi." Jeda sejenak. "Tidak usah dipikirkan, bukan apa-apa."

Fengjiu berjalan menuju pintu, kemudian kembali ke lemari di dekat jendela, mengeluarkan sebuah botol berwarna kehijauan.

Three Lives Three Worlds, The Pillow Book [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang