Buku 2 - Chapter 2 (3)

361 31 2
                                    

Tampang lembut di wajah Dijun detik ini tidak dapat jadi lebih mematikan lagi.

Jantung Fengjiu berdegup begitu kencang selagi ia dengan putus asa melawan: "Sudah pasti bukan karena alasan ini. Jika ini alasannya, lalu segala hal yang kulakukan ...."

Masih dengan ekspresi yang tidak berubah, Dijun mengoreksi perkataannya: "Ini baru salah satunya."

Donghua menambahkan: "Paling utama adalah karena aku berlutut untuk meminta pengampunanmu."

Fengjiu tidak putus asa lagi.

Fengjiu terhempas.

Fengjiu yang terhempas diam-diam memasukkan tinjuannya ke dalam mulutnya. Aura Dijun ketika ia berlutut, terlebih lagi aura Donghua saat berlutut di hadapannya—ia berusaha keras membayangkannya tetapi masih tetap mustahil untuk dibayangkan.

Sesuatu yang begitu luar biasa hingga Fengjiu tidak sanggup membayangkannya. Sesuatu yang begitu langka, tidak akan terjadi selama ribuan tahun. Tetapi Fengjiu melupakan semuanya. Sebuah aib yang bisa membuat menangis.

Dijun bilang ia berlutut untuk melamarnya. Menyingkirkan kisah mengerikan soal si raja yang terkenal ini ternyata berlutut, lebih penting lagi, mengapa Dijun ingin menikahi Fengjiu?

Ini, sungguh sebuah misteri bagi segala usia.

Rasa penasaran Fengjiu mengambil alih syoknya dan sementara ia menyemburkan: "Kau terpaksa menikahiku karena kau merasa bersalah, benar kan? Lalu bagaimana dengan Jiheng tercintamu?"

Dijun sempat tercengang sejenak.

Ia menjawab kebingungan: "Jiheng dan aku, bagaimana bisa kau memikirkan hal semacam itu? Usia kami terlalu berbeda ...."

Donghua melihat mata gelap berkaca-kaca Fengjiu selagi pemahaman mendadak menjadi lebih jelas bahwa usia mereka berdua bahkan jauh lebih besar.

Kernyitan terpasang di wajahnya selagi ia memberitahu Fengjiu ringkas: "Jiheng dan aku tidak ada hubungannya satu sama lain."

Fengjiu begitu terkejut mendengar ini secara langsung dari Donghua.

Saking terkejutnya, Fengjiu mulai bergumam pada dirinya sendiri: "Sebenarnya, apakah aku masih bermimpi sekarang?"

Fengjiu mencubiti dirinya, dari matanya langsung mengalir dua tetes air mata.

Dengan mata berkabut, Fengjiu berkata: "Oh, jadi aku tidak sedang bermimpi, aku sungguh terkena amnesia dan melupakan begitu banyak hal. Aku merasa dunia ini sudah berubah hingga aku tidak bisa mengenali beberapa halnya."

Fengjiu melihat Donghua kebingungan: "Sebenarnya aku masih punya satu pertanyaan lagi, aku tidak yakin apakah aku bisa menanyakannya padamu atau tidak?"

Pertanyaan ini sedikit menyakitkan, namun semenjak Fengjiu begitu penasaran, ia tidak punya kesabaran lagi untuk menunggu Donghua mengangguk dan berbicara sebelum Donghua: "Jika kita memang menikah seperti yang kau katakan, aku masih bingung, mengapa ayahku menyetujui pernikahan ini, karena kau ...."

Fengjiu sedikit kesulitan memberitahu Donghua ini: "Karena ayahku adalah seorang dewa yang sangat kuno. Kau tidak berasal dari keluarga mapan, maupun berkuasa. Kau tidak memuaskan kriteria calon menantu lelakinya ...."

(T/N : Fengjiu mungkin juga mengatakan ayahnya agak vulgar karena kata 俗 (biasa) dapat mencakup mana saja, dari kuno hingga vulgar).

Dijun terdiam sesaat.

"Jadi Qingqiu memiliki peraturan semacam ini untuk memilih menantu lelaki, aku tidak tahu soal ini."

Three Lives Three Worlds, The Pillow Book [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang