Meskipun melihat bunga dengan orang yang salah, Fengjiu senang ia cukup pandai untuk tidak mengatakan hal-hal yang tidak pantas yang dapat memberatkan identitasnya pada Xize. Bukan hanya itu saja, ia juga dapat medengarkan sebuah gosip langsung dari mulut Xize. Betapa beruntung dirinya.
Tuan Xize tampak seperti sebongkah batu es pada pandangan pertama, tetapi siapa sangka bahwa perasaannya pada Junuo begitu dalam. Tidak heran manusia berkata, kecantikan berada di mata si pemiliknya.
Walaupun begitu, Fengjiu jadi sedikit khawatir pada Xize selagi ia berbaring untuk tidur malam itu. Betapa butanya pria ini, sungguh, baginya untuk dapat melihat temperamen yang baik bahkan talenta dari Junuo. Untuk pria tampan, Xize punya selera yang buruk. Sangat menyedihkan.
Fengjiu mendesah dan tertidur, tetapi tak lama kemudian, ia bangkit untuk membersihkan diri bersamaan dengan kokokan ayam jantan di pagi buta.
Semalam, tindakan Fengjiu tidak benar, meninggalkan Su Moye untuk menghadapi Changdi sendirian. Ia bertanya-tanya apakah Su Moye berhasil mengatasi kesulitannya atau tidak. Su Moye mungkin akan datang pagi ini untuk membalaskan dendam. Jika ia lebih dulu memperlihatkan perasaannya, mungkin Su Moye akan melunak dan membiarkannya.
Jadi setelah memutuskan demikian, Fengjiu meluruskan kembali punggungnya dan duduk di dalam kamarnya, menunggu dan menunggu.
Tetapi baru saat cahaya Dewa Pagi merembes ke dalam ruangan terbuka, Mo Shao muncul tanpa tergesa. Setelah ia tiba, Mo Shao tidak menyebutkan apa pun soal kesalahan Fengjiu.
Mo Shao hanya mengatakan bahwa semalam Pangeran Qing mengejar Changdi hingga ke hutan di tengah jeritan dan lolongan. Setelah terbalut amarah Pangeran Qing, Changdi pingsan ketika kembali ke kapal. Kesialan ini telah diketahui bahkan oleh Raja dan Ratu. Setelah Mo Shao selesai, ia memperingatkan Fengjiu prihatin soal Changdi yang sulit diatasi; karena semua orang tahu, Changdi pasti akan membalas dendam nantinya.
Baru sekaranglah Fengjiu menyadari mengapa Mo Shao sangat baik hari ini. Tanpa mengangkat satu jari pun, orang yang meninggalkannya akan segera terkena masalah. Tentu saja Mo Shao akan senang berpura-pura baik. Mo Shao tetaplah Mo Shao.
Terlepas dari komplainnya, Fengjiu tetap menyimpan nasihat Mo Shao dalam hatinya.
Fengjiu tidak menyangka Changdi akan memberitahukan kejadian memalukan ini pada semua orang, ada apa dengan harga dirinya, tetapi bagaimana mungkin ia akan tahu kalau Raja dan Ratu yang akan mengetahuinya sendiri.
Dalam kamus Fengjiu, 'masalah' adalah sebuah entri tebal, tetapi 'kontrol kerusakan' tidak ada. Fengjiu selalu menjadi ratu Qingqiu, dan sebagai seorang Ratu, ia yakin itu cukup untuk tahu bagaimana caranya membuat masalah; kontrol kerusakan bukan sebuah hal yang perlu dipelajarinya. Ia merasakan sedikit rasa malu karena ketidakpeduliannya di masa lalu.
Fengjiu berpikir sejenak dan bertanya dengan penuh harap pada Su Moye, "Tidak peduli apa pun, Aranya masih tetap putri kandung Raja dan Ratu. Bahkan jika ia akan dihukum, mereka mungkin tidak akan menghukumnya terlalu parah, kan?"
Su Moye mengernyitkan alisnya: "Itu sulit untuk dikatakan."
***
Tujuh hari kemudian, selagi berjongkok di dalam sebuah kurungan rusak di ruang bawah tanah Istana Guanchen, Fengjiu pada akhirnya merasakan bentuk kemarahan dan kedisiplinan ala orang tua Aranya.
Sekarang Fengjiu tahu mengapa Su Moye mengernyitkan alisnya hari itu. Kurungan penjara ini terbuat dari batu yang membentuk Gunung Jiuqu.
Memang hanya bisa dianggap seperti sebuah kurungan, dan seseorang memang hanya bisa berjongkok di dalamnya—sedikit pergerakan saja akan segera bersentuhan dengan dinding kurungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Lives Three Worlds, The Pillow Book [Terjemahan Indonesia]
Random[Novel Terjemahan] [END] Judul : Three Lives Three Worlds, The Pillow Book Author : Tangqi Gongzi Upper Volume : Prolog+11 chapter+1 bonus Lower Volume : 21 chapter + epilog + 2 extra chapter + 1 bonus Pillow Book of Samsara : Back to Chaos in A Dre...