Tiga hari setelahnya, Junuo pergi dari Ibu kota. Kehamilannya terkena dampak di hari ia menerima hukumannya di Teras Lingshu. Dengan berbagai permohonan dari Lady Qinghua, Shangjun akhirnya mengalah dan mengizinkan Junuo untuk tetap berada di Ibu kota cukup lama demi memulihkan diri.
Fengjiu mendengar dari Mo Shao kalau Aranya membantu mereka tahun itu dengan membiarkan Junuo dan Chen Ye bertemu untuk terakhir kalinya. Oleh sebab itu, ia telah mengatur segalanya dengan petugas hukuman beberapa hari yang lalu untuk membuat pertunjukan perpisahan di sungai di luar kota untuk keduanya.
Mo Shao bilang Aranya tidak ikut tahun itu, tetapi tidak punya apa pun untuk dilakukan, Fengjiu merasa kalau tidak ada salahnya jika ia melihat-lihat sedikit.
***
Sinar mentari yang tenggelam berkilauan di atas air. Pepohonan dedalu berbaris di tepi sungai. Tetapi adegan mengharukan yang sering digambarkan dalam jurnal perjalanan Biyiniao yang menyangkut hadiah perpisahan serta air mata sama sekali tidak terjadi.
Junuo berdiri di bawah sebatang pohon dedalu, tubuhnya kini sekurus ranting. Chen Ye berdiri tegak, menatap ke seberang sungai. Petugas berjanggut berdiri beberapa langkah di belakang mereka, matanya menyala seperti sepasang obor terang. Lama waktu berjalan dalam kesenyapan.
Ternyata memang ada orang di dunia ini yang begitu tidak peka! Akankah orang-orang yang ditatapi oleh orang luar dapat mengekspresikan perasaan terdalamnya?
Fengjiu menghela napas, kemudian memanggil si petugas berjanggut untuk menghampirinya dan membantunya mencicipi teh.
Selama waktu yang dihabiskan Fengjiu dengan Xize dulu, ia telah mempelajari kesenangan dari menikmati teh di alam terbuka. Jadi ia mengambil kesempatan ini untuk membawa satu set teh sebagai latihan.
Tentu saja, baru saja si petugas berjanggut mengangkat kakinya, di belakang mereka, Junuo mulai bergerak. Suaranya terdengar begitu lembut. Sayang sekali, bisikan itu memasuki telinga rubah Fengjiu bersamaan angin itu terdengar jelas.
Apa yang dikatakan Junuo penuh dengan penyesalan: "Aku hanya bisa mengabaikan perasaanmu dalam kehidupan kita ini. Aku terlalu naif, dan sekarang aku tidak pantas lagi untukmu. Aku hanya berharap ... aku hanya berharap kita dapat memperbaharui janji kita di kehidupan kita mendatang. Jika ada kehidupan lainnya, jangan mengabaikan satu sama lain."
Lengan Fengjiu langsung merinding, cangkir teh di tangannya sedikit terguncang. Ia membesarkan telinganya ingin mendengarkan balasan Chen Ye, tetapi ia sudah membesarkannya cukup lama tetapi tak ada respon apa pun dari Chen Ye.
Pada akhirnya, Chen Ye menjawab Junuo, tampak kebingungan.
"Perasaan apa yang kumiliki untukmu?"
Ada sejejak kegoyahan dalam suara Junuo: "Kau, kau bilang kalau aku adalah adik perempuan yang tumbuh besar bersamamu. Bahwa, meskipun aku telah melakukan kesalahan, kau tidak akan mengabaikanku. Biasanya kau bukanlah orang yang suka ikut campur. Tetapi, mengetahui kalau menyelamatkanku akan membawakan konsekuensi yang mengerikan, kau masih menempatkan hidupmu dalam risiko. Jika ini semua bukan karena perasaanmu padaku ...."
Chen Ye berkata enteng, "Aku menyelamatkanmu agar darah ayahmu dapat dipertahankan. Aku bukanlah seorang pria jika aku tidak membayar rasa terima kasihku. Kau harusnya berterima kasih pada ayahmu atas kebaikannya padaku."
"Lalu mengapa kau datang kemari untuk mengucapkan perpisahan padaku hari ini?" tanya Junuo tak percaya.
"Bukankah itu karena kau tidak dapat mengabaikanku?"
"Aku hanya ingin mengambil kesempatan keluar untuk berjalan-jalan."
Suara Junuo terdengar bergetar: "Kau tidak pernah menyukai Changdi dan Aranya, tetapi kau selalu memperlakukanku dengan sangat baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Lives Three Worlds, The Pillow Book [Terjemahan Indonesia]
Random[Novel Terjemahan] [END] Judul : Three Lives Three Worlds, The Pillow Book Author : Tangqi Gongzi Upper Volume : Prolog+11 chapter+1 bonus Lower Volume : 21 chapter + epilog + 2 extra chapter + 1 bonus Pillow Book of Samsara : Back to Chaos in A Dre...