Pria itu jelas hanya dapat menggerakkan satu tangan, tetapi ia menarik selimut dengan cukup mudah dan mengangkatnya stabil untuk menutupi area bahu Fengjiu.
Masih dengan mata berkabut, pemuda itu menjelaskan padanya: "Itu karena ini bukanlah tubuh milikmu. Tapi, bahkan dengan tubuhmu sendiri, kita masih dapat melihat bentuk tulang selangkamu samar-samar."
Pergerakannya membuat kerahnya terbuka makin lebar, memperlihatkan sebuah bekas luka di bawah tulang selangka, sebuah bekas luka yang tampaknya merupakan luka sayatan pisau.
Itu merupakan kalimat tanpa irama maupun alasan, sesuatu yang tidak dimengerti Fengjiu.
Fengjiu hanya membiarkan tangannya menyentuh bekas luka itu, berkedip, kemudian dengan hati-hati membelainya dan bertanya, "Apakah masih sakit?"
Pria itu menegang.
Ia memiringkan kepalanya; ini sudah jelas luka lama, tetapi ia mengeluarkan erangan dengan sengaja: "Sedikit."
Fengjiu berhati-hati mendekat ke bawah. Ia menekankan bibir merahnya ke atas bekas luka itu, tetap di sana sejenak, kemudian mengeluarkan lidahnya untuk menjilati luka itu, giginya tanpa sengaja bersentuhan dengan tulang selangka.
Ketika pria itu menahan erangannya, Fengjiu bertanya cemas, "Apakah masih sakit bahkan setelah dilumuri dengan ludah?"
Pria itu mengikuti perkataan Fengjiu, emosinya tak terbaca: "Mungkin karena ada luka baru yang terbentuk."
Fengjiu mendekati garis leher pria itu dan mencari setengah harian, hanya menemukan bekas giginya di tulang selangka pria itu.
Ia mengusapnya dengan ujung jarinya, menaikkan kepalanya sepintas, dan dengan bibirnya yang berada di samping telinga pria itu, bertanya dengan suara lembut, "Apakah di sini? Kalau begitu biarkan aku menjilatinya lagi untukmu ...."
Sebelum Fengjiu dapat menyelesaikan perkataannya, entah bagaimana ia sekarang menemukan dirinya berada di bawah pria itu. Ia membelalakkan matanya kebingungan seraya menatap pria tampan di hadapan matanya.
Pria itu memegangi tangan Fengjiu dan memenjarakannya di bawah tubuhnya sendiri. Selimut yang tadinya berada di atasnya kini tentu saja berada di atas bahu pria itu; di bawah selimut itu, ada dunia yang sunyi senyap.
Fengjiu tidak berpikir kalau ia menggunakan tenaga yang kuat untuk mendorong pria itu barusan, ataupun ia menahan pria itu dengan tekanan yang membatasi yang membuatnya tidak dapat bergerak, tetapi ia juga tidak ingin melawan.
Pemuda itu dengan tenang menatap Fengjiu, napasnya nyaris terdengar. Ia dapat mengetahui napasnya tidaklah setenang ekspresi yang dikenakan pemuda itu.
Pria itu sedang menatap Fengjiu, tetapi tampaknya seolah-olah ia sedang melihat seseorang yang lain. Pantulannya yang ada di dalam mata pria itu pun terlihat seperti orang lain.
Fengjiu memiringkan kepalanya dan bertanya penasaran pada pria itu, "Apa yang sedang kau pikirkan?"
Ada jeda sejenak.
"Aku mungkin berpikir ... kalau aku ingin secepatnya menukarkan kalian berdua kembali."
Fengjiu tidak tahu apa maksud pria itu di bagian setelahnya, tetapi mencoba untuk memahaminya.
Masih dengan suara lembutnya yang sama, Fengjiu bertanya, "Kenapa 'mungkin'? Apakah pikiranmu kosong barusan ini?"
Menyadari debaran jantung pria itu sejenak, Fengjiu menggeliatkan pergelangan tangannya dan berkata, "Apakah kau lelah? Aku merasa sedikit kedinginan, kenapa kau tidak kembali berbaring saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Lives Three Worlds, The Pillow Book [Terjemahan Indonesia]
De Todo[Novel Terjemahan] [END] Judul : Three Lives Three Worlds, The Pillow Book Author : Tangqi Gongzi Upper Volume : Prolog+11 chapter+1 bonus Lower Volume : 21 chapter + epilog + 2 extra chapter + 1 bonus Pillow Book of Samsara : Back to Chaos in A Dre...