Saat memikirkan ini, untuk beberapa alasan, Fengjiu tidak bisa untuk tidak terkecoh, melihat ke tempat duduk tertinggi di tribun dimana Dijun sedang duduk.
Ketika Dijun menangkap matanya, bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman misterius. Dua jari yang berada di pinggir matanya sedikit menggesturkan sebuah petunjuk. Agak membuat Fengjiu tercengang.
Ketika pedang-pedang para dewa labirin menyerang, Fengjiu mengambil napas dalam-dalam dan bergerak mundur beberapa meter. Dalam kepalanya, secara singkat melayanglah separuh halaman penuh dengan salju di Jifeng Yuan yang dibuatkan Dijun untuknya berlatih selama di Lembah Fanyin.
Pada masa itu, ada beberapa pepohonan aprikot tua di taman. Ketika Fengjiu berlatih dengan mata tertutup, Dijun sering berbaring di bawah sebatang pohon aprikot untuk menikmati tehnya. Benar, matanya.
Ibu Fengjiu melihat ke arah neneknya; kecemasan dalam matanya lebih tinggi daripada Gunung Nanshan dan lebih dalam dari Laut Canghai.
"Mengapa Jiu-er harus menghadapi labirin berdarah ini? Bahkan aku saja mungkin tidak akan bisa melaluinya. Jiu-er masih begitu muda, berapa banyak penempaan yang bisa dimilikinya? Ibu, apa yang harus kita lakukan? Apa yang akan kita lakukan?"
Satu kilatan berkilau dari mata nenek Fengjiu selagi ia berkata serius, "Bukan hal yang buruk juga kalau Fengjiu tidak berhasil lolos. Aku selalu tidak setuju dengan pandangan ayah mertuamu. Seorang wanita muda harusnya dibesarkan layaknya mutiara berharga agar ia dapat menikahi seorang suami yang baik dan berkeluarga, bukannya supaya ia bisa melakukan hal-hal seperti membawa jubah leluhur ataupun mewarisi takhta. Ini semua karena kalian berdua melemparkan Jiu-er pada kakek nenek dari pihak ayahnya ketika ia masih kecil.
"Kalau kau memberikan Jiu-er padaku tahun itu, ini tidak akan terjadi. Pria mana di zaman dan usia sekarang ini, yang akan menyukai seorang wanita yang berkeliaran dengan pedang dan tombak? Adik iparmu, Bai Qian, adalah contoh paling dekat. Bukankah ia berhasil menikah dengan sebuah keluarga yang baik hanya setelah belakangan ini ia berhenti bermain-main dengan senjata? Kalau Jiu-er mengalahkan labirin ini hari ini, siapa di antara para pria muda berbakat yang masih berani untuk menikahinya?"
Dua tetes air mata berjatuhan dari sudut mata ibu Fengjiu.
"Suamiku bilang kalau labirin yang diciptakan oleh ayah mertua ini begitu kritikal, karena tadinya digunakan untuk menilai penguasa baru dan mendorong mereka agar lebih giat setelah kenaikan takhta mereka. Jika Jiu-er tidak berhasil melaluinya, sudah pasti ayah mertua akan beranggapan bahwa itu dikarenakan Jiu-er tidak cukup termotivasi. Tak peduli apa pun itu, ia akan tetap dihukum. Tetapi menurut pandanganmu, kalau Jiu-er berhasil melewati labirin ini, ia mungkin tidak akan bisa menikah ke keluarga yang baik. Benar-benar dilema. Apa yang akan kita lakukan, apa yang akan kita lakukan ....?"
Nenek Fengjiu melambaikan tangannya dan berkata dengan rasa finalitas, "Maka kau dan suamimu harus menghalangi kakeknya jika ia ingin menghukum Jiu-er. Apakah ini jauh lebih penting daripada mencarikannya sebuah keluarga yang baik untuk dinikahi?"
Ia berbalik ke arah teras berawan, kata-katanya menyenangkan: "Beruntungnya, Jiu-er menunjukkan penampilan yang cukup baik hari ini. Ia memperlihatkan kelemahannya dengan cukup baik. Lihat, ia baru saja menghindari beberapa serangan tetapi ia sudah berhasil memenangkan kasih sayang dan simpati dari semua orang. Dari apa yang terlihat ini, kekalahan itu adalah ...."
'Hal yang tak terelakkan' belum meninggalkan bibir nenek Fengjiu.
Lama kemudian, ia menunjuk ke panggung berawan sementara gemetaran seperti sehelai daun kering: "Bagaimana ... bagaimana bisa Fengjiu melaluinya?!"
Karena neneknya terlalu sibuk menceramahi ibunya, ia tidak melihat dengan jelas bagaimana Fengjiu telah memecahkan formasi itu. Akan tetapi, para dewa dewi yang berada di tribun dan penonton dari dewa dewi kecil melihat semuanya dengan sangat jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Lives Three Worlds, The Pillow Book [Terjemahan Indonesia]
Aléatoire[Novel Terjemahan] [END] Judul : Three Lives Three Worlds, The Pillow Book Author : Tangqi Gongzi Upper Volume : Prolog+11 chapter+1 bonus Lower Volume : 21 chapter + epilog + 2 extra chapter + 1 bonus Pillow Book of Samsara : Back to Chaos in A Dre...